Jumat, 17 Juni 2016

 Konsep kecerdasan emosional  Mengidentifikasi ciri-ciri kecerdasan emosional


BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang
Menurut para ahli kecerdasan manusia itu meliputi tiga kecerdasan utama yang biasa kita kenal dengan istilah kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spritual (SQ). Di dalam kehidupan kita terkadang kecerdasan emosional kerap dianggap kalah penting dari  pada kecerdasan intelektual. Tetapi dalam kenyataannya,  kehidupan kita diliputi oleh situasi.
Emosional adalah Rasa senang, bahagia, gembira dan sedih, semangat serta motivasi untuk berbuat adalah ranah emiosional. Tinggi dan rendahnya pengetahuan manusia sangat ditentukan oleh motivasi belajar yang dimilikinya. Bahkan oleh para ahli menganalogikan bahwa kecerdasan itu ibarat gunung es. Yang muncul dipermukaan laut itu hanyalah bagian kecilnya, sedangkan bagian terbesarnya adalah dibawah laut. Yang di permukaan itu adalah kecerdasan Intelektual dan di bawah laut itu adalah kecerdasan emesional. Dengan demikian dapat dipahami bahwa keberhasilan seseorang dalam membangun kehidupannya tidak ditentukan oleh berapa besar ilmu yang dimilikinya, akan tetapi bagaimana menyikapi hidup dengan emosi yang dimilikinya.
            Untuk memperjelas apa yang dimaksud dengan  kecerdasan  emosional, dan apa saja komponen utama dari kecerdasan emosional itu, Makalah ini akan menjawab persoalan tersebut. Dan akhirnya, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan khususnya bagi pembaca pada umumnya.

B.            Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kecerdasan emosional?
2. Apa saja ciri-ciri kecerdasan emosional?

C.           Tujuan Penulisan
Dengan makalah ini diharapkan mahasiswa atau penulis pada umumnya dapat:
1.    Mengetahui konsep kecerdasan emosional.
2.    Mengidentifikasi ciri-ciri kecerdasan emosional.


























BAB II
PEMBAHASAN

A.           Konsep Kecerdasan Emosional
1.      Pengertian Kecerdasan Emosional
Emosi (emotion) berasal dari kata movere, kata kerja dalam bahasa latin yang berarti “mengggerakan, bergerak”, ditambah awalan “e-“ untuk memberi arti “bergerak menjauh”, menggambarkan bahwa kecendrungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi (Goleman, 2007:7). Istilah kecerdasan emosional pertama kali dikemukakan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan. Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional atau yang sering disebut EQ sebagai himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaaan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perassan sosial yang melibatkan kemampuan orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan.(Yulisubandi, 2009)
Dari beberapa definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan dalam menggunakan perasaan secara optimal untuk mengenal dan mengatur diri sendiri serta mengelola emosi yang terdapat dalam diri sediri dan orang lain agar energi emosi tersebut pada waktu yang tepat dengan frekuensi yang cukup dapat diterapkan secara efektif dalam membina hubungan yang baik dengan orang lain.
2.      Aspek-aspek Kecerdasan Emosional
Goleman menggambarkan kecerdasan emosi dalam 5 aspek kemampuan utama, yaitu :  
a.    Mengenali Emosi Diri
Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood,  yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. Menurut Mayer (Goleman, 2000) kesadaran diri adalah waspada terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan emosi, namun merupakan salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi sehingga individu mudah menguasai emosi.
b.        Mengelola Emosi 
Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat dengan intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan kita (Goleman, 2009). Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan. 
c.         Memotivasi Diri Sendiri 
Prestasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu, yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu antusianisme, gairah, optimis dan keyakinan diri. 
d.        Mengenali Emosi Orang Lain 
Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati. Menurut Goleman (2009) kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli, menunjukkan kemampuan empati seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain. 
       Rosenthal (dalam Goleman, 2009) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa orangorang yang mampu membaca perasaan dan isyarat non verbal lebih mampu menyesuiakan diri secara emosional, lebih populer, lebih mudah bergaul, dan lebih peka. Nowicki (dalam Goleman, 2009), ahli psikologi menjelaskan bahwa anak-anak yang tidak mampu membaca atau mengungkapkan emosi dengan baik akan terus menerus merasa frustasi. Seseorang yang mampu membaca emosi orang lain juga memiliki kesadaran diri yang tinggi. Semakin mampu terbuka pada emosinya sendiri, mampu mengenal dan mengakui emosinya sendiri, maka orang tersebut mempunyai kemampuan untuk membaca perasaan orang lain. 
e.         Membina Hubungan 
Kemampuan dalam membina  hubungan merupakan suatu keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi (Goleman, 2009). Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan membina hubungan. Individu sulit untuk mendapatkan  apa yang diinginkannya dan sulit juga memahami keinginan serta kemauan orang lain. Orang-orang yang hebat dalam keterampilan membina hubungan ini akan sukses dalam bidang apapun. Orang berhasil dalam pergaulan karena mampu berkomunikasi dengan lancar pada orang lain. Orang-orang ini populer dalam lingkungannya dan menjadi teman yang menyenangkan karena kemampuannya berkomunikasi (Goleman, 2009). Ramah tamah, baik hati, hormat dan disukai orang lain dapat dijadikan petunjuk positif bagaimana siswa mampu membina hubungan dengan orang lain. Sejauhmana kepribadian siswa berkembang dilihat dari banyaknya hubungan interpersonal yang dilakukannya. 
Adaptasi Goleman (2005:513) meliputi lima dasar kecakapan emosional dan sosial yang dikelompokan menjadi dua bagian yaitu kecakapan pribadi dan kecakapan emosional
a.        Kecakapan Pribadi
1)        Kesadaran Diri 
Mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu saat dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan untuk diri sendiri memiliki tolak ukur realitas atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.
2)        Pengaturan Diri
Menangani emosi kita sedemikian rupa sehingga berdampak positif kepada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup untuk menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, mampu pulih kembali dari tekanan emosi. 
3)        Motivasi
Kemampuan menggunakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntut kita menuju sasaran, membantu kita mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif dan untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi. 

b.   Kecakapan Sosial
1)        Empati
Merasakan yang dirasakan orang lain, mampu memahami prespektif mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam macam orang. 
2)        Keterampilan Sosial
Menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar menggunakan keterampilan keterampilan ini mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan dan untuk bekerja dalam tim. Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan dapat disimpulkan aspek-aspek kecerdasan emosi meliputi mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, membina hubungan. Untuk selanjutnya dijadikan indikator alat ukur kecerdasan emosi dalam penelitian, dengan pertimbangan aspek-aspek tersebut sudah cukup mewakili dalam mengungkap sejauh mana kecerdasan emosi subjek penelitian. 
Secara lebih rinci kerangka kerja kecerdasan emosi dalam ECI ( Boyatzis & Goleman,2005 ) adalah sebagai berikut :
a.         Kesadaran diri : mengetahui kondisi diri sendiri , kesukaan, sumber daya,dan intuisi. Klaster kesadran diri terdiri dari tiga komponen sebagai berikut :
1)        Kesadaran emosi : mengenali emosi diri sendiri dan efeknya
2)        Penilain diri secara teliti : mengetahui kekuatan dan batas batas diri sendiri
3)      Percaya diri : keyakina tentang diri sendiri dan kemampun diri sendiri
b.        Pengaturan diri : mengelola kondisi, impuls,dan sumber daya diri sendiri. Klaster pengaturan diri sendiri dari enam kompetensi sebagai berikut :
1)        Kendali emosi diri: mengelola emosi-emosi dan dorongan-dorongan yang mengganggu
2)        Transparansi ( sifat dapat di percaya ) : menjaga integritas, berperilaku sesuai dengan nilai-nilai diri
3)        Adaptabilitas : keluwesan dalam menghadapi perubahan
4)        Prestasi : berusaha keras untuk menjadi lebih baik atau memenuhi standar keberhasilan
5)        Inisiatif : kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan
6)        Optimisme : kegigihan dalam memperjuangkan sasaran kendati ada halangan dan kegagalan
c.         Kesadran sosial : menentukan bagaimana kita menangani suatu hubungan dan kesadran terhadap perasaan , kebutuhan dan kepentingan orang lain. Klaster kesadran sosial terdiri dari tiga komponen sebagai berikut :
1)        Empati : mengindra perasaan dan perspektif orang lain, dan menunjukan minat aktif terhadap kepentingan mereka
2)        Kesadran politis : mampu membaca arus-arus emosi sebuah kelompok dan hubungannya dengan kekuasaan
3)        Orientasi membantu orang lain : mengantisipasi,mengenali dan berusaha memenuhi kebutuhan orang lain
d.        Pengaturan hubungan : kemampuan dalam menggugah tanggapan yang dikehendaki oleh orang lain .
1)        Mengembangkan orang lain : merasakan kebutuhan perkembangan orang lain dan berusaha menumbuhkan kemampuan mereka
2)        Kepemimpinan yang inspiratif : membangkitkan inspirasi serta memandu kelompok dan orang lain
3)        Katalisator perubahan : memulai dan mengelola perubahan
4)        Pengaruh : memilik taktik yang efektif untuk membujuk seserang
5)        Manajemen konflik : negosiasi dan pemecahan silang pendapat
6)        Kolaborasi dan kooperasi : kerja sama dengan orang lain demi tujuan bersama . menvipatakan sinergi kelompok dalam memperjuangkan tujuan bersama.  
3.      Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional
Golemen ( 2007 ) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional seseorang yaitu :
a.         Faktor internal
Faktor internal merupakan faktor yang timbul dari dalam individu yang dipengaruhi oleh anatomi saraf emosinya seperti korteks , neokorteks, lobus prefontal, sistem limbik, amigdala dan lain-lain yang berada pada otak emosional. Korteks berperan penting daam memahami sesuatu secara mendalam , menganalisis mengapa mengalami perasaan tertentu dan selanjutnya berbuat sesuatu untuk mengatasinya. Neokorteks merupakan tempat fikiran, memuat pusat-pusat yang mengumpulkan dan memahami apa yang diserap oleh indra. Neokorteks menambahkan pada perasaan apa yang kita fikirkan tentanag perasaan itu dan memungkinkan kita untuk mempunyai perasaan tentang ide-ide , seni, simbol-simbol , khayalan-khayalan. Lobus prefontal , dapat bertindak sebagai saklar peredam yang memberi arti terhadap situasi emosi sebelum bernuat sesuatu. Sedangkan, sebagai bagian yang berada dibagian otak yang mengurusi emosi yaitu system limbik. Bagian ini sering disebut sebagai emosi otak yang letaknya jauh didalam hemister otak besar dan terutama bertanggung jawab atas pengaturan emosi dan impuls. Bila kita dikuasai oleh hasrat atau amarah , sedang jatuh cinta atau mundur ketakutan, maka system limbik itulah yang sedang mencengkram kita . selain itu ada amigdala yang dipandang sebagai pusat pengendalian emosi  pada otak dan gudangnya ingatan emosional.
b.        Faktor Eksternal
Faktor eksternal dimaksudkan sebagai faktor yang datang dari luar individu yaitu lingkungan keluarga dan non keluarga. Kehidupan keluarga merupakan sekolah pertama dalam mempelajari emosi yaitu belajar bagaimana merasakan dan menanggapi perasaan diri sendiri, berfikir tentang perasaan tersebut sehingga mengambil pilihan-pilihan yang dimiliki untuk akhirnya bertindak serta bagaimana membaca dan mengungkapkan harapan dan rasa takut. Sedangkan hal yang terkait dengan lingkungan non keluarga adalah lingkungan masyarakat, pendidikan dan media massa baik cetak maupun elektronik serta informasi yang canggih lewat jasa satelit.
4.       Kecerdasan Emosional Pada Masa Remaja
Salah satu tugas perkembangan yang paling penting pada masa remaja adalah mencapai kemandirian emosional dari oran tua dan figur-figur otoritas. Namun, dikarenakan masa remaja merupakan masa badai dan tekanan  yaitu masa dimana ketegangan emosi meninggi sehingga reaja mengalamai ketidakstabilan emosi yang menyebabkan emosi pada remaja menjadi mudah terangsang dan cenderung meledak-ledak. Emosi remaja seringkali sangat kuat dan tidak terkendali , tetapi pada umumnya pada tahun ke tahun remaja mulai mampu mengendalikan emosi yang bergejolak didalam dirinya dan berkurang menjelang berakhirnya masa remaja.
Menurut Hurclok ( 1980 : 213 ) remaja dikatakan mencapai kecerdasan atau matang secara emosional apabila :
1)        Pada masa remaja tidak meledak emosinya dihadapan orang lain melainkan menunggu saat dan tepat yang lebih tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang lebih dapat diterima
2)        Remaja menilai situasi secara kritis terlebihn dahulu sebelum bereaksi secara emosional , tidak lagi bereaksi tanpa berfikir sebelumnya seperti anan-anak atau orang yang tidak matang
3)        Remaja yang emosinya matang memberikan reaksi emosional yang stabil, tidak berubah-ubah dari satu emosi atau suasana hati yang lain, seperti dalam peiode sebelumnya.

B.            Ciri-ciri Kecerdasan Emosional (EQ)
            Kecerdasan emosional (EQ) yang dimiliki seseorang, akan membuatnya tampil menjadi orang yang percaya diri, mampu berkomunikasi dan berhubungan baik dengan orang lain. Hal ini karena orang yang memiliki kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi mampu memahami dan mengelola emosi mereka sehingga mereka tahu bagaimana cara bersikap dan berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu, orang yang memiliki kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi lebih memiliki kesempatan untuk mencapai kesuksesan hidup. Kecerdasan emosional (EQ) sendiri adalah suatu kondisi dimana seseorang mampu memahami dan mengelola emosi mereka. Orang yang memiliki kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi mampu mengubah emosi menjadi motivasi untuk mencapai kesuksesan. Orang yang memiliki kecerdasan emosional (EQ) memiliki ciri-ciri tertentu yang dapat diamati. Berikut adalah ciri kecerdasan emosional (EQ):
1.         Ingin tahu tentang orang lain
Ciri kecerdasan emosional (EQ) yang pertama adalah selalu ingin tahu tentang orang lain. Orang yang memiliki kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi cenderung suka untuk berteman dengan orang lain sebanyak mungkin.
Mereka merasa ingin tahu tentang orang lain, bahkan orang yang belum dikenal sekalipun. Merasa ingin tahu dan menjadi tertarik dengan orang lain juga bisa menumbuhkan empati. Memperluas empati dengan berbicara dengan orang lain sebanyak mungkin merupakan salah satu cara untuk menambah pengetahuan dan pandangan hidup Anda tentang dunia.
2.         Pemimpin yang besar
   Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Daniel Goleman yakni penulis buku terlaris internasional Emotional Intellegence, para pemimpin yang luar biasa memiliki satu kesamaan didalam kepemimpinannya selain bakat, etos kerja yang kuat serta ambisi. Mereka rata-rata memiliki kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi dari pada kecerdasan intelektual (IQ).
3.         Tahu kekuatan dan kelemahan diri
Ciri kecerdasan emosional (EQ) selanjutnya adalah tahu kekuatan dan kelemahan diri. Orang yang memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi akan mengetahui dimana letak kekuatan dan kelemahan dari dirinya sendiri. Dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan Anda, bisa Anda dijadikan bekal tentang bagaimana seharusnya Anda bertindak dengan menutupi kelemahan dan mengunggulkan kekuatan yang Anda miliki. Kesadaran akan keadaan diri ini akan melahirkan kepercayaan diri yang kuat pada diri Anda.
4.         Kemampuan untuk fokus dan konsentrasi
   Ciri orang yang memiliki kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi adalah memiliki kemampuan untuk selalu fokus dan berkonsentrasi dengan apa yang dikerjakan dan apa yang ingin dicapainya.






BAB III
PENUTUP

A.           Kesimpulan
Jadi dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan dalam menggunakan perasaan secara optimal untuk mengenal dan mengatur diri sendiri serta mengelola emosi yang terdapat dalam diri sediri dan orang lain agar energi emosi tersebut pada waktu yang tepat dengan frekuensi yang cukup dapat diterapkan secara efektif dalam membina hubungan yang baik dengan orang lain. Dan ciri ciri kecerdasan emosional itu sendiri adalah ingin tahu tentang orang lain, pemimpin yang besar, tahu  kekuatan dan kelemahan diri, kemampuan untuk fokus dan konsentrasi.

B.            Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan para pembaca atau sebagai calon guru harus memahami konseptual tentang kecerdasan emosional dan mengetahui ciri-ciri kecerdasan emosional guna  membangun kepribadian diri yang baik . karena dengan demikian dapat dipahami bahwa keberhasilan seseorang dalam membangun kehidupannya tidak ditentukan oleh berapa besar ilmu yang dimilikinya, akan tetapi bagaimana menyikapi hidup dengan emosi yang dimilikinya.









DAFTAR PUSTAKA


Mikarsa Lestari Hera.2009. Pendidikan Anak di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Prof. Dr. H. Sunarto dan  Dra. Ny. B. Hartanto Agung. 1995.  Jakarta: PT Rineka Cipta.

http://listpdf.com/pe/pengertian-kecerdasan-emosi-pdf.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar