Jumat, 10 Juni 2016

MASALAH-MASALAH BELAJAR


Latar Belakang
Keberhasilan proses pembelajaran di sekolah antara lain ditentukan oleh ketepatan pemahaman guru terhadap perkembangan murid. Pemahaman terhadap perkembangan perkembangan murid tersebut, dapat menjadi dasar bagi pengembangan strategi dan proses pembelajaran yang membantu murid dalam mengembangkan perilaku-perilakunya yang baru. Kenyataan menunjukan bahwa pada setiap murid memiliki katakteristik pribadi atau perilaku yang relatif berbeda dengan murid lainnya. Keragaman perilaku ini mengandung implikasi akan perlunya data dan pemahaman yang memadai terhadap setiap murid.

Menurut piaget (1896-1980). Anak adalah seorang yang aktif, membentuk atau menyusun pengetahuan mereka sendiri pada saat mereka mengeksplorasi lingkungan dan kemudian tumbuh secara kognitif terhadap pemikiran-pemikiran yang logis. Setiap murid khususnya di sekolah dasar memiliki perbedaan antara satu dan lainnya, disamping persamaannya perbedaan menyangkut kapasitas intelektual, keterampilan, motivasi, presepsi, sikap, kemampuan minat, latar belakang kehidupan dalam keluarga, dan lain-lain. Perbedaan ini cenderung akan mengakibatkan adanya perbedaan dalam belajar setiap murid, baik dalam kecepatan belajaran belajarnya maupun keberhasilan yang dicapai murid itu sendiri.
Perkembangan dan karakteristik anak pada usia sekolah dasar berbeda-beda. Antara anak yang satu dengan anak yang lainnya, karakteristik anak pada masa anak kelas rendah. Berbeda pada masa kelas tinggi. hal ini dapat dilihat dalam proses pembelajaran anak usia sekolah dasar utamanya yang ada di kelas rendah belum dapat mengembangkan keterampilan kognitifnya secara penuh. Akan tetapi anak di kelas tinggi sudah bisa mengembangkan keterampilan kognitif. Dan sudah dapat sudah dapat berfiikir. Berkreasi secara luas.
Murid datang ke sekolah dengan harapan agar bisa mengikuti pendidikan dengan baik. Tetapi tidak selamanya demikian. Berbagi masalah yang yang mereka hadapi, bersumber dari ketegangan karena ketidakmampuan mengerjakan tugas. keinginan untuk bekerja sebaik-baiknya tetapi tidak mampu, persingan dengan teman, kemampuan untuk bekerja sebaik-baiknya tetapi tidak mampu, persaingan dengan teman, kemampuan dasar intelektual kurang, motivasi belajar yang yang lemah, kurangnya dukungan orang tua, guru yang kurang ramah, dan lain-lain. Masalah tersebut tidak selalu dapat diselesaikan dalam situasi belajar mengajar tersebut tidak selalu dapat diselesaikan dalam situasi belajar mengajar di kelas, melainkan memerlukan pelayanan secara khusus oleh guru di luar situasi proses pembelajaran.
Gejala-gejala munculnya kesulitan belajar dapat diamati dalam berbagai bentuk. Ia dapat muncul kesulitan belajar dapat diamati dalam berbagai bentuk. Ia dappat muncul dalam bentuk perubahan perilaku yang menyimpang atau dalam menurunnya hasil belajar perilaku yang menyimpang. Juga muncul dalam berbagai bentuk. Ia dapat muncul dalam bentuk perubahan perilaku yang menyimpang. Juga muncul dalam berbagai bentuk seperti: suka mengganggu teman, merusak alat-alat pelajaran, sukar memusatkan perhatian, sering termenung, menangis, atau sering bolos. Meskipun perilaku yang menyimpang dapat merupakan indikasi (petunjuk) adanya kesulitan belajar, namun tidak semua perilaku menyimpang dapat disamakan munculnya kesulitan belajar. Untuk membedakannya pengalaman guru dalam menangani hal ini sangat diperlukan.
Faktor utama yang melandasi kebutuhan akan layanan bimbingan di SD ialah faktor karateristik dan masalah perkembangan siswa. Pendekatan perkembangan siswa. Pendekatan perkembangan dalam bimbingan merupakan pendekatan yang tepat digunakan di SD dalam mengatasi masalah belajar, karena pendekatan ini lebih berorientasi kepada pencipta lingkungan perkembangan bagi murid, dan berdasar kepada suatu program layanan yang terstruktur dan sistematis. Peran dan fungsi serta tanggung jawab guru di SD selain mengajar juga perlu memperhatikan keragaman karakteristik perilaku murid sebagai dasar penentuan jenis bantuan dan layanan dalam bimbingan belajar baik secara individual maupun kelompok.

Pengertian  masalah belajar
Masalah adalah  ketidak sesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada yang melihat sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan adapula yang mengartikannya sebagai suatu hal yang tidak mengenakan. Prayitno (1985) mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya, menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain, ingin atau perlu dihilangkan. Sedangkan menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dari definisi masalah dan belajar maka masalah belajar dapat diartikan atau didefinisikan sebagai berikut : Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan”.

Masalah-masalah Belajar adalah segala masalah yang terjadi selama proses belajar itu sendiri. Masalah-masalah belajar tetap akan dijumpai. Hal ini merupakan pertanda bahwa belajar merupakan kegiatan yang dinamis, sehingga perlu secara terus menerus mencermati perubahan-perubahan yang terjadi pada siswa.

Masalah-masalah belajar baik intern maupun ekstern dapat dikaji dari dimensi guru maupun dimensi siswa, sedangkan dikaji dari tahapannya, masalah belajar dapat terjadi pada waktu sebelum belajar, selama proses belajar dan sesudah, sedangkan dari dimensi guru, masalah belajar dapat terjadi sebelum kegiatan belajar, selama proses belajar dan evaluasi hasil belajar. Masalahnya sering kali berkaitan dengan pengorganisasian belajar.  Masalah-masalah dalam pembelajaran ini adalah sesuatu yang harus dipecahhkan oleh guru dan orang tua sehingga proses belajar anak bisa sesuai dengan tujuan yang pertama yaitu mencerdaskan anak bangsa yang berpendidikan dan mempunyai tingkah laku yang baik. Tanggung jawab seorang guru dalam mendidik anak bisa berjalan dengan baik jika masalah-masah dalam pembelajaran bisa dipecahkan secara bersama-sama.

Jenis-Jenis Masalah
  1. Phobia matematika adalah ketakutan yang luar biasa dan tanpa alasan terhadap sebuah obyek atau situasi yang tidak masuk akal. Pengidap phobia merasa tidak nyaman dan menghindari objek yang ditakutinya. Terkadang juga bisa menghambat aktivitasnya. Phobia ini terbagi menjadi 3 kategori, yaitu: 1. Phobia khusus yaitu ketakutan terhadap obyek atau aktivitas tertentu. 2. Phobia sosial yaitu ketakutan terhadap penilaian orang lain. 3. Agoraphobia yaitu rasa takut berada di tempat terbuka atau pusat keramaian.  Phobia matematika adalah ketakutan yang tak terbayangkan terhadap matematika yang dapat mengganggu dalam memanipulasi angka- angka dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan matematika dalam beragam kehidupan sehari-hari dan situasi akademik. (Buckley & Ribordy, 1982 ) Phobia matematika atau disebut juga dengan istilah mathophobia atau Math anxiety yang didefinisikan sebagai emosi negatif yang mengganggu dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan matematika.
  2. Budaya mencontek, menyontek berasal dari kata dasar “sontek” yang berarti mengutip atau menjiplak. Mengutip itu merupakan menyalin kembali suatu tulisan, sedangkan menjiplak merupakan menulis atau menggambar dikertas yang dibawahnya diletakkan kertas yang sudah bertulisan dan bergambar. Menyontek merupakan sebuah kecurangan yang dilakukan oleh seseorang dalam mengerjakan tugas dan ujian, baik itu di sekolah, di perguruan tinggi, maupun di tempat yang lainnya. Perilaku menyontek juga dapat diartikan sebagai penipuan atau melakukan perbuatan tidak jujur. Menurut KBBI karangan W.J.S.Purwadarminta, menyontek adalah mencontoh, meniru, atau mengutip tulisan, pekerjaan orang lain sesuai dengan yang aslinya. Dalam KBBI (Suharto & Iryanto, 1995), kata menyontek tidak dapat ditemukan secara langsung, kata menyontek dapat ditemuakan pada kata jiplak-menjiplak yang artinya meniru tulisan atau pekerjaan orang lain.
  3. Motivasi Belajar RendahPengertian Motivasi Belajar Rendah Menurut Makmun (2007: 37) motivasi merupakan: 1. Suatu kekuatan (power) atau tenaga (forces) atau daya (energy); atau 2. Suatu keadaan yang kompleks (a complex state) dan kesiapsediaan (preparatory set) dalam diri individu (organisme) untuk bergerak (to move, motion, motive) ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari. Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat (Uno, 2009: 3). Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu. Motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya. Sebenarnya motivasi merupakan istilah yang lebih umum untuk menunjuk pada seluruh proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkannya, dan tujuan atau akhir dari gerakan atau perbuatan. Menurut Mc. Donald dalam Sardiman (2010: 73) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian tersebut ada tiga hal penting yaitu: 1) motivasi itu mengawali terjadinya energi pada setiap individu manusia, 2) motivasi tersebut ditandai dengan munculnya rasa ”feeling” atau afeksi seseorang, dan 3) motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia yang berkaitan dengan perasaan dan juga emosi kemudian dapat menentukan tingkah laku manusia, dorongan yang muncul itu karena adanya tujuan kebutuhan atau keinginan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil pengertian motivasi adalah suatu kekuatan atau dorongan dalam diri individu membuat individu tersebut bergerak, bertindak untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuannya. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku akibat latihan dan pengalaman (Oemar Hamalik, 2009: 106). Hal senada juga diungkapkan Uno (2009: 22) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Kedua definisi tersebut dapat diterangkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Dapat digabungkan pengertian motivasi belajar adalah suatu kekuatan atau dorongan dalam diri individu membuat individu tersebut bergerak, bertindak untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuannya yaitu proses seorang individu melakukan perubahan perilaku berdasar pengalaman dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Motivasi belajar rendah adalah kurangnya kekuatan atau dorongan dalam diri individu membuat individu tersebut bergerak, bertindak untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuannya yaitu proses seorang individu melakukan perubahan perilaku berdasar pengalaman dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Motivasi belajar rendah adalah salah satu penyebab kurang berhasilnya seseorang dalam menempuh pendidikan, sebab motivasi itu menentukan penguatan, tujuan, serta ketekunan belajar. Belajar akan menjadi beban dan hanya sekedar menggugurkan kewajiban. Seorang pelajar yang memiliki motivasi belajar rendah tentu akan lebih senang berada di luar kelas alias bolos. Belajar di kelas dianggap beban berat yang membosankan. Rendahnya motivasi belajar seorang peserta didik bukan suatu hal yang tanpa sebab, akan tetapi ada sebabnya, seperti kurangnya motivasi atau semangat atau dukungan dari guru, sekolah, dan teman- temannya, dari pihak keluarga terutama ayah dan ibu atau saudara- saudaranya, dan juga berpangkal dari diri sendiri. 

Faktor Penyebab Masalah Belajar 

  1. Faktor Interen,yang menyebabkan masalah dalam belajar, yaitu sebagai berikut:
    gejala pusing, mual, sakit kepala, malas, dan kehilangan konsentrasi pada pelajaran. faktor interen Faktor Psikologis:Intelegensi Siswa yang mempunyai intelegensi tinggi akan lebih mudah dalam memahami pelajaran yang diberikan guru atau lebih berhasil dibandingkan dengan siswa-siswa yang berintelegensi rendah,Bakat Apabila bahan yang dipelajari oleh siswa tidak sesuai dengan bakatnya maka siswa akan mengalami kesulitan dalam belajar. faktor fisiologis: Gangguan-gangguan fisik dapat berupa gangguan pada alat-alat penglihatan dan pendengaran yang dapat menimbulkan kesulitan belajar. Seperti gangguan visual yang sering disertai dengan gejala pusing, mual, sakit kepala, malas, dan kehilangan konsentrasi pada pelajaran.
  2. Faktor Eksteren, Faktor eksternal yang menyebabkan masalah dalam belajar, yaitu sebagai berikut: Faktor Sosial: lingkungan keluarga seperti:pertama Orang Tua,Dalam kegiatan belajar, seorang anak perlu diberi dorongan dan peringatan dari orang tua. Apabila anak sedang belajar, jangan di ganggu dengan tugas-tugas rumah. Orang tua berkewajiban memberi pengertian dan dorongan serta semaksimal mungkin membantu dalam memecahkan masalah- masalah yang dihadapi anak disekolah. Apabila semangat belajar anak lemah, kemudian orang tua memanjakan anaknya, maka ketika masuk sekolah. Ia akan menjadi siswa yang kurang bertanggungjawab dan takut menghadapi tantangan kesulitan. Demikian juga orang tua yang mendidik anaknya terlalu keras, maka anak tersebut akan menjadi takut tidak supel dalam bergaul dan mengisolasi diri,kedua Suasana rumah,antar anggota keluarga yang kurang harmonis, akan menimbulkan suasana kaku, dan tegang dalam keluarga, yang menyebabkan anak kurang bersemangat untuk belajar. Sedangkan suasana rumah yang akrab, menyenangkan dan penuh kasih sayang, akan memberikan dorongan belajar yang kuat bagi anak.ketiga Kemampuan Ekonomi,Keluarga Hasil belajar yang baik, tidak dapat diperoleh hanya dengan mengandalkan keterangan-keterangan yang diberikan oleh guru di depan kelas, tetapi membutuhkan juga alat-alat yang memadai, seperti buku, pensil, pena, peta, bahkan buku bacaan. Sedangkan sebahagian besar, alat-alat pelajaran itu harus disediakan sendiri oleh murid yang bersangkutan. Bagi orang tua yang keadaan ekonominya kurang memadai, sudah barang tentu tiak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan anaknya itu secara memuaskan. Apabila keadaan ini terjadi pada orang tua murid, maka murid yang bersangkutan akan menanggung resiko yang tidak diharapkan.ke empat Latar Belakang Kebudayaan Tingkat pendidikan dan kebiasaan dalam keluarga, akan mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Jadi, anak-anak hendaknya ditanamkan kebiasaan yang baik agar mendorong anak untuk belajar. kemudian ada faktor lingkungan sosial: lingkungan sekolah pertama guru harus mengembangkan strategi pembelajaran yang tidak hanya menyampaikan informasi, melainkan juga mendorong para siswa untuk belajar secara bebas dalam batas- batas yang ditentukan. Bila dalam proses pembelajaran, guru mampu mengaktualisasikan tugas-tugas guru dengan baik, mampu memotivasi, membimbing dan memberi kesempatan secara luas untuk memperoleh pengalaman, maka siswa akan mendapat dukungan yang kuat untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan, namun jika guru tidak dapat melaksanakannya, siswa akan mengalami masalah yang dapat menghambat pencapaian hasil belajar mereka.Menurut Lindgren, (1967 : 55) bahwa lingkungan sekolah, terutama guru. Guru yang akrab dengan murid, menghargai usaha-usaha murid dalam belajar dan suka memberi petunjuk kalau murid menghadapi kesulitan, akan dapat menimbulkan perasaan sukses dalam diri muridnya dan hal ini akan menyuburkan keyakinan diri dalam diri murid. Melalui contoh sikap sehari- hari, guru yang memiliki penilaian diri yang positif akan ditiru oleh muridnya, sehingga murid-muridnya juga akan memiliki penilaian diri yang positif.Jadi bahwa guru yang kurang akrab dengan murid, kurang menghargai usaha-usaha murid maka murid akan merasa kuran merasa kurang diperhatikan dan akan mengakibatkan murid itu malas belajar atau kurangnya minat belajar sehingga anak itu akan mengalami kesulitan belajar. Keberhasilan seorang murid dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari sekolah seperti guru yang harus benar-benar memperhatikan peserta didiknya. Kedua kurang akrab dengan murid kurang menghargai usaha-usaha murid maka murid akan merasa kurang diperhatikan dan akan mengakibatkan murid itu malas belajar atau kurangnya minat belajar sehingga anak itu akan mengalami kesulitan belajar. Keberhasilan seorang murid dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari sekolah seperti guru yang harus benar-benar memperhatikan peserta didiknya. Ketiga Hubungan Antar Murid, guru yang bisa mendekati siswa dan kurang bijaksana maka tidak akan mengetahui bahwa di dalam kelas ada grup yang saling bersaing secara tidak sehat. Suasana kelas semacam ini sangat tidak diharapkan dalam proses belajar. Maka, guru harus mampu membina jiwa kelas supaya dapat hidup bergotong royong dalam belajar bersama, agar kondisi belajar individual siswa dapat berlangsung dengan baik. Keempat Cara Penyajian Bahan Pelajaran, Guru yang hanya bisa mengajar dengan metode ceramah saja, membuat siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja. Guru yang progresif, adalah guru yang berani mencoba metode-metode baru, yang dapat membantu dalam meningkatkan kondisi belajar siswa. dan Keima Metode Mengajar,  Apabila guru menggunakan metode yang sama untuk semua bidang studi dan pada setiap pertemuan akan membosankan siswa dalam belajar. selanjutnya yaitu faktor sosial: lingkungan masyarakat yang pertama Teman Bergaul , Pergaulan dan teman sepermainan sangat dibutuhkan dalam membuat dan membentuk kepribadian sosialisasi anak. Orang tua harus memperhatikan agar anak-anaknya jangan sampai mendapat teman bergaul yang memiliki tingkah laku yang tidak diharapkan. Karena perilaku yang tidak baik, akan mudah sekali menular pada anak lain. Kedua Pola Hidup Lingkungan, Pola tetangga yang berada di sekitar rumah dimana anak itu berada, punya pengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Jika anak berada dikondisi masyarakat kumuh yang serba kekurangan, dan anak-anak pengangguran misalnya, akan sangat mempengaruhi kondisi belajar anak, karena ia akan mengalami kesulitan ketika memerluka teman belajar atau berdiskusi atau meminjam alat-alat belajar. Ketiga Kegiatan Dalam Masyarakat, Kegiatan dalam masyarakat dapat berupa karang taruna, menari, olahraga, dan lain sebagainya. Bila kegiatan tersebut dilakukan secara berlebihan, tentu akan menghambat kegiatan belajar. Jadi, orang tua perlu memperhatikan kegiatan anak- anaknya. dan yang keempat Media Massa, Media massa adalah, sebagai salah satu faktor penghambat dalam belajar. Misalnya, bioskop, radio, tv, membaca novel, majalah yang tidak dipertanggungjawabkan dari segi pendidikan. Sehingga, mereka akan lupa tugas belajarnya maka dari itu, buku bacaan, video kaset, dan mass media lainnya perlu diadakan pengawasan yang ketat dan diseleksi dengan teliti. Selanjutnya, Faktor Kedua adalah Faktor Non Sosial seperti: Pertama, Sarana dan prasarana sekolah Ketersediaan prasarana dan sarana pembelajaran berdampak pada terciptanya iklim pembelajaran yang kondusif. Terjadinya kemudahan bagi siswa untuk mendapatkan informasi dan sumber belajar yang pada gilirannya dapat mendorong berkembangnya motivasi untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik. Oleh karena itu sarana dan prasarana menjadi bagian yang penting untuk tercapainya upaya mendukung terwujudnya proses pembelajaran yang diharapkan. Kedua Kurikulum Sekolah, Kurikulum merupakan panduan yang dijadikan guru sebagai rangka atau acuan untuk mengembangkan proses pembelajaran. Seluruh aktivitas pembelajaran, maka dipastikan kurikulum tidak akan mampu memenuhi tuntunan perubahan di mana perubahan kurikulum pada sisi lain juga menimbulkan masalah, yaitu : Tujuan yang akan dicapai berubah, Isi pendidikan berubah,Kegiatan belajar mengajar berubah, Evaluasi belajar ,dan  Media Pendidikan Dapat berupa buku-buku di perpustakaan, laboratorium, LCD, komputer, layanan internet dan lain sebagainya.
Solusi Masalah-Masalah Belajar
  1. Langkah untuk mengatasi phobia Matematika, Sikap positif, ajukan pertanyaan, untuk meningkatkan konsep matematika, belajar kelompok dan latihan rutin memahami konsep matematika membuutuhkan latihan rutin.
  2. Mengatasi kebiiasaan mencontek ada dua cara yaitu interen dan eksteren. Interen adalah membangkitkan rasa percaya diri, mengarahkan self consept ke arah yang lebih proporsional, dan membiasakan  berpikir lebih realistis dan tidak ambisius. interen adalah membangkitkan rasa percaya diri, mengarahkan self consept ke arah yang lebih proporsional, dan membiasakan berpikir lebih realistis dan tidak ambisius.  Eksteren, dalam kelompok,ciptakan kesadaran disiplin dan kode etik kelompok yang syarat dengan pertimbangan, kedua guru harus bisa berlaku objektif dan terbuka dalam pemberian nilai, bersikap rasional dan tidak mencontek dalam memberikan tugas ujian atau tes,  ketiga menunjukan keteladanan dalam perilaku moral dan keempat memberikan umpan balik atas setiap penugasan
  3. Mengatasi motivasi belajar yang rendah, dengan  memberikan penghargaan dalam saingan, ego involment, hasrat untuk belajar, memberitahu hasil dan memberikan contoh yang positif.
Kesimpulan
Masalah adalah  ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada yang melihat sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan adapula yang mengartikannya sebagai suatu hal yang tidak mengenakan. Jenis-jenis masalah adalah phobia matematika, budaya mencontek, motivasi belajar rendah. ada beberapa faktor yang mempengaruhi masalah belajar yaitu: faktor interen dan faktor eksteren. masalah-masalah belajar tersebut dapat diselesaikan yaitu dengan mengambil langkah untuk mengatasi phobia matematika: menunjukan sikap positif, ajukan pertanyaan, untuk meningkatkan konsep matematika, melakukan belajar kelompok latihan rutin. karna memahami konsep matematika membutuhkan latihan rutin. Kedua mengatasi kebiiasaan mencontek yaitu: interen(dari dalam diri sendiri): bangkitkan rasa percaya diri, arahkan self consept ke arah yang lebih proporsional, biasakan berpikir lebih realistis dan tidak ambisius. eksteren(dari luar) seperti kelompok yaitu menciptakan kesadaran disiplin dan kode etik kelompok yang syarat dengan pertimbangan. selanjutnya dari guru, berlaku objektif dan terbuka dalam pemberian nilai, bersikap rasional dan tidak mencontek dalam memberikan tugas ujian atau tes, menunjukan keteladanan dalam perilaku moraldan meberikan umpan balik atas setiap penugasan. Ketiga mengatasi motivasi belajar yang rendah yaitu dengan memberikan penghargaan membuat persaingan, ego involment, menumbuhkan hasrat untuk belajar, memberitahu hasil dan memberikan contoh yang positif.

Saran
Dari kesimpulan diatas maka penulis menyarankan agar solusi-solusi yang diterapkan bisa dilaksanakan agar pada nantinya dapat menimimalisir masalah-masalah belajar yang terjadi. Sehingga pendidikan akan menjadi sangat bermanfaat bagi kita semua.

Daftar  Pustaka
http://www.rumahbangsa.net/2014/07/masalah-yang-dihadapi-siswa-sekolah.html
http://coretanseadanya.blogspot.co.id/2013/03/problematika-kesiswaan-dalam.html

http://www.slideshare.net/RiaDefti/masalah-belajar


Tidak ada komentar:

Posting Komentar