A.
Latar
Belakang
Sebagai mahasiswa program studi PGSD, kita di
harapkan mampu mengaplikasikan prinsip-prinsip belajar dalam kegiatan belajar
mengajar. prinsip-prinsip belajar pada unit 1 perlu diketahui oleh para guru
agar setelah mengalami proses belajar siswa mengalami perubahan tingkah laku
yag relatif menetap.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Jelaskan
pengertian belajar menurut para ahli?
2.
Sebutkan prinsip-prinsip belajar ?
3.
Sebutkan
aliran psikologi belajar ?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Agar
kita mengerti apa yang dimaksud dengan belajar.
2.
Agar
kita tahu prinsip-prinsip belajar.
3.
Agar
kita tahu menjelaskan aliran psikologi belajar.
BAB II
Pembahasan
A.
Pengertian
Belajar
1.
Pengertian
belajar menurut para ahli
a.
Menurut Edward Walter
Belajar adalah perubahan tingkah laku akibat
pengalaman dan latihan. Contoh. Anti kesulitan dan ketakutan belajar
matematika, padahal kakaknya anto pandai belajar matematika. Menurut Edwart
walter belajar matematika memerlukan latihan-latihan yang berulang kali.
Latihan-latihan yang intensif bagi siswa SD akan lebih mudah mempelajari simbol-simbol
matematika. Ungkapan guru SD harus memotivasi anak agar mau melatih diri
belajar matematika, bukan mengkritik anak dengan komentar negatif yang
mengakibatkan anak menjadi cemas, bahkan ketakutan belajar matematika.
b.
Clifford
T. Morgan
Menurut morgan belajar merupakan perubahan
tingkahlaku karena hasil pengalaman, sehingga memungkinkan seseorang menghadapi
situasi selanjutnya dengan cara yang berbeda-beda. Contohnya, apabila anti
ketakutan belajar matematika, maka ia akan menganggap bahwa mata pelajaran
matematika sangat sulit. Namun bila anti belajar matematika dalam situasi yang
menyenangkan (kegiatan berupa games) anti akan belajar matematika dengan
menyenangkan pula. Belajar sambil bermain akan merubah perilaku seperti yang
dialami Anti. Pengalaman mempelajari matematika dengan kegiatan games akan
menumbuhkan motivasi belajar.
c.
Woodword
Pakar ini mengemukakan bahwa belajar
merupakan perubahan yang relatif permanen, akibat interaksi lingkungan. Contoh,
bila anti belajar di sekolah dan di rumah dengan berbagai macam media, maka
ketakutan anti akan berkurang. Para guru di sekolah dasar bersama keluarga
hendaknya memberi dorongan yany positif, agar siswa SD berbesar hati membangun
kepercayaan diri pada saat mempelajari simbol-simbol matematika.
d.
Crow and
crow
Menurut
crow and crow, belajar adalah suatu perubahan dalam diri individu karena
kebiasaan, pengetahuan dan sikap. Contoh, pada umumnya anak usia SD yang
tinggal di Jakarta, pola belajarnya akan berkembang sesuai dengan kemampuan
teknologi computer kid yang digunakan. Penggunaan media tersebut dapat
berdampak positif untuk memperluas wawasan, pengetahuan, dan sikap perilaku
anak SD. Teknologi modern memperkaya anak sehingga banyak mengalami perubahan
dalam proses belajar.
e.
Menurut
pakar- pakar yang lain
belajar merupakan proses memiliki
pengetahuan, dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa menjadi
bisa. Selain itu, belajar merupakan perubahan secara fisik maupun motorik.
Belajar juga merupakan perubahan yang menekankan aspek-aspek rohani. Contoh,
saat anti belajar menari bearti ia memiliki pengetahuan tentang gerak gerik
menari, dan secara motorik anti belajar menari dengan lemah gemulai. Pada saat
Anti menari di pentas, Anti merasakan kesenangan batiniah (aspek rohaniah).
Bila pentas tari di sekolah mendapatkan penghargaan, maka hal itu memicu Anti
belajar lebih giat.
Di dalam belajar, terdapat tiga ranah yang satu dengan yang
lain sebenarnya tidak dapat dipisahkan. Ketiganya ialah:
1.
Kognitif (proses berfikir )
Kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam
berpikir, mengetahui dan memecahkan masalah. Menurut Bloom (1956) tujuan domain
kognitif terdiri atas enam bagian :
a. Pengetahuan (knowledge)
mengacu kepada
kemampuan mengenal materi yang sudah dipelajari dari yang sederhana sampai pada
teori-teori yang sukar. Yang penting adalah kemampuan mengingat keterangan
dengan benar.
b. Pemahaman (comprehension)
Mengacu kepada
kemampuan memahami makna materi. Aspek ini satu tingkat di atas pengetahuan dan
merupakan tingkat berfikir yang rendah.
c. Penerapan (application)
Mengacu kepada
kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi
yang baru dan menyangkut penggunaan aturan dan prinsip. Penerapan merupakan
tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada pemahaman.
d. Analisis (analysis)
Mengacu kepada
kemampun menguraikan materi ke dalam komponen-komponen atau faktor-faktor
penyebabnya dan mampu memahami hubungan di antara bagian yang satu dengan yang
lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti. Analisis
merupakan tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada aspek pemahaman
maupun penerapan.
e. Sintesa (evaluation)
Mengacu kepada kemampuan
memadukan konsep atau komponen-komponen sehingga membentuk suatu pola struktur
atau bentuk baru. Aspek ini memerluakn tingkah laku yang kreatif. Sintesis
merupakan kemampuan tingkat berfikir yang lebih tinggi daripada kemampuan
sebelumnya.
f. Evaluasi (evaluation)
Mengacu kemampuan memberikan
pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu. Evaluasi
merupakan tingkat kemampuan berfikir yang tinggi.
2.
Afektif (Nilai atau Sikap)
Afektif atau intelektual adalah
mengenai sikap, minat, emosi, nilai hidup dan operasiasi siswa. Menurut
Krathwol (1964) klasifikasi tujuan domain afektif terbagi lima kategori :
a. Penerimaan (recerving)
Mengacu kepada kemampuan
memperhatikan dan memberikan respon terhadap sitimulasi yang tepat. Penerimaan
merupakan tingkat hasil belajar terendah dalam domain afektif.
b. Pemberian respon atau
partisipasi (responding)
Satu tingkat di atas penerimaan.
Dalam hal ini siswa menjadi terlibat secara afektif, menjadi peserta dan
tertarik.
c. Penilaian atau penentuan
sikap (valung)
Mengacu kepada nilai atau
pentingnya kita menterikatkan diri pada objek atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi
seperti menerima, menolak atau tidak menghiraukan. Tujuan-tujuan tersebut dapat
diklasifikasikan menjadi “sikap dan opresiasi”.
d. Organisasi (organization)
Mengacu kepada penyatuan nilai,
sikap-sikap yang berbeda yang membuat lebih konsisten dapat menimbulkan
konflik-konflik internal dan membentuk suatu sistem nilai internal, mencakup
tingkah laku yang tercermin dalam suatu filsafat hidup.
e. Karakterisasi / pembentukan
pola hidup (characterization by a value or value complex)
Mengacu kepada karakter dan daya
hidup sesorang. Nilai-nilai sangat berkembang nilai teratur sehingga tingkah
laku menjadi lebih konsisten dan lebih mudah diperkirakan. Tujuan dalam
kategori ini ada hubungannya dengan keteraturan pribadi, sosial dan emosi jiwa.
Variable-variabel
di atas juga telah memberikan kejelasan bagi proses pemahaman taksonomi afektif
ini, berlangsungnya proses afektif adalah akibat perjalanan kognitif terlebih
dahulu seperti pernah diungkapkan bahwa:
“Semua
sikap bersumber pada organisasi kognitif pada informasi dan pengatahuan yang
kita miliki. Sikap selalu diarahkan pada objek, kelompok atau orang hubungan
kita dengan mereka pasti di dasarkan pada informasi yanag kita peroleh tentang
sifat-sifat mereka.”
Bidang afektif dalam psikologi
akan memberi peran tersendiri untuk dapat menyimpan menginternalisasikan sebuah
nilai yang diperoleh lewat kognitif dan kemampuan organisasi afektif itu
sendiri. Jadi eksistensi afektif dalam dunia psikologi pengajaran adalah sangat
urgen untuk dijadikan pola pengajaran yang lebih baik tentunya.
3.
Psikomotorik (Keterampilan)
Psikomotorik adalah kemampuan
yang menyangkut kegiatan otot dan fisik. yang berhubungan dengan motorik kasar seperti melempar, menangkap, dan
menendang, juga motorik halus seperti menulis dan menggambar.
Menurut Davc (1970) klasifikasi
tujuan domain psikomotor terbagi lima kategori yaitu :
a. Peniruan
Terjadi ketika siswa mengamati
suatu gerakan. Mulai memberi respons serupa dengan yang diamati. Mengurangi
koordinasi dan kontrol otot-otot saraf. Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk
global dan tidak sempurna.
b. Manipulasi
Menekankan perkembangan kemampuan
mengikuti pengarahan, penampilan, gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu
penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut
petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku saja.
c. Ketetapan
Memerlukan kecermatan, proporsi
dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan. Respon-respon lebih
terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada tingkat minimum.
d. Artikulasi
Menekankan koordinasi suatu
rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat dan mencapai yang diharapkan
atau konsistensi internal di natara gerakan-gerakan yang berbeda.
e. Pengalamiahan
Menurut tingkah laku yang
ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan energi fisik maupun psikis.
Gerakannya dilakukan secara rutin. Pengalamiahan merupakan tingkat kemampuan
tertinggi dalam domain psikomotorik.
Dari
penjelasan di atas dapat dilihat bahwa domain psikomotorik dalam taksonomi
instruksional pengajaran adalah lebih mengorientasikan pada proses tingkah laku
atau pelaksanaan, di mana sebagai fungsinya adalah untuk meneruskan nilai yang
terdapat lewat kognitif dan diinternalisasikan lewat afektif sehingga
mengorganisasi dan diaplikasikan dalam bentuk nyata oleh domain psikomotorik
ini.
Dalam
konteks evaluasi hasil belajar, maka ketiga domain atau ranah itulah yang harus
dijadikan sasaran dalam setiap kegiatan evaluasi hasil belajar. Sasaran
kegiatan evaluasi hasil belajar adalah:
1. Apakah peserta didik sudah dapat memahami semua bahan
atau materi pelajaran yang telah diberikan pada mereka?
2. Apakah peserta didik sudah dapat menghayatinya?
3. Apakah materi pelajaran yang telah diberikan itu sudah
dapat diamalkan secara kongkret dalam praktek atau dalam kehidupannya sehari-hari?
Ketiga
ranah tersebut menjadi obyek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah
itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru disekolah
karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan
pengajaran. Ranah kognitif
(cognitive domain). Guru –guru SD perlu melatih ke tiga ranah tersebut selama
proses belajar mengajar berlangsung dengan memperhatikan dengan memperhatikan
prinsip-prinsip belajar.
B.
Prinsip-Prinsip
Belajar
1.
Tujuan
yang terarah;
2.
Motivasi
yang kuat;
3.
Bimbingan
untuk mengetahui hambatan dan bimbingan;
4.
Cara
belajar dengan pemahaman;
5.
Interaksi
yang positif dan dinamis antara individu dan lingkungan;
6.
Teknik-teknik
belajar;
7.
Diskusi
serta pemecahan masalah; serta
8.
Mampu
menerapkan apa yang telah dipelajari dalam kegiatan sehari-hari.
Anak
SD pergi kesekolah bukan karena terpaksa, melainkan karena suatu kebutuhan.
Oleh karena itu, orang tua dan guru hendaknya tidak memaksa anak agar belajar
di SD, melainkan mengarahkan anak bahwa belajar adalah suatu kebutuhan, serta
membangun motivasi diri yang kuat bahwa dengan belajar di SD berarti
mempersiapkan hidup untuk masa depan. Apabila anak mengalami hambatan dan
rintangan anak akan memperoleh bimbingan dari guru, sehingga apa yang
dipelajari dapat dipahami dengan mudah. Hubungan yang positif dan dinamis
antara guru dan orang tua memungkinkan anak belajar secara aktif.
Proses belajar memerlukan
teknik-teknik yang bervariasi. Latihan dan ulangan dapat memperkaya anak untuk
belajar. Dengan metode diskusi untuk pemecahan masalah siswa SD belajar berani
mengemukakan pendapat. keberhasilan anak SD belajar berani mengemukakan
pendapat. Keberhasilan anak SD dalam belajar mempermudah anak untuk mempelajari
berbagai kehidupan sehari-hari di masyarakat. Anak SD yang mengalami kesalahan
dalam belajar disebabkan karena:
1.
Belajar
tanpa adana tujuan yang jelas;
2.
Belajar
tanpa rencana, hanya insidental (misalnya kalau ada ujian atau ulangan saja);
3.
Hanya
menghafal tanpa mengalami;
4.
Tidak
dikaitkan dengan pengalaman;
5.
Tidak
dikitkan dengan pengelolaan waktu belajar; serta
6.
Tidak
menggunakan alat bantu, atau referensi yang utuh (buku-buku/internet).
C.
Aliran
Psikologi Belajar
Secara garis besar, terdapat tiga aliran
psikologo yang membahas tentang belajar. Ketiganya ialah psikologi
behavioristik , psikologi humanistik, dan psikologi kognitif.
1.
Aliran
psikologis behavioristik
Menurut aliran ini, hasil belajar mampu
merubah perilaku anak. Jika anak SD merasa senang belajar berarti anda berhasil
menciptakan suasana yang kondusif di dalam kelas. Tokoh-tokoh aliran antara
lain: Pavlov, Watson, Gatrie, Skiner. Mengkondisikan belajar dapat dilakukan apabila proses belajar anak
tersebut berhasil. Anak dapat diberi rewart dalam bentuk hadiah dan pujian.
2.
Aliran
psikologi Humanistik
Aliran ini sangat menekan aliran inisiatif
siswa sebagai pribadi yang diberi kebebasan untuk memotivasi diri dalam proses
belajar. Aliran ini tidak memaksa anak untuk belajar. Tokoh aliran ini antara
lain: Bandura dan ericson.
3.
Aliran
psikologi kognitif
Aliran ini berpendapat anak akan belajar
secara aktif apabila menerima rangsangan-rangsangan dari luar dirinya. Setelah
stimulus (rangsangan) diterima reseptor, rangsangan tersebut akan
diorganisasikan atau di elaborasikan untuk disimpan jangka panjang (long term
memory) disingkat MJP. Contoh anak SD bisa menyebutkan kembali tanggal
kemerdekaan Republik Indonesia. Setelah ia pelajari, ia pun menyimpan tanggal
tersebut dalam ingatan jangka panjang. Apabila tanggal tersebut tidak diingat
berarti proses penyimpanan stimulus di MJP tidak tersimpan dengan baik, atau
mungkin lupa. Contoh aliran ini ialah piaget
Ada beberapa cara untuk membangkitkan belajar siswa SD, yakni:
a.
Memadukan
motif- motif kuat yang sudah ada, melalui kegiatan bermain atau bereksperimen.
b.
Memperjelas
tujuan yang akan dipakai.
c.
Merumuskan
tujuan-tujuan sementara.
d.
Merangsang
pencapaian kegiatan.
e.
Membuat
situasi persaingan diantara murid-murid.
f.
Membuat
persaingan dengan diri sendiri.
g.
Memberikan
hasil kerja yang ingin dicapai.
h.
Memberika
contoh-contoh yang positif.
Setelah
mempelajari cara-cara membangkitkan motivasi belajar, berikut
tenteng beberapa hukum belajar, yaitu: hukum kesamaan, hukum penuh makna, hukum
keterdekatan,hukum ketertutupan,hukum kontinyuitas
BAB III
Penutup
A.
Kesimpulan
Belajar merupakan proses memiliki
pengetahuan, dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa menjadi
bisa. Selain itu, belajar merupakan perubahan secara fisik maupun motorik.
Belajar juga merupakan perubahan yang menekankan aspek-aspek rohani. Di dalam
belajar, terdapat tiga ranah yang satu
dengan yang lain sebenarnya tidak dapat dipisahkan. Ketiganya ialah kognitip,
afektif dan psikomotorik, Ketiga ranah
tersebut menjadi obyek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu,
ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru disekolah karena
berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. proses belajar mengajar berlangsung dengan
memperhatikan dengan memperhatikan prinsip-prinsip belajar yaitu: tujuan yang
terarah,motivasi yang kuat,bimbingan untuk mengetahui hambatan dan
bimbingan,cara belajar dengan pemahaman,Interaksi yang positif dan dinamis
antara individu dan lingkungan,teknik-teknik belajar,diskusi serta pemecahan
masalah,serta mampu menerapkan apa yang telah dipelajari dalam kegiatan
sehari-hari. Secara garis besar, terdapat tiga aliran psikologo yang membahas
tentang belajar. Ketiganya ialah psikologi behavioristik , psikologi
humanistik, dn psikologi kognitif.
Daftar Pustaka
Kurnia
Ingridwati,Dkk; ; 2007; Perkembangan Belajar Peserta Didik;Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi; DEPARTMEN PENDIDIIKAN NASIONAL 2007; Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar