Jumat, 17 Juni 2016

BIMBINGAN DI SD DAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS


BAB I
PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang
Faktor utama yang melandasi kebutuhan akan layanana bimbingan di sekolah dasar ialah faktor
karakteristik dan masalah perkembangan siswa pendekatan perkembangan dalam bimbingan merupakan pendekatan yang tepat digunakan di sekolah dasar karena pendekatan ini lebih berorientasi kepada penciptaan lingkungan perkembangan bagi siswa dan berdasar kepada suatu program layanan yang terstruktur dan sistematis.
Bimbigan yang berorientasi pendekatan perkembangan bersifat lebih proaktif dibanding dengan bimbingan yang berorientasi remediatif dan prepentif. Bimbingan perkembangan terfokus pada upaya mengembangkan kemampuan, sikap, dan keterampilan siswa yang mendukung keberhasilan siswa dalam belajar dengan cara menciptakan lingkungan perkembangan. Ada empat komponen pokok dalam program bimbingan perkembangan yaitu: (1) layanan dasar bimbingan, (2) layanan responsif, (3) perencanaan individual, (4) pendukung sistem.
Sejalan dengan aspek-aspek perkembangan siswa, layanana bimbingan di sekolah dasar mencakup layanan bimbingan belajar, pribadi, sosial dan karir. Ada kelompok populas khusus yang yang menuntut layanan bimbingan secara khusus pula, yaitu kelompok anak berbakat, berkesulitan belajar, dan siswa dengan perilaku bermasalah.

B.   Rumusan Masalah
1.    Apakah makna dan prinsip umum belajar?
2.    Apakah kedudukan dan permasalahan bimbingan di sekolah dasar?
3.    Bagaimana hubungan pendidikan dengan kurikulum? 
4.    Bagaiman pendekatan perkembangan dalam bimbingan?

C.  Tujuan Penulisan
Dengan mempelajari makalah ini dihaharapkan kita mampu mengerti:
1.    Makna dan prinsip umum belajar.
2.    Kedudukan dan masalah bimbingan di sekolah dasar.
3.    Hubungan pendidikan dengan kurikulum.
4.    Pendekatan perkembangan dalam bimbingan.













BAB II
PEMBAHASAAN


A.  Makna Dan Prinsip Umum Bimbingan
1.    Makna Bimbingan
a.    Bimbingan Adalah Suatu Proses
Sebagai suatu proses bimbingan merupakan kegiatan yang berkebelanjutan berlangsung secara terus menerus dan bukan kegiatan seketika atau kebetulan. Bimbingan adalah kegiatan yang sistematis dan berencana yang terarah kepada pencapaian tujuan dan bukan kegiatan sewaktu-waktu atau insidental sebagai contoh, ketika seorang guru menemukan seorang siswa sedang merokok pada saat jam istirahat guru itu serta merta memanggil siswa itu ke dalam ruangan. Guru itu memberikan nasihat kepada siswa itu dan melarang siswa itu mengulang perbuatannya. Nasihat satu jam penuh diberikan oleh guru, dan siswa selalu mengiyakan apa yang dinasihatkan oleh gurunya. Di akhir pemberian nasihat guru meminta siswa tadi menuliskan janji yang berbunyi “saya tidak akan merokok lagi” kalimat itu harus ditulis berulang-ulang penuh dalam sebuah buku tulis. Dengan susah payah siswa tersebut menyelesaikan tugas yang diberikan oleh gurunya, dan ke esokan harinya buku yang penuh tulisan kalimat janji itu diserahkan kepada gurunya. 
b.    Bimbingan Adalah Bantuan
Makna bantuan dalam bimbingan adalah mengembangkan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan siswa, memberikan dorongan dan semangat, menumbuhkan keberanian bertindak dan bertanggung jawab, mengembangkan kemampuan untuk memperbaiki dan mengubah perilakunya sendiri. Bantuan dalam bimbingan bukanlah memaksakan kehendak pembimbing kepada siswa melainkan menumbuhkan kemampuan siswa untuk memilih dan mengambil keputusan sendiri atas tanggungjawab sendiri.
c.    Bimbingan Itu Diberikan Kepada Individu
Individu yang diberikan bantuan adalah individu yang sedang berkembang dengan segala keunikannya bantuan dalam bimbingan diberikan dengan mempertimbangkan keragaman dan keunikan individu.  Tidak ada teknik pemberian bantuan yang berlaku umum bagi semua siswa karena pemberian bantuan hanya diberikan kepada siswa akan difahami dan dimaknai secara individual sesuai dengan pengalaman, kebutuhan yang masalah yang dihadapi siswa ini berarti bahwa bantuan yang diberikan harus didasarkan kepada pemahaman terhadap pemahaman terhadap kebutuhan dan masalah siswa.
d.        Tujuan Bimbingan Adalah Perkembangan Optimal
Perkembangan optimal yaitu perkembangan yang sesuai dengan potensi dan sistem nilai tentang kehidupan yang baik dan benar. Perkembangan optimal bukanlah semata-mata pencapaian tingkat kemampuan intelektual yang tinggi, yang ditandai dengan penguasaan pengetahuan dan keterampilan, melainkan suatu kondisi dinamika di mana mampu mngenal dan memahami diri; berani menerima kenyataan diri; mengarahkan diri sesuai engan kemampuan, kesempatan, dan sistem nilai; melakukan pilihan dan mengambil keputusan atas tanggung jawab sendiri. Dikatakan sebagai kondisi dinamik karena kemampuan yang disebutkan tersebut akan berkembang terus dan hal ini terjadi karena individu berada di dalam serta menghadapi lingkungan yang terus berubah dan berkembang.      
2.    Prinsip-Prinsip Umum Bimbingan
a.    Bimbingan Diberikan Kepada Individu Yang Sedang Berada Dalam Proses Berkembang
          Ini berarti bahwa bantuan yang diberikan kepada siswa harus bertolak dari perkembangan dan kebutuhan siswa. Pembimbing tidaklah memaksakan kehendak dan arah perkembangan siswa, dan bantuan yang diberikan itu berdasarkan pemahaman terhadap kebutuhan dan masalah siswa. Walaupun demikian, di dalam memberikan bantuan tersebut pembimbing tetap pada sistem nilai kehidupan yang baik dan benar. Pembimbing bertugas untuk membantu siswa memahami sistem nilai sebagai bagian dari proses pengembangan dirinya.
b.    Bimbingan Diperuntukan Bagi Semua Siswa
Bimbingan tidak hanya ditunjukan kepada siswa yang bermasalah atau salah satu tetapi ditunjukankepada semua siswa. Prinsip ini mengandung arti bahwa pembimbing perlu memahami perkembangan dan kebutuhan siswa secara menyeluruh, dan menjadikan perkembangan dan kebutuhan siswa tersebut    sebagai salah satu dasar bagi penyusunan program bimbingan di sekolah. Prinsip ini juga mengandung arti bahwa pemberian bantuan kepada siswa tidak menunggu munculnya masalah dan mengembangkan kemampuan siswa untuk menyelesaikan masalah sendiri.
c.    Bimbingan Dilaksanakan Dengan Memperdulikan Semua Segi Perkembangan Siswa
Prinsip ini mengandung arti bahwa dalam semua segi perkembangan siswa, baik fisik maupun mental, sosial, maupun emosional dipandang sebagai satu kesatuan  dan saling berkaitan. Masalah atau kebutuhan yang muncul dalam aspek perkembangan yang satu bisa terjadi karena adaya masalah atau kebutuhan dalam aspek perkembangan lain. Contoh: kesulitan siswa dalam  belajar menulis bisa terkait dengan atau bahkan mungkin dilatarbelakangi oleh ganguan stabilitas kebutuhan emosional. Anak yang sering mengalami ketegangan emosional sulit untuk bekerja rapi  dan teliti an salah satu wujud perilakunya bisa tampak dalam ketidak rapian tulisan.
d.   Bimbingan Berdasar Pada Pengakuan Atas Kemampuan Individu Untuk Menentukan Pilihan
Prinsip ini mengandung makna bahwa setiap siswa memiliki kemampuan untuk menentukan pilihan sendiri tentang apa yang akan dia lakukan. Pembimbing tidak memilihkan sesuatu untuk siswa melainkan membantu mengembangkan kemampuan siswa untuk melakukan pilihan. Menentukan pilihan adalah hak pribadi seseorang akan tetapi proses menentukan pilihan tidak lepas dari konsekuensi pilihan itu. Artinya, membantu siswa mengembangkan kemampuan memilih sekaligus juga membantu siswa untuk memahami mau menerima konsekuensi pilihannya itu.
e.    Bimbingan Adalah Bagian Terpadu Dari Proses Pendidikan
Proses pendidikan bukanlah proses pengembangan aspek intrlektual semata melainkan proses pengembangan seluruh aspek kepribadian siswa ini berarti bahwa di dalam praktik pendidikan tidak cukup hanya melaksanakan proses pembelajaran yang lebih banyak terfokus kepada membantu siswa menguasai pengetahuan secara intelektual melainkan juga harus disertai dengan pengembangan aspek lain seperti keterampilan sosial, kecerdasan emosional, disiplin dari pemahaman nilai, sikap dan kebiasaan belajar. Aspek- aspek yang disebutkan ini lebih terkait dengan upaya dan tugas bimbingan keberhasilan belajar secara intelektual akan dipengaruhi oleh keefektifan perilaku dari aspek-aspek perkembangan lainnya. Oleh karena itu, keberadaan bimbingan di dalam proses pendidikan terkait erat dengan proses pembelajaran maupun kegiatan-kegiatan lain yang menunjang perkembangan siswa.
f.     Bimbingan Dimaksudkan Untuk Membantu Siswa Merealisasikan Dirinya           
Prinsip ini  mengandung arti bahwa bantuan di dalam proses bimbingan diarahkan untuk membantu siswa memahami dirinya, mengarahkan diri kepada tujuan yang realistik , dan mencapai tujuan yang realistik itu sesuai dengan kemampuan diri dan peluang yang diperoleh.

B.  Kedudukan Dan Permasalahan Bimbingan Di Sekolah Dasar
Secara formal kedudukan bimbingan dalam sistem pendidikan Indonesia telah digariskan di dalam undang-undang No. 2/1989 tetang sistem pendidikan beserta perangkat peraturan pemerintahnya. Hal-hal yang berkenaan dengan Pendidikan Dasar, di mana Sekolah Dasar ada di dalamnya, dibicarakan secara khusus dalam PP No. 28/1989. Pada pasal 25 dalam PP tersebut dikatakan bahwa:
(1)          Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan.
(2)          Bimbingan diberikan oleh guru pembimbing.
Pengakuan formal seperti ini mengandung arti bahwa layanan bimbingan di sekolah dasar perlu dilaksanakan secara terprogram dan ditandatangani oleh orang yang memiliki kemampuan untuk itu. Untuk pendidikan di sekolah dasar pada saat ini dengan memperhatikan karakteristik dan kebutuhan siswa serta penyelenggaraan sistem pendidikan sekolah dasar yang ditangani oleh guru kelas, maka layanan bimbingan di sekolah dasar dalam banyak hal masih akan lebih efektif dilaksanakan secara terpadu. Dengan prdengan proses pembelajaran dan ditangani guru kelas. Oleh karena itu, guru sekolah dasar dikehendaki memiliki pemahaman dan kemampuan untuk menyelenggarakan layanan bimbingan.
Keberadaan bimbingan dalam pendidikan di sekolah dasar terkait erat dengan sistem pendidikan dasar 9 tahun, di mana sekolah dasar merupakan dari sistem pendidikan dasar 9 tahun, sistem pendidikan dasar 9 tahun membawa konsekuensi kepada wajib belajar sampai dengan usia SLTP dan untuk sekolah dasar mempunyai kewajiban menyiapkan para lulusannya untuk memasuki pendidikan tingkat lanjut, jelasna SLTP.
Kondisi atau tuntutan seperti digambarkan di atas menghendaki sekolah dasar tidak hanya mengantarkan siswanya untuk tamat belajar, melainkan harus membantu siswa mengembangkan kesiapan baik dalam segi akademik,sosial maupun pribadi untuk memasuki proses pendidikan-pendidikan di SLTP. Untuk mencapai kesiapan seperti itu, proses dan interaksi sosial tidak hanya semata-mata merupakan proses intruksional melainkan harus disertai dengan upaya-upaya nonintruksional yang terpadu dalam kegiatan intruksional tersebut. Upaya non-intruksional ini merupakan upaya yang lebih banyak terarah kepada layanan bimbingan. Tampak disini bahwa di dalam tugas guru sebagai pengajar melekat pula tugas untuk membantu siswa mengembangkan kesiapan dan penyesuaian diri yang kuat terhadap program sekolah baik di sekolah dasar maupun di sekolah lanjut yang akan di masuki berikutnya. Ini berarti bahawa di sekolah dasar guru memegang peran kunci di dalam pelaksanaan bimbingan. Pada tingkat sekolah dasar bimbingan dapat dikatakan identik dengan “mengajar yang baik” terutama jika guru memainkan peran-peran penting dalam mengembangkan lingkungan kondusif bagi perkembangan siswa.
Kebutuhan akan layanan bimbingan di sekolah dasar bertolak dari kebutuhan dan masalah perkembangan siswa. Temuan lapangan (Sunaryo Kartadinata 1992; Surtayat Trisnamansyah dkk. 1992) menunjukan bahwa masalah-masalah perkembangan fisik, kognitif, pribadi, dan sosial. Masalah-masalah perkembangan ini memunculkan kebutuhan akan layanan bimbingan di sekolah dasar iialah rentang keragaman individual siswa yang amat lebar. Rentang keragaman siswa sekolah dasar bergerak dari siswa yang sangat panjang sampai dengan yang sangat kurang, dari siswa yang sangat mudah menyesuaikan diri terhadap program sampai dengan siswa yang sangat mudah menyesuaikan diri, dari siswa yang tidak bermasalah sampai dengan sarat masalah. Kondisi ini akan memunculkan populasi khusus yang menjadi target layanan bimbingan, antara lain mencakup:
a.    Siswa dengan kecerdasan dan kemampuan tinggi
b.    Siswa yang mengalami kesulitan belajar
c.    Siswa dengan perilaku bermasalah

C.  Hubungan pendidikan Dengan Kurikulum        
Kiranya para ahli dan praktisi pendidikan sepakat bahwa kurikulum merupakan wahana untuk mencapai tujuan sekolah. Untuk itu sejumlah mata pelajaran yang tergolong ke dalam kelompok akademis seperti matematika, bahasa, IPA, IPS menjadi hal yang diutamakan, sekalipun mungkin juga ada penekanan pada aspek lain seperti pada aspek vokasional yang lebih mengarah kepada pengembangan penguasaaan keterampilan siswa dalam pekerjaan tertentu. Kurikulum merupakan rancangan pengalaman belajar bagi siswa untuk mempercepat perkembangan intelektual. Kenyataan menunjukan bahwa siswa yang masuk sekolah memiliki keragaman intelektual dan rentang motivasi yang cukup lebar. Akibatnya, pengembangan intelektual yang dirancang melalui pengalaman belajar kulikuler tidak dapat dipisahkan dari pengembangan aspek sosial dan emosional. Persoalan yang muncul ialah bagaimana siswa dapat mengambil manfaat yang maksimal dari pengalaman kulikuler di sekolahnya, sehingga perkembangan yang terjadi pada siswa tidak hanya perkembangan aspek intelektualnya tetapi juga aspek non-intelektualnya seperti pada aspek sosial, emosi, sikap, dan  motivasi.
   Persoalan-persoalan tersebut menyangkut permasalahan letak hubungan antara kurikulum dan bimbingan itu merupakan dua hal yang berdiri sendiri atau dua hal yang berkolaborasi? Permasalahan ini menjadi amat penting terutama di sekolah dasar karena perkembangan.   Siswa sekolah dasar yang bersifat holistik menghendaki keterpaduan antara layanan bimbingan dan proses pembelajaran. Kondisi ini mengandung implikasi bahwa bimbingan di sekolah dasar menjadi tanggung jawab guru.
   Kegiatan kulikuler di sekolah yang diwujudkan dalam proses atau kegiatan pembelajaran hendaknya dapat mengakomodasikan keragaman individual siswa. Untuk itu kegiatan pembelajaran harus memperhadapkan siswa kepada kemungkinan situasi untuk : (1) belajar dalam kelompok besar. (2) belajar dalam kelompok kecil, dan (3) belajar sendiri. Perencanaan kulikuler sekolah akan merupakan wahana yang kondusif bagi layanan bimbingan apabila memperhatikan hal-hal berikut:
1)   Rancangan kegiatan kulikuler mencakup pengalaman belajar yang dapat mengembangkan aspek rasa dan kehendak (motivasi)
2)   Rancangan kegiatan kulikuler menyediakan pengalaman bagi siswa untuk melaksanakan eksplorasi diri, yakni belajar memahami keadaan diri secara realistik dan belajar merumuskan serta menguji harapan dirinya.
3)   Rancangan kegiatan kulikuler menyediakan pengalaman bagi siswa yang berkenaan dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dalam perencanaan karir dan pendidikan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa hubungan bimbingan dengan kegiatan kulikuler di sekolah terletak dalam dua hal pokok. Pertama, bimbingan merupakan piranti (instrumen) untuk memahami rentang kecakapan, prestasi, minat, kekuatan, kelemahan, masalah, dan karakteristik perkembangan siswa sebagai segi-segi esensial yang mendasar perencanaan kegiatan kurikuler. Kedua, bimbingan membantu siswa dalam memahami dan memasuki kegiatan belajar yang disediakan dalam pengalaman kurikuler itu.



D.  Pendekatan Perkembangan Dalam Bimbingan
            Ada empat pendekatan dapat dirumuskan sebagai pendekatan dalam bimbingan yaitu pendekatan (a) krisis, (b) remedial, (c) preventif, (d) perkembangan (Myrick dalam Muro & Kottman. 1995). Dalam pendekatan krisis pembimbing menunggu munculnya suatu krisis dan dia bertindak membantu seseorang menghadapi krisis itu . teknik yang digunakan dalam pendekatan ini adalah teknik-teknik yang secara pasti dapat mengatasi krisis itu. Contoh seorang anak datang mengadu kepada guru sambil menangis karena didorong temannya sehingga dia tersungkur ke lantai. Pembimbing yang menggunakan pendekatn krisis akan meminta anak itu membicarakan penyelesaian masalahnya dengan teman yang mendorong dia kelantai. Bahkan mungkin pembimbing atau guru tersebut memanggil teman anak itu untuk datang ke kantornya untuk membicarakan penyelesaian masalah itu.
            Di dalam pendekatan remedial guru aakan memfokuskan bantuannya kepada upaya menyembuhkan atau perbaiki kelemahan-kelemahan yang tampak. Tujuan bantuan dari pendekatan ini ialah menghindarkan terjadinya krisis yang mungkin terjadi. Berbagai strategi bisa digunakan seperti mengajarkan kepada siswa keterampilan tertentu seperti keterampilan belajar, keterampilan sosial da sejenisnya yang belum dimiliki siswa sebelumnya. Dalam contoh kasus diatas, dengan menggunakan pendekatan remedial guru dapat mengambil tindakan mengajarkan keterampilan berdamai sehingga siswa tadi memiliki keterampilan untuk mengatasi masalah-masalah hubungan antar pribadi. Keterampilan berdamai adalah keterampilan yang selama ini belum dimiliki kedua siswa tersebut dan merupakan kelemahan yang bisa memunculkan krisis itu.
            Pendekatan preventif mencoba mengantisipasi masalah-masalah generik dan mencegah terjadinya masalah itu. Masalah-masalah yang dimaksud seperti putus sekolah, narkotika, kenakalan, merokok dan sejenisnya yang secara potensial masalah itu dapat terjadi kepada siswa secara umum. Model preventif ini didasarkan kepada pemikiran bahwa jika guru atau pembimbing dapat mendidik siswa untuk menyadari bahaya dari berbagai kegiatan dan menguasai metode untuk menghindari masalah itu, maka pembimbing akan dapat mencegah siswa dari perbuatan-perbuatan membahayakan tersebut. Berbagai teknik dapat digunakan dalam pendekatan ini termasuk mengajar dan menyebarluaskan informasi. Dalam contoh kasus diatas, jika guru menggunakan pendekatan preventif guru akan mengajari siswa untuk bersikap torelan dan memahami orang lain sehingga dapat mencegah munculnya perilaku agresif, tanpa menunggu munculnya krisis terlebih dahulu.
            Pendekatan perkembangan merupakan pendekatan yang lebih muktahir dan lebih proaktif dibandingkan dengan ketika pendekatan sebelumnya. Pembimbing yang menggunakan pendekatan ini beranjak dari pemahaman tentang keterampilan dan pengalaman khusus yang dibutuhkan siswa untuk mencapai keberhasilan disekolah dan dikehidupan. Pendekatan perkembangan ini dipandang sebagai pendekatan yang tepat digunakan dalam tatanan pendidikan sekolah karena pendekatan ini memberikan perhatian terhadap tahap-tahap perkembangan siswa, kebutuhan dan minat, serta membantu siswa mampelajari keterampilan hidup (Robert Myrick . 1989). Berbagai teknik dapat digunakan dalam pendekatan ini seperti mengajar, tukar informasi, bermain peran, berlatih, tutorial, dan konseling. Dalam contoh diatas, jika guru menggunakan pendekatan perkembangan dia mesti menangani anak tadi sejak tahun-tahun pertama masuk sekolah, mengajari dan menyediakan pengalaman belajar bagi anak itu yang dapat mengembangkan keterampilan hubungan antar pribadi yang diperlukan untuk melakukan interaksi yang efektif dengan orang lain. Oleh karena itu didalam pendekatan perkembangan keterampilan dan pengalaman belajar yang menjadi kebutuhan siswa akan dirumuskan kepada suatu kurikulum bimbingan.
            Pendekatan perkembangan bertolak dari pemikiran bahwa perkembangan yang sehat akan berlangsung dalam interaksi yang sehat antara siswa dengan lingkungannya. Pemikiran ini membawa dua implikasi pokok pada pelaksanaan bimbingan sekolah:
1)   Perkembangan adalah tujuan bimbingan, ini berarti bahwa tugas bimbingan atau guru disekolah perlu memiliki kerangka berpikir dan keterampilan yang memadai untuk memahami perkembangan peserta didik sebagai dasar perumusan tujuan dan isi bimbingan disekolah.
2)  Interaksi yang sehat merupakan iklim lingkungan perkembangan yang harus dikembangkan oleh guru. Ini berarti bahwa guru perlu menguasai pengetahuan dan keterampilan khusus untuk mengembangan lingkungan perkembangan sebagai pendukung sistem pelaksanaan bimbingan disekolah.
            Ada pola umum dalam proses perkembangan siswa, oleh karena itu perkembangan berlangsung dalam tata urutan tertentu. Dalam teori psikologi tata urutan itu dirumuskan sebagai tugas-tugas perkembangan. Tugas perkembangan diartikan sebagai perangkat perilaku yang harus dikuasi siswa dalam periode kehidupan tersebut akan mendasari keberhasilan penguasaan perangkat perilaku dalam periode berikutnya. sedangkan kegagalan menguasai perangkat perilaku dalam periode kehidupan sebelumnya akan membawa siswa ke dalam kekecewaan, penolakan masyarakat, dan kesulitan didalam menguasai perangkat perilaku pada periode kehidupan berikutnya. Contoh sederhana ialah bahwa keterampilan membaca, menulis, dan berhitung sudah harus dikuasai siswa pada kelas-kelas awal. Keberhasilan siswa menguasai keterampilan ini akan mempengaruhi keberhasilan siswa dalam mempelajari mata-mata pelajaran pada kelas yang lebih tinggi.sedangkan kegagalan iswa dalam menguasai hal tersebut akan menimbulkan kesulitan dan kekecewaan siswa dalam pempelajari atau menguasai mata pelajaran dikelas-kelas yang lebih tinggi. Bahkan lebih jauh dari itu kegagalan tadi bisa membawa kepada munculnya perilaku bermasalah pada siswa. Perkembangan pada usia siswa sekolah dasar terarah kepada pemerolehan perilaku yang berkaitan sikap, kebiasaan, dan kesadaran akan keberadaan dirinya sebagai bagian dari lingkungan dan memiliki kecakapan tertentu yang berbeda dari orang lain.
            Dalam pendekatan perkembangan perolehan perilaku yang diharapkan terbentuk pada siswa perlu dirumuskan secara komprehensif dan rumusan itu akan menjadi dasar bagi pengembangan program bimbingan. Esensi strategi untuk membantu siswa mengembangkan dan menguasai perilaku yang diharapkan tersebut terletak pada pengembangan lingkungan belajar, yakni lingkungan yang memungkinkan siswa memperoleh perilaku baru yang lebih efektif. Didalam lingkungan belajar inilah dikembangkan peluang, harapan, pemahaman, persepsi yang memungkinkan siswa memperkuat dan memenuhi kebutuhan dan motif dasar mereka atau mungkin mendorong siswa untuk mengubah atau menyesuaikan kebutuhan dan motif dasar tersebut kepada perilaku dan nilai-nilai yang berkembang didalam lingkungan belajar. Didalam konsep bimbingan perkembangan lingkungan belajar seperti digambarkan diatas dirumuskan kedalam konsep lingkungan perkembangan manusia atau ekologi perkembangan manusia. Mari kita simak ilustrasi suasana belajar mengajar berikut ini.
Ilustrasi pertama
Bu Kuas mangajarkan topik energi kepada siswanya. Dia mengajukan pertanyaan kepada siswa “Apa sumber energi?”. Sejumlah siswa mengangkat tangan sebagai tanda mereka siap menjawab pertanyaan yang diajukan. Secara spontan siswa Riky menjawab: “sumber energi adalah  batu bara”. Bu Kuas merespon jawaban Riky: “Mengapa kamu menjawab sebelum ibu perintahkan”. Respon Bu Kuas ini mengundang siswa lain menertawakan Riky. “Apa kalian tidak mendengar bahwa yang boleh menjawab pertanyaan itu adalah yang ibu tunjuk?”, lanjut Bu Kuas. “Dan tahu,... jawabanmu itu salah!” (Catatan: dalam kegiatan belajar mengajar selanjutnya Riky tidak pernah mau lagi menjawab pertanyaan yang diajukan gurunya)
Ilustrasi kedua
Guru lain bernama Pak Terbu mengajarkan topik yang sama di kelas yang berbeda. Pak Terbu mengajukan pula pertanyaan yang sama, yaitu: “Apa sumber energi?” Seorang siswa bernama Sinta dengan spontan menjawab: “Sumber energi adalah mars.” Siswa lain tertawa riuh mendengar jawaban Sinta. Pak Terbu lanjut bertanya kepada Sinta. “Mengapa kamu mengatakan mars sebagai sumber energi?” Sinta menjawab: “Ya, saya melihat di televisi mars itu sumber energi.” Siswa lain kembali merespon dengan tertawa sambil memberi komentar. “Ah, mars yang kamu lihat di televisi itu kan merk gula-gula.” Pak Terbu memberikan respon “O ya, gula-gula  jika kamu makan bisa memberi kamu energi”
Kedua ilustrasi di atas menggambarkan suasana atau iklim lingkungan belajar yang berbeda, dan memberikan dampak yang berbeda pula terhadap perilaku yang terbentuk pada diri siswa. Kiranya kita akan sependapat bahwa ilustrasi yang kedua merupakan lingkungan belajar atau lingkungan perkembangan yang kondusif  bagi pengembangan perilaku-perilaku yang efektif. Suasananya tidak semata-mata interaksi instruksional, melainkan transaksional, dialogis, dan mendorong siswa untuk mempelajari perilakunya sendiri. Suasana pembelajaran seperti ini akan memberikan kemudahan bagi guru untuk mewujudkan layanan bimbingan di sekolah dasar. Guru perlu menyadari bahwa di dalam proses pembelajaran dapat dan bahkan semestinya dikembangkan perilaku non intelektual secara bersamaan dengan perilaku intelektual.
Apabila ilustrasi kedua disimak lebih dalam akan dapat diintifikasikan bahwa suatu lingkungan perkembangan akan mengandung unsur-unsur berikut ini:
Pertama, unsur peluang. Unsur ini berkaitan dengan topik yang disajikan yang memungkinkan siswa mempelajari perilaku-perilaku baru. Didalam topik energi terkandung topik lain yang mengarah kepada pengembangan sikap terbuka terhadap pendapat orang lain, toleransi terhadap kegagalan, atau mungkin juga keterampilan berinteraksi. Di sekolah dasar keterpaduan topik seperti ini lebih diutamakan mengingat pelaksanaan layanan bimbingan akan lebih banyk terpadu dengan proses pembelajaran. Hal ini mengandung implikasi bahwa tujuan dan topik-topik yang terkandung dalam kurikulum yang sudah diorganisasikan harus dimaknai dan dijabarkan kedalam tujuan-tujuan akademik dan tujuan pengambangan pribadi, sosial, karir, keterampilan komunikasi, kemempuan pemecahan masalah, pemecahan konflik, pengembangan konsep diri dan aspek-aspek lainnya.
Kedua, unsur pendukung. Unsur ini berkaitan dengan proses pengembangan interaksi yang dapat menumbuhkan kemampuan siswa untuk mempelajari perilaku baru baik secara kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Dalam ilustrasi kedua tampak bahwa guru berupaya betul menciptakan suasana interaktif yang terwujud dalam guru-siswa dan siswa-siswa. Dengan kata lain unsur pendukung ini berkaitan dengan upaya guru dalam pengembangan: (1) relasi jaringan kerja yang bisa menyentuh siswa dan memungkinkan siswa mengembangkan kemampuannya, dan (2) keterlibatan seluruh siswa dalam proses interaksi
Ketiga, unsur penghargaan. Esensi unsur ini terletak pada penilaian dan pemberian balikan yang dapat memperkuat pembentukan perilaku baru. Penilaian dan balikan ini perlu dilakukan sepanjang proses bimbingan berlangsung: diagnosis dilakukan untuk mengidentifikasi kesulitan yang dihadapi siswa, dan perbaikan serta penguatan (reinforcement) dilakukan untuk membentuk pola-pola perilaku baru. Dalam ilustrasi diatas tampak bahwa Pak Terbu secara berkelanjutan memberikan penilaian dan balikan dengan cara meminta siswa memberikan penjelasan atas jawabannya, dan pada akhirnya Pak Terbu memberikan penghargaan dan penguatan bahwa gula-gula itu sumber energi. Penghargaan dan penguatan semacam ini akan membentuk perilaku baru seperti diutarakan unsur peluang diatas.
Agar pengembangan lingkungan belajar dan layanan bimbingan dapat diberikan secara sistematik perlu dikembangkan atau dirumuskan program bimbingan. Banyak cara untuk merancang program bimbingan dan secara rinci pengembangan program ini dijelaskan pada bab terakhir pada buku ini. Seperti diungkapkan diatas bahwa bimbingan perkembangan mencakup juga layanan atau kegiatan yang dilakukan dalam tiga pendekatan lainnya, dan program layanan yang dirancang bagi seluruh siswa merupakan program utama dalam bimbingan perkembangan. Ada empat komponen dalam bimbingan perkembangan, yaitu: (1) layanan dasar bimbingan (2) layanan responsif (3) layanan perencanaan individual (4) pendukung sistem. Layanan dasar bimbingan adalah layanan umum yang diperuntukkan bagi seluruh siswa. Layanan ini terarah pada pengambangan perilaku atau kompetensi yang harus dikuasai siswa sesuai dengan tugas perkembangannya. Layanan dasar ini merupakan inti dari program bimbingan perkembangan. Layanan responsif ialah layanan yang diarahkan untuk membantu siswa mengatasi masalah-masalah yang dihadapi pada saat itu. Oleh karena itu layanan responsif akan mengandung layanan-layanan yang bersifat penanganan krisis, remediatif, dan preventif. Layanan perencanaan individual ialah layanan yang dimaksudkan untuk membantu siswa mengembangkan dan mengimplementasikan rencana pendidikan, karir dan pribadi.tujuan utama dari komponen ini ialah membantu siswa memantau dan memahami pertumbuhan dan perkembangannya secara proaktif. Komponen pendukung sistem adalah komponen yang berkaitan dengan aspek managerial yang mencakup antara lain, pengembangan program, pengembangan staf, alokasi dana dan fasilitas, kerja sama dengan orang tua dan sumber lainnya, riset dan pengembangan.             



BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Dalam hakikat anak di SD terdapat makna dan prinsip umum bimbingan, makna bimbingan adalah bimbingan adalah suatu proses, bimbingan sebagai suatu bantuan, bimbingan itu di berikan kepada individu, dan bimbingan adalah perkembangan optimal. Prinsip-prinsip umum bimbingan ada enam yaitu: bimbingan diberikan kepada individu yang sedang berada dalam proses berkembang, bimbingan diperuntukan bagi semua siswa, bimbingan dilaksanakan dengan memperdulikan semua segi perkembangan, bimbingan berdasarkan pada pengakuan atas kemampuan individu, bimbingan untuk menentukan pilihan,  bimbingan adalah bagian terpadu dari proses pendidikan dan bimbingan dimaksudkan untuk membantu siswa merealisasikan dirinya.
          Secara formal kedudukan bimbingan dalam sistem pendidikan Indonesia telah digariskan di dalam undang-undang No. 2/1989 tetang sistem pendidikan beserta perangkat peraturan pemerintahnya. Hal-hal yang berkenaan dengan Pendidikan Dasar, di mana Sekolah Dasar ada di dalamnya, dibicarakan secara khusus dalam PP No. 28/1989. Pada pasal 25 dalam PP. Pendekatan perkembanan dalam bimbingan ada empat pendekatan dapat dirumuskan sebagai pendekatan dalam bimbingan yaitu pendekatan (a) krisis, (b) remedial, (c) preventif, (d) perkembangan.
                                                                   
B.  Saran

Dengan adanya makalah ini diharapkan para pembaca atau sebagai calon guru harus memahami konseptual tentang kedudukan dan kebutuhan akan layanan bimbingan di sekolah dasar. Pendekatan perkembangan dalam bimbingan, dan bentuk layanan bimbingan di sekolah dasar. Serta dapat terampil  memahami fenomena kebutuhan siswa. 





























Tidak ada komentar:

Posting Komentar