PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Faktor
utama yang melandasi kebutuhan akan layanana bimbingan di sekolah dasar ialah
faktor
karakteristik dan masalah perkembangan siswa pendekatan perkembangan dalam bimbingan merupakan pendekatan yang tepat digunakan di sekolah dasar karena pendekatan ini lebih berorientasi kepada penciptaan lingkungan perkembangan bagi siswa dan berdasar kepada suatu program layanan yang terstruktur dan sistematis.
karakteristik dan masalah perkembangan siswa pendekatan perkembangan dalam bimbingan merupakan pendekatan yang tepat digunakan di sekolah dasar karena pendekatan ini lebih berorientasi kepada penciptaan lingkungan perkembangan bagi siswa dan berdasar kepada suatu program layanan yang terstruktur dan sistematis.
Bimbigan
yang berorientasi pendekatan perkembangan bersifat lebih proaktif dibanding
dengan bimbingan yang berorientasi remediatif dan prepentif. Bimbingan
perkembangan terfokus pada upaya mengembangkan kemampuan, sikap, dan
keterampilan siswa yang mendukung keberhasilan siswa dalam belajar dengan cara
menciptakan lingkungan perkembangan. Ada empat komponen pokok dalam program
bimbingan perkembangan yaitu: (1) layanan dasar bimbingan, (2) layanan
responsif, (3) perencanaan individual, (4) pendukung sistem.
Sejalan
dengan aspek-aspek perkembangan siswa, layanana bimbingan di sekolah dasar
mencakup layanan bimbingan belajar, pribadi, sosial dan karir. Ada kelompok
populas khusus yang yang menuntut layanan bimbingan secara khusus pula, yaitu
kelompok anak berbakat, berkesulitan belajar, dan siswa dengan perilaku
bermasalah.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apakah
makna dan prinsip umum belajar?
2.
Apakah
kedudukan dan permasalahan bimbingan di sekolah dasar?
3.
Bagaimana
hubungan pendidikan dengan kurikulum?
4.
Bagaiman
pendekatan perkembangan dalam bimbingan?
C. Tujuan
Penulisan
Dengan
mempelajari makalah ini dihaharapkan kita mampu mengerti:
1.
Makna
dan prinsip umum belajar.
2.
Kedudukan
dan masalah bimbingan di sekolah dasar.
3.
Hubungan
pendidikan dengan kurikulum.
4.
Pendekatan
perkembangan dalam bimbingan.
BAB
II
PEMBAHASAAN
A.
Makna
Dan Prinsip Umum Bimbingan
1.
Makna
Bimbingan
a.
Bimbingan
Adalah Suatu Proses
Sebagai
suatu proses bimbingan merupakan kegiatan yang berkebelanjutan berlangsung
secara terus menerus dan bukan kegiatan seketika atau kebetulan. Bimbingan
adalah kegiatan yang sistematis dan berencana yang terarah kepada pencapaian
tujuan dan bukan kegiatan sewaktu-waktu atau insidental sebagai contoh, ketika
seorang guru menemukan seorang siswa sedang merokok pada saat jam istirahat
guru itu serta merta memanggil siswa itu ke dalam ruangan. Guru itu memberikan
nasihat kepada siswa itu dan melarang siswa itu mengulang perbuatannya. Nasihat
satu jam penuh diberikan oleh guru, dan siswa selalu mengiyakan apa yang
dinasihatkan oleh gurunya. Di akhir pemberian nasihat guru meminta siswa tadi
menuliskan janji yang berbunyi “saya tidak akan merokok lagi” kalimat itu harus
ditulis berulang-ulang penuh dalam sebuah buku tulis. Dengan susah payah siswa
tersebut menyelesaikan tugas yang diberikan oleh gurunya, dan ke esokan harinya
buku yang penuh tulisan kalimat janji itu diserahkan kepada gurunya.
b.
Bimbingan
Adalah Bantuan
Makna
bantuan dalam bimbingan adalah mengembangkan lingkungan yang kondusif bagi
perkembangan siswa, memberikan dorongan dan semangat, menumbuhkan keberanian
bertindak dan bertanggung jawab, mengembangkan kemampuan untuk memperbaiki dan
mengubah perilakunya sendiri. Bantuan dalam bimbingan bukanlah memaksakan
kehendak pembimbing kepada siswa melainkan menumbuhkan kemampuan siswa untuk
memilih dan mengambil keputusan sendiri atas tanggungjawab sendiri.
c.
Bimbingan
Itu Diberikan Kepada Individu
Individu yang diberikan bantuan adalah
individu yang sedang berkembang dengan segala keunikannya bantuan dalam
bimbingan diberikan dengan mempertimbangkan keragaman dan keunikan
individu. Tidak ada teknik pemberian
bantuan yang berlaku umum bagi semua siswa karena pemberian bantuan hanya
diberikan kepada siswa akan difahami dan dimaknai secara individual sesuai
dengan pengalaman, kebutuhan yang masalah yang dihadapi siswa ini berarti bahwa
bantuan yang diberikan harus didasarkan kepada pemahaman terhadap pemahaman
terhadap kebutuhan dan masalah siswa.
d.
Tujuan
Bimbingan Adalah Perkembangan Optimal
Perkembangan
optimal yaitu perkembangan yang sesuai dengan potensi dan sistem nilai tentang
kehidupan yang baik dan benar. Perkembangan optimal bukanlah semata-mata
pencapaian tingkat kemampuan intelektual yang tinggi, yang ditandai dengan
penguasaan pengetahuan dan keterampilan, melainkan suatu kondisi dinamika di
mana mampu mngenal dan memahami diri; berani menerima kenyataan diri;
mengarahkan diri sesuai engan kemampuan, kesempatan, dan sistem nilai;
melakukan pilihan dan mengambil keputusan atas tanggung jawab sendiri.
Dikatakan sebagai kondisi dinamik karena kemampuan yang disebutkan tersebut
akan berkembang terus dan hal ini terjadi karena individu berada di dalam serta
menghadapi lingkungan yang terus berubah dan berkembang.
2.
Prinsip-Prinsip
Umum Bimbingan
a.
Bimbingan
Diberikan Kepada Individu Yang Sedang Berada Dalam Proses Berkembang
Ini berarti bahwa bantuan yang
diberikan kepada siswa harus bertolak dari perkembangan dan kebutuhan siswa.
Pembimbing tidaklah memaksakan kehendak dan arah perkembangan siswa, dan
bantuan yang diberikan itu berdasarkan pemahaman terhadap kebutuhan dan masalah
siswa. Walaupun demikian, di dalam memberikan bantuan tersebut pembimbing tetap
pada sistem nilai kehidupan yang baik dan benar. Pembimbing bertugas untuk
membantu siswa memahami sistem nilai sebagai bagian dari proses pengembangan
dirinya.
b.
Bimbingan
Diperuntukan Bagi Semua Siswa
Bimbingan
tidak hanya ditunjukan kepada siswa yang bermasalah atau salah satu tetapi
ditunjukankepada semua siswa. Prinsip ini mengandung arti bahwa pembimbing
perlu memahami perkembangan dan kebutuhan siswa secara menyeluruh, dan
menjadikan perkembangan dan kebutuhan siswa tersebut sebagai
salah satu dasar bagi penyusunan program bimbingan di sekolah. Prinsip ini juga
mengandung arti bahwa pemberian bantuan kepada siswa tidak menunggu munculnya
masalah dan mengembangkan kemampuan siswa untuk menyelesaikan masalah sendiri.
c.
Bimbingan
Dilaksanakan Dengan Memperdulikan Semua Segi Perkembangan Siswa
Prinsip
ini mengandung arti bahwa dalam semua segi perkembangan siswa, baik fisik
maupun mental, sosial, maupun emosional dipandang sebagai satu kesatuan dan saling berkaitan. Masalah atau kebutuhan
yang muncul dalam aspek perkembangan yang satu bisa terjadi karena adaya
masalah atau kebutuhan dalam aspek perkembangan lain. Contoh: kesulitan siswa
dalam belajar menulis bisa terkait
dengan atau bahkan mungkin dilatarbelakangi oleh ganguan stabilitas kebutuhan
emosional. Anak yang sering mengalami ketegangan emosional sulit untuk bekerja
rapi dan teliti an salah satu wujud
perilakunya bisa tampak dalam ketidak rapian tulisan.
d.
Bimbingan
Berdasar Pada Pengakuan Atas Kemampuan Individu Untuk Menentukan Pilihan
Prinsip
ini mengandung makna bahwa setiap siswa memiliki kemampuan untuk menentukan
pilihan sendiri tentang apa yang akan dia lakukan. Pembimbing tidak memilihkan
sesuatu untuk siswa melainkan membantu mengembangkan kemampuan siswa untuk
melakukan pilihan. Menentukan pilihan adalah hak pribadi seseorang akan tetapi
proses menentukan pilihan tidak lepas dari konsekuensi pilihan itu. Artinya,
membantu siswa mengembangkan kemampuan memilih sekaligus juga membantu siswa
untuk memahami mau menerima konsekuensi pilihannya itu.
e.
Bimbingan
Adalah Bagian Terpadu Dari Proses Pendidikan
Proses
pendidikan bukanlah proses pengembangan aspek intrlektual semata melainkan
proses pengembangan seluruh aspek kepribadian siswa ini berarti bahwa di dalam
praktik pendidikan tidak cukup hanya melaksanakan proses pembelajaran yang
lebih banyak terfokus kepada membantu siswa menguasai pengetahuan secara
intelektual melainkan juga harus disertai dengan pengembangan aspek lain
seperti keterampilan sosial, kecerdasan emosional, disiplin dari pemahaman
nilai, sikap dan kebiasaan belajar. Aspek- aspek yang disebutkan ini lebih
terkait dengan upaya dan tugas bimbingan keberhasilan belajar secara
intelektual akan dipengaruhi oleh keefektifan perilaku dari aspek-aspek
perkembangan lainnya. Oleh karena itu, keberadaan bimbingan di dalam proses
pendidikan terkait erat dengan proses pembelajaran maupun kegiatan-kegiatan
lain yang menunjang perkembangan siswa.
f.
Bimbingan
Dimaksudkan Untuk Membantu Siswa Merealisasikan Dirinya
Prinsip
ini mengandung arti bahwa bantuan di
dalam proses bimbingan diarahkan untuk membantu siswa memahami dirinya,
mengarahkan diri kepada tujuan yang realistik , dan mencapai tujuan yang
realistik itu sesuai dengan kemampuan diri dan peluang yang diperoleh.
B.
Kedudukan
Dan Permasalahan Bimbingan Di Sekolah Dasar
Secara
formal kedudukan bimbingan dalam sistem pendidikan Indonesia telah digariskan
di dalam undang-undang No. 2/1989 tetang sistem pendidikan beserta perangkat peraturan
pemerintahnya. Hal-hal yang berkenaan dengan Pendidikan Dasar, di mana Sekolah
Dasar ada di dalamnya, dibicarakan secara khusus dalam PP No. 28/1989. Pada
pasal 25 dalam PP tersebut dikatakan bahwa:
(1)
Bimbingan
merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan
pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan.
(2)
Bimbingan
diberikan oleh guru pembimbing.
Pengakuan
formal seperti ini mengandung arti bahwa layanan bimbingan di sekolah dasar
perlu dilaksanakan secara terprogram dan ditandatangani oleh orang yang
memiliki kemampuan untuk itu. Untuk pendidikan di sekolah dasar pada saat ini
dengan memperhatikan karakteristik dan kebutuhan siswa serta penyelenggaraan
sistem pendidikan sekolah dasar yang ditangani oleh guru kelas, maka layanan
bimbingan di sekolah dasar dalam banyak hal masih akan lebih efektif
dilaksanakan secara terpadu. Dengan prdengan proses pembelajaran dan ditangani
guru kelas. Oleh karena itu, guru sekolah dasar dikehendaki memiliki pemahaman
dan kemampuan untuk menyelenggarakan layanan bimbingan.
Keberadaan
bimbingan dalam pendidikan di sekolah dasar terkait erat dengan sistem
pendidikan dasar 9 tahun, di mana sekolah dasar merupakan dari sistem
pendidikan dasar 9 tahun, sistem pendidikan dasar 9 tahun membawa konsekuensi
kepada wajib belajar sampai dengan usia SLTP dan untuk sekolah dasar mempunyai
kewajiban menyiapkan para lulusannya untuk memasuki pendidikan tingkat lanjut,
jelasna SLTP.
Kondisi
atau tuntutan seperti digambarkan di atas menghendaki sekolah dasar tidak hanya
mengantarkan siswanya untuk tamat belajar, melainkan harus membantu siswa
mengembangkan kesiapan baik dalam segi akademik,sosial maupun pribadi untuk
memasuki proses pendidikan-pendidikan di SLTP. Untuk mencapai kesiapan seperti
itu, proses dan interaksi sosial tidak hanya semata-mata merupakan proses
intruksional melainkan harus disertai dengan upaya-upaya nonintruksional yang
terpadu dalam kegiatan intruksional tersebut. Upaya non-intruksional ini
merupakan upaya yang lebih banyak terarah kepada layanan bimbingan. Tampak
disini bahwa di dalam tugas guru sebagai pengajar melekat pula tugas untuk
membantu siswa mengembangkan kesiapan dan penyesuaian diri yang kuat terhadap
program sekolah baik di sekolah dasar maupun di sekolah lanjut yang akan di
masuki berikutnya. Ini berarti bahawa di sekolah dasar guru memegang peran
kunci di dalam pelaksanaan bimbingan. Pada tingkat sekolah dasar bimbingan
dapat dikatakan identik dengan “mengajar yang baik” terutama jika guru
memainkan peran-peran penting dalam mengembangkan lingkungan kondusif bagi
perkembangan siswa.
Kebutuhan
akan layanan bimbingan di sekolah dasar bertolak dari kebutuhan dan masalah perkembangan
siswa. Temuan lapangan (Sunaryo Kartadinata 1992; Surtayat Trisnamansyah dkk.
1992) menunjukan bahwa masalah-masalah perkembangan fisik, kognitif, pribadi,
dan sosial. Masalah-masalah perkembangan ini memunculkan kebutuhan akan layanan
bimbingan di sekolah dasar iialah rentang keragaman individual siswa yang amat
lebar. Rentang keragaman siswa sekolah dasar bergerak dari siswa yang sangat
panjang sampai dengan yang sangat kurang, dari siswa yang sangat mudah
menyesuaikan diri terhadap program sampai dengan siswa yang sangat mudah
menyesuaikan diri, dari siswa yang tidak bermasalah sampai dengan sarat
masalah. Kondisi ini akan memunculkan populasi khusus yang menjadi target
layanan bimbingan, antara lain mencakup:
a.
Siswa
dengan kecerdasan dan kemampuan tinggi
b.
Siswa
yang mengalami kesulitan belajar
c.
Siswa
dengan perilaku bermasalah
C.
Hubungan
pendidikan Dengan Kurikulum
Kiranya
para ahli dan praktisi pendidikan sepakat bahwa kurikulum merupakan wahana
untuk mencapai tujuan sekolah. Untuk itu sejumlah mata pelajaran yang tergolong
ke dalam kelompok akademis seperti matematika, bahasa, IPA, IPS menjadi hal
yang diutamakan, sekalipun mungkin juga ada penekanan pada aspek lain seperti
pada aspek vokasional yang lebih mengarah kepada pengembangan penguasaaan
keterampilan siswa dalam pekerjaan tertentu. Kurikulum merupakan rancangan
pengalaman belajar bagi siswa untuk mempercepat perkembangan intelektual.
Kenyataan menunjukan bahwa siswa yang masuk sekolah memiliki keragaman
intelektual dan rentang motivasi yang cukup lebar. Akibatnya, pengembangan
intelektual yang dirancang melalui pengalaman belajar kulikuler tidak dapat
dipisahkan dari pengembangan aspek sosial dan emosional. Persoalan yang muncul
ialah bagaimana siswa dapat mengambil manfaat yang maksimal dari pengalaman
kulikuler di sekolahnya, sehingga perkembangan yang terjadi pada siswa tidak
hanya perkembangan aspek intelektualnya tetapi juga aspek non-intelektualnya
seperti pada aspek sosial, emosi, sikap, dan
motivasi.
Persoalan-persoalan
tersebut menyangkut permasalahan letak hubungan antara kurikulum dan bimbingan
itu merupakan dua hal yang berdiri sendiri atau dua hal yang berkolaborasi?
Permasalahan ini menjadi amat penting terutama di sekolah dasar karena
perkembangan. Siswa sekolah dasar yang
bersifat holistik menghendaki keterpaduan antara layanan bimbingan dan proses
pembelajaran. Kondisi ini mengandung implikasi bahwa bimbingan di sekolah dasar
menjadi tanggung jawab guru.
Kegiatan kulikuler di sekolah yang diwujudkan
dalam proses atau kegiatan pembelajaran hendaknya dapat mengakomodasikan
keragaman individual siswa. Untuk itu kegiatan pembelajaran harus
memperhadapkan siswa kepada kemungkinan situasi untuk : (1) belajar dalam
kelompok besar. (2) belajar dalam kelompok kecil, dan (3) belajar sendiri.
Perencanaan kulikuler sekolah akan merupakan wahana yang kondusif bagi layanan
bimbingan apabila memperhatikan hal-hal berikut:
1)
Rancangan
kegiatan kulikuler mencakup pengalaman belajar yang dapat mengembangkan aspek
rasa dan kehendak (motivasi)
2)
Rancangan
kegiatan kulikuler menyediakan pengalaman bagi siswa untuk melaksanakan
eksplorasi diri, yakni belajar memahami keadaan diri secara realistik dan
belajar merumuskan serta menguji harapan dirinya.
3)
Rancangan
kegiatan kulikuler menyediakan pengalaman bagi siswa yang berkenaan dengan
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dalam perencanaan karir dan
pendidikan.
Secara umum
dapat dikatakan bahwa hubungan bimbingan dengan kegiatan kulikuler di sekolah
terletak dalam dua hal pokok. Pertama, bimbingan merupakan piranti (instrumen)
untuk memahami rentang kecakapan, prestasi, minat, kekuatan, kelemahan,
masalah, dan karakteristik perkembangan siswa sebagai segi-segi esensial yang
mendasar perencanaan kegiatan kurikuler. Kedua, bimbingan membantu siswa dalam
memahami dan memasuki kegiatan belajar yang disediakan dalam pengalaman
kurikuler itu.
D.
Pendekatan
Perkembangan Dalam Bimbingan
Ada empat pendekatan dapat
dirumuskan sebagai pendekatan dalam bimbingan yaitu pendekatan (a) krisis, (b)
remedial, (c) preventif, (d) perkembangan (Myrick dalam Muro & Kottman.
1995). Dalam pendekatan krisis pembimbing menunggu munculnya suatu krisis dan
dia bertindak membantu seseorang menghadapi krisis itu . teknik yang digunakan
dalam pendekatan ini adalah teknik-teknik yang secara pasti dapat mengatasi
krisis itu. Contoh seorang anak datang mengadu kepada guru sambil menangis
karena didorong temannya sehingga dia tersungkur ke lantai. Pembimbing yang
menggunakan pendekatn krisis akan meminta anak itu membicarakan penyelesaian
masalahnya dengan teman yang mendorong dia kelantai. Bahkan mungkin pembimbing
atau guru tersebut memanggil teman anak itu untuk datang ke kantornya untuk
membicarakan penyelesaian masalah itu.
Di dalam pendekatan remedial guru
aakan memfokuskan bantuannya kepada upaya menyembuhkan atau perbaiki kelemahan-kelemahan
yang tampak. Tujuan bantuan dari pendekatan ini ialah menghindarkan terjadinya
krisis yang mungkin terjadi. Berbagai strategi bisa digunakan seperti mengajarkan
kepada siswa keterampilan tertentu seperti keterampilan belajar, keterampilan
sosial da sejenisnya yang belum dimiliki siswa sebelumnya. Dalam contoh kasus
diatas, dengan menggunakan pendekatan remedial guru dapat mengambil tindakan
mengajarkan keterampilan berdamai sehingga siswa tadi memiliki keterampilan
untuk mengatasi masalah-masalah hubungan antar pribadi. Keterampilan berdamai
adalah keterampilan yang selama ini belum dimiliki kedua siswa tersebut dan
merupakan kelemahan yang bisa memunculkan krisis itu.
Pendekatan preventif mencoba
mengantisipasi masalah-masalah generik dan mencegah terjadinya masalah itu.
Masalah-masalah yang dimaksud seperti putus sekolah, narkotika, kenakalan,
merokok dan sejenisnya yang secara potensial masalah itu dapat terjadi kepada
siswa secara umum. Model preventif ini didasarkan kepada pemikiran bahwa jika
guru atau pembimbing dapat mendidik siswa untuk menyadari bahaya dari berbagai
kegiatan dan menguasai metode untuk menghindari masalah itu, maka pembimbing akan
dapat mencegah siswa dari perbuatan-perbuatan membahayakan tersebut. Berbagai
teknik dapat digunakan dalam pendekatan ini termasuk mengajar dan
menyebarluaskan informasi. Dalam contoh kasus diatas, jika guru menggunakan
pendekatan preventif guru akan mengajari siswa untuk bersikap torelan dan
memahami orang lain sehingga dapat mencegah munculnya perilaku agresif, tanpa
menunggu munculnya krisis terlebih dahulu.
Pendekatan perkembangan merupakan
pendekatan yang lebih muktahir dan lebih proaktif dibandingkan dengan ketika
pendekatan sebelumnya. Pembimbing yang menggunakan pendekatan ini beranjak dari
pemahaman tentang keterampilan dan pengalaman khusus yang dibutuhkan siswa
untuk mencapai keberhasilan disekolah dan dikehidupan. Pendekatan perkembangan
ini dipandang sebagai pendekatan yang tepat digunakan dalam tatanan pendidikan
sekolah karena pendekatan ini memberikan perhatian terhadap tahap-tahap
perkembangan siswa, kebutuhan dan minat, serta membantu siswa mampelajari
keterampilan hidup (Robert Myrick . 1989). Berbagai teknik dapat digunakan
dalam pendekatan ini seperti mengajar, tukar informasi, bermain peran,
berlatih, tutorial, dan konseling. Dalam contoh diatas, jika guru menggunakan
pendekatan perkembangan dia mesti menangani anak tadi sejak tahun-tahun pertama
masuk sekolah, mengajari dan menyediakan pengalaman belajar bagi anak itu yang
dapat mengembangkan keterampilan hubungan antar pribadi yang diperlukan untuk
melakukan interaksi yang efektif dengan orang lain. Oleh karena itu didalam
pendekatan perkembangan keterampilan dan pengalaman belajar yang menjadi
kebutuhan siswa akan dirumuskan kepada suatu kurikulum bimbingan.
Pendekatan perkembangan bertolak
dari pemikiran bahwa perkembangan yang sehat akan berlangsung dalam interaksi
yang sehat antara siswa dengan lingkungannya. Pemikiran ini membawa dua
implikasi pokok pada pelaksanaan bimbingan sekolah:
1)
Perkembangan
adalah tujuan bimbingan, ini berarti bahwa tugas bimbingan atau guru disekolah
perlu memiliki kerangka berpikir dan keterampilan yang memadai untuk memahami
perkembangan peserta didik sebagai dasar perumusan tujuan dan isi bimbingan
disekolah.
2) Interaksi
yang sehat merupakan iklim lingkungan perkembangan yang harus dikembangkan oleh
guru. Ini berarti bahwa guru perlu menguasai pengetahuan dan keterampilan
khusus untuk mengembangan lingkungan perkembangan sebagai pendukung sistem
pelaksanaan bimbingan disekolah.
Ada pola umum dalam proses perkembangan
siswa, oleh karena itu perkembangan berlangsung dalam tata urutan tertentu.
Dalam teori psikologi tata urutan itu dirumuskan sebagai tugas-tugas
perkembangan. Tugas perkembangan diartikan sebagai perangkat perilaku yang
harus dikuasi siswa dalam periode kehidupan tersebut akan mendasari
keberhasilan penguasaan perangkat perilaku dalam periode berikutnya. sedangkan
kegagalan menguasai perangkat perilaku dalam periode kehidupan sebelumnya akan
membawa siswa ke dalam kekecewaan, penolakan masyarakat, dan kesulitan didalam
menguasai perangkat perilaku pada periode kehidupan berikutnya. Contoh
sederhana ialah bahwa keterampilan membaca, menulis, dan berhitung sudah harus
dikuasai siswa pada kelas-kelas awal. Keberhasilan siswa menguasai keterampilan
ini akan mempengaruhi keberhasilan siswa dalam mempelajari mata-mata pelajaran
pada kelas yang lebih tinggi.sedangkan kegagalan iswa dalam menguasai hal
tersebut akan menimbulkan kesulitan dan kekecewaan siswa dalam pempelajari atau
menguasai mata pelajaran dikelas-kelas yang lebih tinggi. Bahkan lebih jauh
dari itu kegagalan tadi bisa membawa kepada munculnya perilaku bermasalah pada
siswa. Perkembangan pada usia siswa sekolah dasar terarah kepada pemerolehan
perilaku yang berkaitan sikap, kebiasaan, dan kesadaran akan keberadaan dirinya
sebagai bagian dari lingkungan dan memiliki kecakapan tertentu yang berbeda
dari orang lain.
Dalam pendekatan perkembangan
perolehan perilaku yang diharapkan terbentuk pada siswa perlu dirumuskan secara
komprehensif dan rumusan itu akan menjadi dasar bagi pengembangan program
bimbingan. Esensi strategi untuk membantu siswa mengembangkan dan menguasai
perilaku yang diharapkan tersebut terletak pada pengembangan lingkungan
belajar, yakni lingkungan yang memungkinkan siswa memperoleh perilaku baru yang
lebih efektif. Didalam lingkungan belajar inilah dikembangkan peluang, harapan,
pemahaman, persepsi yang memungkinkan siswa memperkuat dan memenuhi kebutuhan
dan motif dasar mereka atau mungkin mendorong siswa untuk mengubah atau
menyesuaikan kebutuhan dan motif dasar tersebut kepada perilaku dan nilai-nilai
yang berkembang didalam lingkungan belajar. Didalam konsep bimbingan
perkembangan lingkungan belajar seperti digambarkan diatas dirumuskan kedalam
konsep lingkungan perkembangan manusia atau ekologi perkembangan manusia. Mari
kita simak ilustrasi suasana belajar mengajar berikut ini.
Ilustrasi pertama
Bu Kuas
mangajarkan topik energi kepada siswanya. Dia mengajukan pertanyaan kepada
siswa “Apa sumber energi?”. Sejumlah siswa mengangkat tangan sebagai tanda
mereka siap menjawab pertanyaan yang diajukan. Secara spontan siswa Riky
menjawab: “sumber energi adalah batu
bara”. Bu Kuas merespon jawaban Riky: “Mengapa kamu menjawab sebelum ibu
perintahkan”. Respon Bu Kuas ini mengundang siswa lain menertawakan Riky. “Apa
kalian tidak mendengar bahwa yang boleh menjawab pertanyaan itu adalah yang ibu
tunjuk?”, lanjut Bu Kuas. “Dan tahu,... jawabanmu itu salah!” (Catatan: dalam
kegiatan belajar mengajar selanjutnya Riky tidak pernah mau lagi menjawab
pertanyaan yang diajukan gurunya)
Ilustrasi kedua
Guru lain
bernama Pak Terbu mengajarkan topik yang sama di kelas yang berbeda. Pak Terbu
mengajukan pula pertanyaan yang sama, yaitu: “Apa sumber energi?” Seorang siswa
bernama Sinta dengan spontan menjawab: “Sumber energi adalah mars.” Siswa lain
tertawa riuh mendengar jawaban Sinta. Pak Terbu lanjut bertanya kepada Sinta.
“Mengapa kamu mengatakan mars sebagai sumber energi?” Sinta menjawab: “Ya, saya
melihat di televisi mars itu sumber energi.” Siswa lain kembali merespon dengan
tertawa sambil memberi komentar. “Ah, mars yang kamu lihat di televisi itu kan
merk gula-gula.” Pak Terbu memberikan respon “O ya, gula-gula jika kamu makan bisa memberi kamu energi”
Kedua ilustrasi
di atas menggambarkan suasana atau iklim lingkungan belajar yang berbeda, dan
memberikan dampak yang berbeda pula terhadap perilaku yang terbentuk pada diri
siswa. Kiranya kita akan sependapat bahwa ilustrasi yang kedua merupakan
lingkungan belajar atau lingkungan perkembangan yang kondusif bagi pengembangan perilaku-perilaku yang
efektif. Suasananya tidak semata-mata interaksi instruksional, melainkan
transaksional, dialogis, dan mendorong siswa untuk mempelajari perilakunya
sendiri. Suasana pembelajaran seperti ini akan memberikan kemudahan bagi guru
untuk mewujudkan layanan bimbingan di sekolah dasar. Guru perlu menyadari bahwa
di dalam proses pembelajaran dapat dan bahkan semestinya dikembangkan perilaku
non intelektual secara bersamaan dengan perilaku intelektual.
Apabila
ilustrasi kedua disimak lebih dalam akan dapat diintifikasikan bahwa suatu
lingkungan perkembangan akan mengandung unsur-unsur berikut ini:
Pertama, unsur
peluang. Unsur ini berkaitan dengan topik yang disajikan yang memungkinkan
siswa mempelajari perilaku-perilaku baru. Didalam topik energi terkandung topik
lain yang mengarah kepada pengembangan sikap terbuka terhadap pendapat orang
lain, toleransi terhadap kegagalan, atau mungkin juga keterampilan
berinteraksi. Di sekolah dasar keterpaduan topik seperti ini lebih diutamakan
mengingat pelaksanaan layanan bimbingan akan lebih banyk terpadu dengan proses
pembelajaran. Hal ini mengandung implikasi bahwa tujuan dan topik-topik yang
terkandung dalam kurikulum yang sudah diorganisasikan harus dimaknai dan
dijabarkan kedalam tujuan-tujuan akademik dan tujuan pengambangan pribadi,
sosial, karir, keterampilan komunikasi, kemempuan pemecahan masalah, pemecahan
konflik, pengembangan konsep diri dan aspek-aspek lainnya.
Kedua, unsur
pendukung. Unsur ini berkaitan dengan proses pengembangan interaksi yang dapat
menumbuhkan kemampuan siswa untuk mempelajari perilaku baru baik secara
kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Dalam ilustrasi kedua tampak bahwa guru
berupaya betul menciptakan suasana interaktif yang terwujud dalam guru-siswa
dan siswa-siswa. Dengan kata lain unsur pendukung ini berkaitan dengan upaya
guru dalam pengembangan: (1) relasi jaringan kerja yang bisa menyentuh siswa
dan memungkinkan siswa mengembangkan kemampuannya, dan (2) keterlibatan seluruh
siswa dalam proses interaksi
Ketiga, unsur
penghargaan. Esensi unsur ini terletak pada penilaian dan pemberian balikan
yang dapat memperkuat pembentukan perilaku baru. Penilaian dan balikan ini
perlu dilakukan sepanjang proses bimbingan berlangsung: diagnosis dilakukan
untuk mengidentifikasi kesulitan yang dihadapi siswa, dan perbaikan serta penguatan
(reinforcement) dilakukan untuk membentuk pola-pola perilaku baru. Dalam
ilustrasi diatas tampak bahwa Pak Terbu secara berkelanjutan memberikan
penilaian dan balikan dengan cara meminta siswa memberikan penjelasan atas
jawabannya, dan pada akhirnya Pak Terbu memberikan penghargaan dan penguatan
bahwa gula-gula itu sumber energi. Penghargaan dan penguatan semacam ini akan
membentuk perilaku baru seperti diutarakan unsur peluang diatas.
Agar
pengembangan lingkungan belajar dan layanan bimbingan dapat diberikan secara
sistematik perlu dikembangkan atau dirumuskan program bimbingan. Banyak cara
untuk merancang program bimbingan dan secara rinci pengembangan program ini
dijelaskan pada bab terakhir pada buku ini. Seperti diungkapkan diatas bahwa
bimbingan perkembangan mencakup juga layanan atau kegiatan yang dilakukan dalam
tiga pendekatan lainnya, dan program layanan yang dirancang bagi seluruh siswa
merupakan program utama dalam bimbingan perkembangan. Ada empat komponen dalam
bimbingan perkembangan, yaitu: (1) layanan dasar bimbingan (2) layanan
responsif (3) layanan perencanaan individual (4) pendukung sistem. Layanan
dasar bimbingan adalah layanan umum yang diperuntukkan bagi seluruh siswa.
Layanan ini terarah pada pengambangan perilaku atau kompetensi yang harus
dikuasai siswa sesuai dengan tugas perkembangannya. Layanan dasar ini merupakan
inti dari program bimbingan perkembangan. Layanan responsif ialah layanan yang
diarahkan untuk membantu siswa mengatasi masalah-masalah yang dihadapi pada
saat itu. Oleh karena itu layanan responsif akan mengandung layanan-layanan
yang bersifat penanganan krisis, remediatif, dan preventif. Layanan perencanaan
individual ialah layanan yang dimaksudkan untuk membantu siswa mengembangkan
dan mengimplementasikan rencana pendidikan, karir dan pribadi.tujuan utama dari
komponen ini ialah membantu siswa memantau dan memahami pertumbuhan dan
perkembangannya secara proaktif. Komponen pendukung sistem adalah komponen yang
berkaitan dengan aspek managerial yang mencakup antara lain, pengembangan
program, pengembangan staf, alokasi dana dan fasilitas, kerja sama dengan orang
tua dan sumber lainnya, riset dan pengembangan.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam hakikat anak di SD terdapat makna
dan prinsip umum bimbingan, makna bimbingan adalah bimbingan adalah suatu
proses, bimbingan sebagai suatu bantuan, bimbingan itu di berikan kepada
individu, dan bimbingan adalah perkembangan optimal. Prinsip-prinsip umum
bimbingan ada enam yaitu: bimbingan diberikan kepada individu yang sedang
berada dalam proses berkembang, bimbingan diperuntukan bagi semua siswa,
bimbingan dilaksanakan dengan memperdulikan semua segi perkembangan, bimbingan
berdasarkan pada pengakuan atas kemampuan individu, bimbingan untuk menentukan
pilihan, bimbingan adalah bagian terpadu
dari proses pendidikan dan bimbingan dimaksudkan untuk membantu siswa
merealisasikan dirinya.
Secara formal kedudukan bimbingan dalam sistem
pendidikan Indonesia telah digariskan di dalam undang-undang No. 2/1989 tetang
sistem pendidikan beserta perangkat peraturan pemerintahnya. Hal-hal yang
berkenaan dengan Pendidikan Dasar, di mana Sekolah Dasar ada di dalamnya,
dibicarakan secara khusus dalam PP No. 28/1989. Pada pasal 25 dalam PP. Pendekatan
perkembanan dalam bimbingan ada empat pendekatan dapat dirumuskan sebagai
pendekatan dalam bimbingan yaitu pendekatan (a) krisis, (b) remedial, (c)
preventif, (d) perkembangan.
B.
Saran
Dengan adanya
makalah ini diharapkan para pembaca atau sebagai calon guru harus memahami
konseptual tentang kedudukan dan kebutuhan akan layanan bimbingan di sekolah
dasar. Pendekatan perkembangan dalam bimbingan, dan bentuk layanan bimbingan di
sekolah dasar. Serta dapat terampil
memahami fenomena kebutuhan siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar