BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Menurut para ahli kecerdasan manusia itu meliputi tiga
kecerdasan utama yang biasa kita kenal dengan istilah kecerdasan intelektual
(IQ), kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spritual (SQ). Di dalam kehidupan kita terkadang kecerdasan emosional kerap dianggap
kalah penting dari pada kecerdasan intelektual. Tetapi dalam kenyataannya, kehidupan kita diliputi oleh
situasi.
Emosional adalah Rasa senang, bahagia, gembira dan sedih, semangat
serta motivasi untuk berbuat adalah ranah emiosional. Tinggi dan rendahnya
pengetahuan manusia sangat ditentukan oleh motivasi belajar yang dimilikinya.
Bahkan oleh para ahli menganalogikan bahwa kecerdasan itu ibarat gunung es.
Yang muncul dipermukaan laut itu hanyalah bagian kecilnya, sedangkan bagian
terbesarnya adalah dibawah laut. Yang di permukaan itu adalah kecerdasan
Intelektual dan di bawah laut itu adalah kecerdasan emesional. Dengan demikian
dapat dipahami bahwa keberhasilan seseorang dalam membangun kehidupannya tidak
ditentukan oleh berapa besar ilmu yang dimilikinya, akan tetapi bagaimana
menyikapi hidup dengan emosi yang dimilikinya.
Untuk
memperjelas apa yang dimaksud dengan kecerdasan emosional, dan apa saja komponen
utama dari kecerdasan emosional itu, Makalah ini akan menjawab persoalan tersebut. Dan
akhirnya, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan khususnya bagi pembaca
pada umumnya.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kecerdasan emosional?
2. Apa saja ciri-ciri kecerdasan emosional?
C.
Tujuan Penulisan
Dengan makalah ini
diharapkan mahasiswa atau penulis pada umumnya dapat:
1. Mengetahui konsep kecerdasan emosional.
2. Mengidentifikasi ciri-ciri kecerdasan emosional.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Konsep Kecerdasan Emosional
1. Pengertian
Kecerdasan Emosional
Emosi
(emotion) berasal dari kata movere, kata kerja dalam bahasa latin yang berarti
“mengggerakan, bergerak”, ditambah awalan “e-“ untuk memberi arti “bergerak
menjauh”, menggambarkan bahwa kecendrungan bertindak merupakan hal mutlak dalam
emosi (Goleman, 2007:7). Istilah
kecerdasan emosional pertama kali dikemukakan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter
Salovey dari Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya
penting bagi keberhasilan. Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional
atau yang sering disebut EQ sebagai himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang
melibatkan kemampuan memantau perasaaan sosial yang melibatkan kemampuan memantau
perassan sosial yang melibatkan kemampuan orang lain, memilah-milah semuanya dan
menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan.(Yulisubandi, 2009)
Dari
beberapa definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kecerdasan emosional
adalah kemampuan dalam menggunakan perasaan secara optimal untuk mengenal dan
mengatur diri sendiri serta mengelola emosi yang terdapat dalam diri sediri dan
orang lain agar energi emosi tersebut pada waktu yang tepat dengan frekuensi
yang cukup dapat diterapkan secara efektif dalam membina hubungan yang baik
dengan orang lain.
2. Aspek-aspek
Kecerdasan Emosional
Goleman menggambarkan
kecerdasan emosi dalam 5 aspek kemampuan utama, yaitu :
a.
Mengenali Emosi Diri
Mengenali
emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu
perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional,
para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni
kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. Menurut Mayer (Goleman, 2000)
kesadaran diri adalah waspada terhadap suasana hati maupun pikiran tentang
suasana hati, bila kurang waspada maka individu menjadi mudah larut dalam aliran
emosi dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan
emosi, namun merupakan salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi
sehingga individu mudah menguasai emosi.
b.
Mengelola Emosi
Mengelola
emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan agar dapat
terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri
individu. Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci
menuju kesejahteraan emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat dengan intensitas
terlampau lama akan mengoyak kestabilan kita (Goleman, 2009). Kemampuan ini
mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan,
kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya serta
kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan.
c.
Memotivasi Diri Sendiri
Prestasi
harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu, yang berarti
memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan
dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu
antusianisme, gairah, optimis dan keyakinan diri.
d.
Mengenali Emosi Orang Lain
Kemampuan
untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati. Menurut Goleman (2009)
kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli, menunjukkan
kemampuan empati seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu
menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa
yang dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang
lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan
orang lain.
Rosenthal (dalam Goleman, 2009) dalam
penelitiannya menunjukkan bahwa orangorang yang mampu membaca perasaan dan
isyarat non verbal lebih mampu menyesuiakan diri secara emosional, lebih
populer, lebih mudah bergaul, dan lebih peka. Nowicki (dalam Goleman, 2009),
ahli psikologi menjelaskan bahwa anak-anak yang tidak mampu membaca atau
mengungkapkan emosi dengan baik akan terus menerus merasa frustasi. Seseorang yang
mampu membaca emosi orang lain juga memiliki kesadaran diri yang tinggi.
Semakin mampu terbuka pada emosinya sendiri, mampu mengenal dan mengakui
emosinya sendiri, maka orang tersebut mempunyai kemampuan untuk membaca
perasaan orang lain.
e.
Membina Hubungan
Kemampuan dalam
membina hubungan merupakan suatu keterampilan yang menunjang popularitas,
kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi (Goleman, 2009). Keterampilan dalam
berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan membina hubungan. Individu
sulit untuk mendapatkan apa yang diinginkannya dan sulit juga memahami
keinginan serta kemauan orang lain. Orang-orang yang hebat dalam keterampilan
membina hubungan ini akan sukses dalam bidang apapun. Orang berhasil dalam
pergaulan karena mampu berkomunikasi dengan lancar pada orang lain. Orang-orang
ini populer dalam lingkungannya dan menjadi teman yang menyenangkan karena
kemampuannya berkomunikasi (Goleman, 2009). Ramah tamah, baik hati, hormat dan
disukai orang lain dapat dijadikan petunjuk positif bagaimana siswa mampu
membina hubungan dengan orang lain. Sejauhmana kepribadian siswa berkembang
dilihat dari banyaknya hubungan interpersonal yang dilakukannya.
Adaptasi Goleman (2005:513) meliputi lima dasar
kecakapan emosional dan sosial yang dikelompokan menjadi dua bagian yaitu
kecakapan pribadi dan kecakapan emosional
a.
Kecakapan Pribadi
1)
Kesadaran Diri
Mengetahui
apa yang kita rasakan pada suatu saat dan menggunakannya untuk memandu
pengambilan keputusan untuk diri sendiri memiliki tolak ukur realitas atas
kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.
2)
Pengaturan Diri
Menangani
emosi kita sedemikian rupa sehingga berdampak positif kepada pelaksanaan tugas,
peka terhadap kata hati dan sanggup untuk menunda kenikmatan sebelum
tercapainya suatu sasaran, mampu pulih kembali dari tekanan emosi.
3)
Motivasi
Kemampuan
menggunakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntut kita
menuju sasaran, membantu kita mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif
dan untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi.
b.
Kecakapan Sosial
1)
Empati
Merasakan
yang dirasakan orang lain, mampu memahami prespektif mereka, menumbuhkan
hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam macam
orang.
2)
Keterampilan Sosial
Menangani
emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan cermat membaca
situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar menggunakan
keterampilan keterampilan ini mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah dan
menyelesaikan perselisihan dan untuk bekerja dalam tim. Berdasarkan beberapa
pendapat yang telah dikemukakan dapat disimpulkan aspek-aspek kecerdasan emosi
meliputi mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri,
mengenali emosi orang lain, membina hubungan. Untuk selanjutnya dijadikan
indikator alat ukur kecerdasan emosi dalam penelitian, dengan pertimbangan
aspek-aspek tersebut sudah cukup mewakili dalam mengungkap sejauh mana
kecerdasan emosi subjek penelitian.
Secara lebih rinci
kerangka kerja kecerdasan emosi dalam ECI ( Boyatzis & Goleman,2005 )
adalah sebagai berikut :
a.
Kesadaran diri : mengetahui kondisi diri sendiri , kesukaan,
sumber daya,dan intuisi. Klaster kesadran diri terdiri dari tiga komponen
sebagai berikut :
1)
Kesadaran emosi : mengenali emosi diri sendiri dan efeknya
2)
Penilain diri secara teliti : mengetahui kekuatan dan batas batas diri
sendiri
3) Percaya
diri : keyakina tentang diri sendiri dan kemampun
diri sendiri
b.
Pengaturan diri : mengelola kondisi, impuls,dan sumber daya
diri sendiri. Klaster pengaturan diri sendiri dari enam kompetensi sebagai
berikut :
1)
Kendali emosi diri: mengelola emosi-emosi dan dorongan-dorongan
yang mengganggu
2)
Transparansi ( sifat dapat di percaya ) : menjaga integritas, berperilaku sesuai
dengan nilai-nilai diri
3)
Adaptabilitas : keluwesan dalam menghadapi perubahan
4)
Prestasi : berusaha keras untuk menjadi lebih baik atau memenuhi
standar keberhasilan
5)
Inisiatif : kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan
6)
Optimisme : kegigihan dalam memperjuangkan sasaran kendati ada
halangan dan kegagalan
c.
Kesadran sosial : menentukan bagaimana kita menangani suatu
hubungan dan kesadran terhadap perasaan , kebutuhan dan kepentingan orang lain.
Klaster kesadran sosial terdiri dari tiga komponen sebagai berikut :
1)
Empati : mengindra perasaan dan perspektif orang lain, dan menunjukan minat
aktif terhadap kepentingan mereka
2)
Kesadran politis : mampu membaca arus-arus emosi sebuah
kelompok dan hubungannya dengan kekuasaan
3)
Orientasi membantu orang lain : mengantisipasi,mengenali dan berusaha
memenuhi kebutuhan orang lain
d.
Pengaturan hubungan : kemampuan dalam menggugah tanggapan yang
dikehendaki oleh orang lain .
1)
Mengembangkan orang lain : merasakan kebutuhan perkembangan orang
lain dan berusaha menumbuhkan kemampuan mereka
2)
Kepemimpinan yang inspiratif : membangkitkan inspirasi serta memandu
kelompok dan orang lain
3)
Katalisator perubahan : memulai dan mengelola perubahan
4)
Pengaruh : memilik taktik yang efektif untuk membujuk seserang
5)
Manajemen konflik : negosiasi dan pemecahan silang pendapat
6)
Kolaborasi dan kooperasi : kerja sama dengan orang lain demi tujuan
bersama . menvipatakan sinergi kelompok dalam memperjuangkan tujuan bersama.
3. Faktor
– faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional
Golemen
( 2007 ) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecerdasan
emosional seseorang yaitu :
a.
Faktor internal
Faktor
internal merupakan faktor yang timbul dari dalam individu yang dipengaruhi oleh
anatomi saraf emosinya seperti korteks , neokorteks, lobus prefontal, sistem
limbik, amigdala dan lain-lain yang berada pada otak emosional. Korteks
berperan penting daam memahami sesuatu secara mendalam , menganalisis mengapa
mengalami perasaan tertentu dan selanjutnya berbuat sesuatu untuk mengatasinya.
Neokorteks merupakan tempat fikiran, memuat pusat-pusat yang mengumpulkan dan
memahami apa yang diserap oleh indra. Neokorteks menambahkan pada perasaan apa
yang kita fikirkan tentanag perasaan itu dan memungkinkan kita untuk mempunyai
perasaan tentang ide-ide , seni, simbol-simbol , khayalan-khayalan. Lobus
prefontal , dapat bertindak sebagai saklar peredam yang memberi arti terhadap
situasi emosi sebelum bernuat sesuatu. Sedangkan, sebagai bagian yang berada
dibagian otak yang mengurusi emosi yaitu system limbik. Bagian ini sering
disebut sebagai emosi otak yang letaknya jauh didalam hemister otak besar dan
terutama bertanggung jawab atas pengaturan emosi dan impuls. Bila kita dikuasai
oleh hasrat atau amarah , sedang jatuh cinta atau mundur ketakutan, maka system
limbik itulah yang sedang mencengkram kita . selain itu ada amigdala yang
dipandang sebagai pusat pengendalian emosi
pada otak dan gudangnya ingatan emosional.
b.
Faktor Eksternal
Faktor
eksternal dimaksudkan sebagai faktor yang datang dari luar individu yaitu
lingkungan keluarga dan non keluarga. Kehidupan keluarga merupakan sekolah
pertama dalam mempelajari emosi yaitu belajar bagaimana merasakan dan
menanggapi perasaan diri sendiri, berfikir tentang perasaan tersebut sehingga
mengambil pilihan-pilihan yang dimiliki untuk akhirnya bertindak serta
bagaimana membaca dan mengungkapkan harapan dan rasa takut. Sedangkan hal yang
terkait dengan lingkungan non keluarga adalah lingkungan masyarakat, pendidikan
dan media massa baik cetak maupun elektronik serta informasi yang canggih lewat
jasa satelit.
4. Kecerdasan Emosional Pada Masa Remaja
Salah
satu tugas perkembangan yang paling penting pada masa remaja adalah mencapai
kemandirian emosional dari oran tua dan figur-figur otoritas. Namun,
dikarenakan masa remaja merupakan masa badai dan tekanan yaitu masa dimana ketegangan emosi meninggi
sehingga reaja mengalamai ketidakstabilan emosi yang menyebabkan emosi pada
remaja menjadi mudah terangsang dan cenderung meledak-ledak. Emosi remaja
seringkali sangat kuat dan tidak terkendali , tetapi pada umumnya pada tahun ke
tahun remaja mulai mampu mengendalikan emosi yang bergejolak didalam dirinya
dan berkurang menjelang berakhirnya masa remaja.
Menurut Hurclok (
1980 : 213 ) remaja dikatakan mencapai kecerdasan atau matang secara emosional
apabila :
1)
Pada
masa remaja tidak meledak emosinya dihadapan orang lain melainkan menunggu saat
dan tepat yang lebih tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang
lebih dapat diterima
2)
Remaja
menilai situasi secara kritis terlebihn dahulu sebelum bereaksi secara
emosional , tidak lagi bereaksi tanpa berfikir sebelumnya seperti anan-anak
atau orang yang tidak matang
3)
Remaja
yang emosinya matang memberikan reaksi emosional yang stabil, tidak
berubah-ubah dari satu emosi atau suasana hati yang lain, seperti dalam peiode
sebelumnya.
B.
Ciri-ciri Kecerdasan Emosional (EQ)
Kecerdasan emosional (EQ) yang
dimiliki seseorang, akan membuatnya tampil menjadi orang yang percaya diri,
mampu berkomunikasi dan berhubungan baik dengan orang lain. Hal ini karena
orang yang memiliki kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi mampu memahami dan
mengelola emosi mereka sehingga mereka tahu bagaimana cara bersikap dan
berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu, orang yang memiliki
kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi lebih memiliki kesempatan untuk mencapai
kesuksesan hidup. Kecerdasan emosional (EQ) sendiri adalah suatu kondisi dimana
seseorang mampu memahami dan mengelola emosi mereka. Orang yang memiliki
kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi mampu mengubah emosi menjadi motivasi
untuk mencapai kesuksesan. Orang yang memiliki kecerdasan emosional (EQ)
memiliki ciri-ciri tertentu yang dapat diamati. Berikut adalah ciri kecerdasan
emosional (EQ):
1.
Ingin
tahu tentang orang lain
Ciri kecerdasan
emosional (EQ) yang pertama adalah selalu ingin tahu tentang orang lain. Orang
yang memiliki kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi cenderung suka untuk
berteman dengan orang lain sebanyak mungkin.
Mereka merasa ingin tahu tentang orang lain,
bahkan orang yang belum dikenal sekalipun. Merasa ingin tahu dan menjadi
tertarik dengan orang lain juga bisa menumbuhkan empati. Memperluas empati
dengan berbicara dengan orang lain sebanyak mungkin merupakan salah satu cara
untuk menambah pengetahuan dan pandangan hidup Anda tentang dunia.
2.
Pemimpin
yang besar
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Daniel Goleman yakni penulis buku terlaris internasional Emotional Intellegence,
para pemimpin yang luar biasa memiliki satu kesamaan didalam kepemimpinannya
selain bakat, etos kerja yang kuat serta ambisi. Mereka rata-rata memiliki
kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi dari pada kecerdasan intelektual (IQ).
3.
Tahu
kekuatan dan kelemahan diri
Ciri kecerdasan
emosional (EQ) selanjutnya adalah tahu kekuatan dan kelemahan diri. Orang yang
memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi akan mengetahui dimana letak
kekuatan dan kelemahan dari dirinya sendiri. Dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan Anda, bisa Anda dijadikan
bekal tentang bagaimana seharusnya Anda bertindak dengan menutupi kelemahan dan
mengunggulkan kekuatan yang Anda miliki. Kesadaran akan keadaan diri ini akan
melahirkan kepercayaan diri yang kuat pada diri Anda.
4.
Kemampuan
untuk fokus dan konsentrasi
Ciri orang yang memiliki kecerdasan emosional
(EQ) yang tinggi adalah memiliki kemampuan untuk selalu fokus dan
berkonsentrasi dengan apa yang dikerjakan dan apa yang ingin dicapainya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Jadi
dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional adalah
kemampuan dalam menggunakan perasaan secara optimal untuk mengenal dan mengatur
diri sendiri serta mengelola emosi yang terdapat dalam diri sediri dan orang
lain agar energi emosi tersebut pada waktu yang tepat dengan frekuensi yang
cukup dapat diterapkan secara efektif dalam membina hubungan yang baik dengan
orang lain. Dan ciri ciri kecerdasan emosional itu sendiri adalah ingin tahu
tentang orang lain, pemimpin yang besar, tahu
kekuatan dan kelemahan diri, kemampuan untuk fokus dan konsentrasi.
B.
Saran
Dengan
adanya makalah ini diharapkan para pembaca atau sebagai calon guru harus
memahami konseptual tentang kecerdasan emosional dan mengetahui ciri-ciri
kecerdasan emosional guna membangun
kepribadian diri yang baik . karena dengan demikian dapat dipahami
bahwa keberhasilan seseorang dalam membangun kehidupannya tidak ditentukan oleh
berapa besar ilmu yang dimilikinya, akan tetapi bagaimana menyikapi hidup
dengan emosi yang dimilikinya.
DAFTAR PUSTAKA
Mikarsa Lestari Hera.2009. Pendidikan Anak di SD.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Prof. Dr. H. Sunarto dan
Dra. Ny. B. Hartanto Agung. 1995.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
http://listpdf.com/pe/pengertian-kecerdasan-emosi-pdf.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar