Minggu, 17 Juli 2016

MEDIA DAN METODE PEMBELAJARAN


A.           Latar Belakang
Dewasa ini media pendidikan memiliki peranan penting di dalam proses pembelajaran. Dunia pendidikan menuntut penggunaan media pendidika dari yang sederhana sampai yang canggih.Dengan kata lain media itu tidak hanya sekedar sebagai alat bantu, melainkan dipandang sebagai komponen penting dalam pembelajaran. Selain itu, telah terjadi pergeseran pola sistem mengajar yaitu dari guru yang mendominasi kelas menjadi fasilisator dalam proses pembelajaran.
Dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran, guru harus menciptakan kondisi belajar yang aktif dan kreatif. Kegiatan pembelajaran harus menantang, menyenangkan, mendorong eksplorasi, member pengalaman sukses, dan mengembangkan kecakapan berfikir siswa (Dikti: 2005).
Pembelajaran yang berkualitas akan tercapai apabila guru menguasai teknik-teknik penyajian materi menggunakan media dan metode/pendekatan yang tepat. Media dan metode/pendekatan merupakan pelicin jalan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaan media dan metode/pendekatan dalam proses pembelajaran yang dipilih guru merupakan salah satu cara meningkatkan kualitas pembelajaran.
Dengan demikian, setelah mempelajari pembahasan tentang media dan metode pembelajaran IPS di SD kali ini kita diharapkan memiliki kemampuan dalam memilih dan menggunakan media dan metode atau pendekatan secara tepat dalam proses pembelajaran.

B.            Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, sebagai berikut:
1.        Apa pengertian media pembelajaran?
2.        Apa fungsi media pembelajaran?
3.        Apa saja jenis-jenis media pembelajaran berdasarkan klasifikasinya?
4.        Apa saja teknik-teknik untuk memilih media yang tepat dalam pengajaran IPS di SD?
5.        Apa pengertian metode mengajar?
6.        Apa saja kriteria untuk menentukan metode mengajar?
7.        Apa saja macam-macam metode/pendekatan pembelajaran IPS di SD?

C.            Tujuan Penulisan
1.        Untuk memenuhi tugas kelompok dalam mata kuliah Pengembangan Pembelajaran IPS SD.
2.        Untuk memahami pengertian media pembelajaran.
3.        Untuk memahami fungsi media pembelajaran.
4.        Untuk memahami jenis-jenis media pembelajaran berdasarkan klasifikasinya.
5.        Untuk memahami teknik-teknik untuk memilih media yang tepat dalam pengajaran IPS di SD.
6.        Untuk memahami pengertian metode mengajar.
7.        Untuk memahami kriteria menentukan metode mengajar.

8.        Untuk memahami macam-macam metode/pendekatan pembelajaran IPS di SD.

BAB II
PEMBAHASAN

A.           Media Pembelajaran IPS di SD
1.        Pengertian Media
Secara harafiah kata “media” berasal dari bahasa Latin, yang merupakan bentuk jamak dari “medium” yang berarti perantara atau alat (sarana) untuk mencapai sesuatu.
Assosistion for Education and Communication Technology (AECT) mendifinisikan media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses penyaluran informasi.
Oemar Hamalik menyatakan bahwa media pendidikan adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. (Oemar Hamalik. 1977:23).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud media adalah alat atau sarana yang digunakan sebagai perantara (medium) untuk menyampaikan pesan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran merupakan proses komunikasi yang didalamnya ada unsur-unsur: sumber pesan (guru), penerima pesan (siswa), dan pesan yaitu materi pelajaran yang diambil dari kurikulum.

2.        Fungsi Media
Penggunaan media dalam proses pembelajaran, menurut Basyaruddin Usman dan H. Asnawir (2002; 13-15) mempunyai nilai-nilai praktis sebagai berikut:
a.     Media dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa.
b.    Media dapat mengatasi ruang kelas
c.     Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dengan lingkungan
d.    Media menghasilkan keseragaman pengamatan
e.     Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis
f.     Media dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru
g.    Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk belajar
h.    Media dapat memberikan pengalaman yang integral dari sesuatu yang konkrit sampai kepada sesuatu yang abstrak
Dengan konsepsi yang semakin mantap itu fungsi media dalam kegiatan pembelajaran tidak lagi sekedar sebagai alat bantu, melainkan sebagai pembawa informasi/pesan pembelajaran yang dibutuhkan siswa.
Oleh karena itu penggunaan media dalam pembelajaran harus dipersiapkan secara matang. Sebelum menetapkan jenis media apa yang akan digunakan dalam proses pembelajarannya, sebaiknya seorang guru memperhatikan hal-hal penting tentang media pengajaran.
Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh guru sebelum menggunakan media pengajaran adalah sebagai berikut:
a.    Penggunaan media pengajaran hendaknya dipandang sebagai bagian yang manunggal (integrated) dengan proses atau sistem mengajar.
b.    Media pengajaran hendaknya dipandang sebagai sumber dari pada data.
c.    Dalam penggunaan media pengajaran guru hendaknya memahami benar hirarki (sequance) dari pada jenis alat dan kegunaannya.
d.   Dalam penggunaan media pengajaran hendaknya diuji kegunaannya, sebelum, selama, dan sesudah penggunaannya.
e.    Media pengajaran akan sangat efektif dan efisien penggunaannya apabila diorganisir secara sistematis.
f.     Penggunaan multi media akan sangat menguntungkan dan akan memperlancar proses dan merangsang semangat belajar siswa.

3.        Jenis-jenis Media dalam Pengajaran IPS
Menurut Oemar Hamalik (1985:63) ada 4 klasifkasi media pengajaran antara lain:
a.    Alat-alat visual yang dapat dilihat, misalnya filmstrip, transparansi, micro projection, gambar, ilustrasi, chart, grafik, poster, peta, dan globe.
b.    Alat-alat yang bersifat auditif atau hanya dapat didengar, misalnya transkripsi electris, radio, rekaman pada tape recorder.
c.    Alat-alat yang dapat dilihat dan didengar, misalnya, film, televisi, benda-benda tiga dimensi yang biasanya dipertunjukkan (model, bak pasir, peta elektris, koleksi diorama).
d.   Dramatisasi, bermain peran, sosiodrama, sandiwara boneka, dan sebagainya.
Disamping itu media pengajaran juga dapat digolongkan atas kategori-kategori:
a.     Berdasarkan atas penggunaannya, media pengajaran terdiri dari:
1)   Media yang tidak diproyeksikan (non-projected). Terdiri dari: papan tulis, gambar, peta, globe, foto, model (mock-up), sketsa, diagram, grafik.
2)   Media yang diproyeksikan (projected). Terdiri dari: slide, filmstrip, Overhead Proyector (OHP, Micro Projection).
b.    Berdasarkan atas gerakannya, media pengajaran terdiri dari:
1)   Media yang tidak bergerak (still). Terdiri dari: filmstrip, OHP, micro projector.
2)   Media yang bergerak (motion). Terdiri dari: film loop, TV, Vidio tape, dan sebagainya.


c.    Berdasarkan fungsinya:
1)   Visual media, media untuk dilihat seperti, gambar, foto, bagan, skema, grafik, film, slide.
2)   Audio media, yaitu media untuk didengarkan seperti: radio, piringan hitam, tape recorder.
3)   Gabungan a dan b: misalnya film bicara, TV, videotape.
4)   Print media: misalnya barang-barang cetak, buku, surat kabar, majalah, buletin.
5)   Dispay media, seperti: papan tulis, papan buletin, papan flannel.
6)   Pengalaman sebenarnya dan tiruan, misalnya praktikum, permainan, karyawisata, dramatisasi, simulasi.

4.        Teknik Pemilihan Media dalam Pengajaran IPS
Seorang guru professional seharusnya memiliki kemampuan memilih secara cermat dan dapat menggunakan media pengajaran secara tepat. Ada beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan oleh guru dalam memilih media, antara lain:
a.    Media yang dipilih hendaknya selaras dan menunjang tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
b.    Aspek materi, merupakan hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih media.
c.    Kondisi siswa, dari segi subyek belajar, guru harus memperhatikan betul-betul tentang kondisi siswa dalam memilih media.
d.   Ketersediaan media di sekolah atau memungkinkan bagi guru untuk mendesain sendiri media yang akan dipergunakan.
e.    Media yang dipilih hendaknya dapat menjelaskan apa yang akan disampaikan kepada siswa secara tepat.
f.     Biaya yang akan dikeluarkan dalam pemanfaatan media harus seimbang dengan hasil yang akan dicapai.


B.            Metode Pengajaran IPS
1.        Pengertian Metode Mengajar
Kata metode berasal dari bahasa latin yaitu “methodo” yang berarti “jalan”. Winarno Surachmad (1976:76), menyatakan bahwa metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan mengajar diartikan sebagai penciptaan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar (T. Raka Joni. 1980:1).
Dengan demikian metode mengajar adalah metode yang dipergunakan oleh seorang pengajar untuk membawa anak didiknya ke tujuan pengajarannya.

2.        Kriteria Menentukan Metode Pembelajaran
Menurut Cheppy HC (tt;80) ada tiga kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan metode, antara lain:
a.    Tujuan
Tujuan merupakan landasan utama untuk menentukan metode sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
b.    Kebutuhan dan minat anak
Kebutuhan individu itu berbeda-beda. Sebagai guru harus mengetahui kebutuhan-kebutuhan anak untuk menentukan rencana kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu dengan mengenal perbedaan-perbedaan siswa tersebut, guru akan mudah untuk menentukan metode yang akan digunakan.
c.    Cara Penampilan Guru
Kepribadian guru dapat dilihat melaluai penampilannya waktu mengajar. Dalam beberapa hal ia telah mengembangkan cara mengajar yang mengesankan, di lain pihak ia memang pandai memilih metode yang tepat, sehingga kegiatan pembelajaran menyenangkan. Guru seperti itulah yang harus tampil di kelas untuk mengajar mata pelajaran IPS. Guru hendaknya memiliki keterampilan memilih metode, dan memiliki keberanian untuk mencoba berbagai metode sebagai variasi dalam mengajar.
Peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar akan tampak dalam metode yang diterapkan dalam proses pembelajaran. Maka dari itu metode mengajar merupakan hal yang dominan, karena meskipun materi cukup, alat-alat memenuhi syarat, kalau faktor penggunaan metode kurang tepat, maka hasil pembelajarannya akan rendah. Menurut Husein Akhmad, dkk (1981;58) seorang guru IPS dalam memilih metode hendaknya memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1)   Pengajar (guru)
Seorang guru dalam memilih metode hendaknya mempertimbangkan: pengetahuan yang dikuasai, pengalaman mengajar, dan personalitas yang dimiliki. Personalitas yang cocok dengan siswa akan mendorong kegiatan belajar, karena terbinanya sarana komunikasi yang efektif.
2)   Siswa
Cara-cara yang dipilih guru hendaknya memperhitungkan lingkungan siswa dari mana ia berasal, tingkat intelektual dan latar belakang siswa, pengalaman praktik siswa serta lingkungan dan budaya siswa.
3)   Tujuan yang akan dicapai
Tujuan yang akan dicapai merupakan pedoman bagi guru dalam memilih bahan yang akan disajikan dan memikirkan metode apa yang paling efektif.
4)   Materi/bahan
Materi itu mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, karenanya menuntut cara mengajar yang serasi dengan materi tersebut. Metode untuk materi yang bersifat abstrak akan berbeda dengan metode untuk materi yang bersifat konkrit.
5)   Waktu
Masalah waktu harus diperhatikan dalam memilih metode antara lain: waktu untuk persiapan, waktu yang tersedia untuk mengajar, waktu yang menunjukkan saat mengajar apakah mengajar pagi hari, siang hari atau sore hari.
6)   Fasilitas yang tersedia
Fasilitas yang tersedia akan menentukan seberapa jauh orang dapat leluasa dalam memilih metode pengajaran. Setelah guru menentukan metode yang tepat bagi suatu materi tertentu, hendaknya metode tersebut dijadikan sebagai alat untuk menyajikan bahan pelajaran dan sekaligus sebagai alat bantu siswa untuk mempermudah proses belajar mengajar.

3.        Macam-macam Metode /Pendekatan Pembelajaran IPS
a.    Contectual Teaching and Learning (CTL)
Pendekatan Contectual Teaching and Learning CTL, merupakan konsep belajar yang mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Hal ini akan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Dengan konsep tersebut diharapkan hasil pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk siswa bekerja dan mengalami secara langsung, bukan hanya sekedar mentransfer pengetahuan guru kepada siswa.
Jadi CTL adalah suatu pendekatan pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa memahami makna dalam materi pelajaran yang mereka pelajari, kemudian menghubungkan dengan konteks kehidupan sehari-hari, yaitu kontek lingkungan pribadi, sosial, dan budayanya. Tugas guru adalah membantu siswa untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu guru harus merencanakan kegiatan pembelajaran yang aktif untuk menemukan pengetahuan atau konsep baru.
1)   Karakteristik Pendekatan Pembelajaran CTL
a)    Kerja sama.
b)   Menyenangkan.
c)    Pembelajaran terintegerasi.
d)   Menggunakan berbagai sumber.
e)    Siswa (aktif, kreatif, dan kritis), guru (harus kreatif).
f)    Dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, misalnya peta, gambar, ceritera, puisi, dan lain-lain.
g)   Laporan kepada orang tua tidak hanya berupa rapor, tetapi dapat berupa hasil karya siswa, misalnya laporan/tugas, karangan.

2)   Unsur-unsur di Dalam CTL
a)    Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir CTL bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit. Pengetahuan bukan seperangkat fakta, konsep, atau akidah yang siap diambil, melainkan manusia harus mengkontruksi pengetahuan tersebut dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Berkaitan dengan hal tersebut maka siswa harus mengkontruksi sendiri pengetahuanya. Oleh karena iu siswa harus dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang bermanfat bagi dirinya sendiri, dan mencetuskan idei-denya.
b)   Menemukan (Inkuiry)
Menemukan merupakan inti dari CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil dari mengingat seperangkat fakta, konsep, dan kaidah, melainkan hasil dari menemukan sendiri. Maka guru harus merancang kegiatn pembelajaran yang merujuk pada kegiatan menemukan apapun materi/pokok bahasannya.
c)    Bertanya (Questioning)
Bertanya merupakan strategi utama dalam pembelajaran dengan pendekatan CTL. Bagi siswa, bertanya merupakan hal penting dalam pembelajaran berbasis inkuiri, yaitu untuk menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai upaya guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa.
d)   Masyarakat Belajar (Learning Community)
Masyarakat belajar dapat terjadi jika ada proses komunikasi dua arah atau lebih. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh temannya dan sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya. Apabila setiap orang mau belajar dari orang lain dan setiap orang mau menjadi sumber belajar, maka setiap orang akan luas pengetahuan dan pengalamannya.
e)    Pemodelan (Modeling)
Dalam pembelajaran, guru bukan satu-satunya model, dapat juga model didatangkan dari luar, misalnya tokoh masyarakat, petugas kesehatan, pemadam kebakaran, polisi lalu lintas. Model dapat berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara sederhana memadamkan kebakaran, dan sebagainya.
f)    Refleksi (reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari, atau berpikir tentang apa yang telah dilakukan di masa yang lalu. Pengetahuan bermakna diperoleh dari proses pengetahuan yang dimiliki siswa diperluas melalui kontek pembelajaran, dan kemudian diperluas lagi sedikit demi sedikit melalui pengalamannya.
Dalam hal ini guru membantu siswa untuk membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Pada prinsipnya bagaimana pengetahuan itu mengendap di benak siswa. Refleksi biasanya dilakukan setelah proses pembelajaran berakhir, guru menyisakan waktu sejenak untuk memberi kesempatan kepada siswanya melakukan refleksi.
g)   Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assessment)
Penilaian autentik adalah proses pengumpulan berbagai data yang dapat memberi gambaran perkembangan belajar siswa. Perkembangan siswa perlu diketahui karena untuk memastikan apakah siswa telah mengalami proses pembelajaran dengan benar? Hambatan-hambatan apa yang dihadapi siswa?
Hal yang dapat digunakan untuk penilaian, antara lain; laporan, pekerjaan rumah, kuis, karya siswa, presentasi, demonstrasi, karya tulis, dan hasil tes tulis.

b.    Cooperative Learning
Cooperative Learning, atau sering disebut dengan kooperasi, adalah suatu pendekatan pembelajaran yang berisi serangkaian aktivitas yang diorganisasikan, pembelajaran tersebut difokuskan pada pertukaran informasi terstruktur antar siswa dalam kelompok yang bersifat sosial dan pembelajar bertanggungjawab atas tugasnya masing-masing.
Menurut Thomson, dkk. (1995), di dalam pembelajaran cooperative learning, siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu satu sama lain. Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 atau 5 siswa, dengan kemampuan yang heterogen.
Ada lima prinsip untuk mencapai hasil maksimal dari pembelajaran dengan model cooperative learning yang harus dikembangkan, antara lain:
·      Saling ketergantung;
·      Tanggungjawab perseorangan;
·      Tatap muka;
·      Komunikasi antar anggota; dan
·      Evaluasi proses kelompok.
Adapun Teknik-teknik Pembelajaran Cooperative Learning, sebagai berikut:
a)    Teknik Mencari Pasangan
Teknik ini digunakan untuk memahami suatu konsep atau informasi tertentu yang harus ditemukan siswa. Keunggulannya adalah siswa dapat mencari pasangan sambil belajar menggali satu konsep atau tema dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini dapat diterapkan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkat usia anak.
b)    Bertukar Pasangan
Teknik ini dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan siswa lain. Teknik ini juga dapat diterapkan pada semua mata pelajaran dan semua tingkatan usia anak didik. Caranya adalah, guru memberi tugas kepada siswa untuk dikerjakan dengan pasangannya dalam (kelompok), setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan pasangan lain untuk berdiskusi untuk mengukuhkan jawaban. Temuan baru yang didapatkan dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula.

c)    Berpikiran Berpasangan Berempat
Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan siswa lain. Keunggulannya adalah optimalisasi partisipasi siswa, karena setiap siswa dapat tampil beberapa kali untuk dikenali dan menunjukkan partisipasinya kepada siswa lain. Teknik ini juga dapat diterapkan pada semua mata pelajaran dan semua tingkatan usia anak didik. Caranya adalah, guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberikan tugas kepada semua kelompok. Setiap siswa mengerjakan tugas secara sendiri-sendiri, kemudian bergabung dengan rekan lain dari anggota kelompoknya untuk berdiskusi. Setelah selesai, kedua pasangan bergabung kembali dengan kelompoknya. Siswa mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya kepada anggota kelompok berempat.
d)   Keliling Kelompok
Teknik ini dapat diterapkan pada semua mata pelajaran dan semua tingkatan usia anak didik. Dalam kegiatan keliling kelompok, masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusinya dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lainnya. Caranya adalah, salah satu siswa dalam masing-masing kelompok memulai dengan memberikan pandangan dan pemikirannya tentang tugas yang sedang mereka kerjakan. Siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya, demikian seterusnya, giliran berbicara dapat diatur menurut arah jarum jam atau dari kiri kekanan atau sebaliknya.
e)    Jigsaw
Teknik ini dapat digunakan untuk kegiatan pembelajaran membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara. Guru memperhatikan skemata atau latar belakang siswa dan membantu mengaktifkan siswa agar pembelajaran menjadi lebih bermakna. Siswa saling bekerja sama dan saling membantu, mereka mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Teknik ini dapat diterapkan untuk semua kelas/tingkatan dan cocok untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, IPA, IPS, Matematika, dan Agama. Adapun caranya adalah:
·      Guru membagi bahan /materi menjadi empat bagian.
·      Guru sebelum membagikan tugas kepada kelompok, hendaknya menanyakan apakah siswa sudah mengenal/ mengetahui tentang topik tersebut. Kegiatan brainstorming ini dimaksudkan untuk mengaktifkan skemata siswa dalam menghadapai bahan/materi baru.
·      Siswa dibagi dalam kelompok berempat.
·      Bagian materi pertama diberikan kepada siswa pertama, bagian kedua diberikan kepada siswa kedua, dan seterusnya.
·      Siswa disuruh membaca dan mengerjakan bagian masing-masing.

c.    Metode Karyawisata
Nursid Sumaatmadja (1980:113), menyatakan bahwa karyawisata adalah suatu kunjungan ke obyek tertentu di luar lingkungan sekolah, di bawah bimbingan guru IPS, yang bertujuan untuk mencapai tujuan instruksional tertentu.
Sehubungan dengan hal tersebut metode karyawisata dapat dilaksanakan dengan mengadakan perjalanan dan kunjungan yang hanya beberapa jam saja ke tempat atau daerah yang tidak begitu jauh dari sekolah, asalkan maksudnya memenuhi tujuan instruksional IPS.
Seorang guru dapat menerapkan metode karyawisata dengan terarah dan sesuai dengan tujuan instruksinalnya, apabila guru memperhatikan hal-hal seperti tersebut dibawah ini:
Ø Mengetahui hakikat metode karyawisata.
Ø Mengetahui kelebihan dan kelemahan metode karyawisata.
Ø Mengetahui langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum pelaksanaannya.
Ø Mempunyai keterampilan memilih pokok-pokok bahasan yang cocok dikembangkan dengan metode karyawisata.
Selain itu guru juga harus memperhatikan keadaan siswa yang akan terlibat dalam proses belajar mengajar, bahwa:
µ Siswa memiliki dorongan minat dan perhatian terhadap apa yang sedang dipelajari (sense of interest ).
µ Siswa memiliki dorongan untuk melihat kenyataan (sense of reality ).
µ Siswa memiliki dorongan untuk menemukan sendiri hal-hal yang menarik perhatiannya ( sense of discovery ).
Ketiga hakikat naluriah yang ada pada diri siswa tersebut di atas harus mandapat perhatian guru, untuk selanjutnya dibina dan dikembangkan pada pengajaran IPS.

1)   Fungsi Metode Karyawisata
a)    Mendekatkan dunia sekolah dengan kenyataan.
b)    Mempelajari suatu konsep atau teori dengan kenyataan dan sebaliknya.
c)    Membekali pengalaman riil pada siswa.

2)   Langkah-langkah Metode Karyawisata
Untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan metode karyawisata, tahap-tahap pelaksanaannya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
a)    Tahap persiapan
Meliputi persiapan materi atau topik karyawisata, persiapan teoritis, persiapan perlengkapan, dan aspek-aspek lain yang menunjang pelaksanaan karyawisata.
b)   Tahap pelaksanaan karyawisata di lapangan
Jika tahap persiapan telah matang dan terperinci, maka tahap pelaksanaan akan berjalan lancar. Tahap pelaksanaan ini secara ketat harus tetap berlandaskan pada perencanaan, misalnya rencana dan tujuannya.
c)    Tindak lanjutnya pelaksanaan karyawisata (setelah kembali ke tempat)
Kegiatannya meliputi penyusunan dan membuat laporan hasil karyawisata. Adapun bentuk laporan sebagai pertanggungan jawab, bobotnya harus disesuaikan dengan tingkat atau jenjang pendidikan siswa yang melaksanakan karyawisata.

3)   Kelebihan dan Kelemahan Metode Karyawisata
v Kelebihan Metode Karyawisata
a)    Siswa dapat mengamati obyek secara nyata dan bervariasi, seperti peninggalan sejarah, pasar, pantai, pabrik, kalurahan, kecamatan.
b)   Siswa dapat menjawab dan memecahkan masalah-masalah dengan cara melihat, mencoba, dan membuktikan secara langsung suatu obyek yang dipelajari.
c)    Siswa dapat pula mendapatkan informasi langsung dari nara sumber ataupun dapat penjelasan langsung dari manajer pabrik.
v Kelemahan Metode Karyawisata
a)    Jika terlalu sering dilaksanakan akan mengganggu rencana pelajaran.
b)   Perlu pengawasan dan bimbingan guru.
c)    Jika obyek yang akan dikunjungi terlalu jauh letaknya, menyulitkan transportasi dan pembiayaan.
d)   Jika pelaksanaan karyawisata terlalu kaku sifatnya, dapat menurunkan minat siswa terhadap karyawisata, sehingga tujuannya tidak tercapai.

d.   Metode Role Playing (Bermain Peran)
1)   Pengertian
Role playing adalah salah satu bentuk permainan pendidikan yang dipakai untuk menjelaskan peranan, sikap, tingkah laku, nilai, dengan tujuan menghayati perasaan, sudut pandang dan cara berpikir orang lain (Husein Achmad. 1981:80). Dengan demikian role playing adalah merupakan suatu teknik atau cara agar para guru dan siswa memperoleh penghayatan nilai-nilai dan perasaan.
Dengan metode bermain peran, diharapkan siswa dapat menghayati dan berperan dalam berbagai figur khayalan atau figur sesungguhnya dalam berbagai situasi. Metode bermain peran yang direncanakan dengan baik dapat menanamkan kemampuan bertanggung jawab dalam bekerja sama dengan orang lain, menghargai pendapat dan kemampuan orang lain dan belajar mengambil keputusan dalam hubungan kerja kelompok. Metode ini dapat diterapkan pada pengajaran IPS dengan pokok bahasan tentang hubungan kehidupan sosial, misalnya: peranan tokoh-tokoh, susunan dan masyarakat feudal.
Melalui metode bermain peran dapat melibatkan aspek-aspek kognitif, afektif maupun psikomotor. Dengan demikian diharapkan, minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran IPS yang selalu kaku dan menjemukan dapat disegarkan kembali.

2)   Tujuan dan Manfaat Role Playing (menurut Shaftel)
µ Agar menghayati sesuatu kejadian atau hal yang sebenarnya dalam realita hidup.
µ Agar memahami apa yang menjadi sebab dari sesuatu serta bagaimana akibatnya.
µ Untuk mempertajam indera dan rasa siswa terhadap sesuatu.
µ Sebagai penyaluran/pelepasan ketegangan dan perasaan-perasaan.
µ Sebagai alat mendiagnosa keadaan kemampuan siswa.
µ Pembentukan konsep secara mandiri.
µ Menggali peranan-peranan dari pada seseorang dalam suatu kehidupan kejadian/keadaan.
µ Membina siswa dalam kemampuan memecahkan masalah, berfikir kritis, analisis, berkomunikasi, hidup dalam kelompok dan lain-lain.
µ Melatih anak ke arah mengendalikan dan membaharui perasaannya, cara berfikirnya, dan perbuatannya.

1)   Langkah-langkah Role Playing
a)    Pemanasan (pengantar serta pembahasan ceritera dari guru).
b)   Memilih siswa yang akan berperan.
c)    Menyiapkan penonton yang akan mengobservasi.
d)   Mengatur panggung/ruang
e)    Permainan.
f)    Diskusi dan evaluasi.
g)   Permainan berikutnya.
h)   Diskusi lebih lanjut.
i)     Generalisasi.

e.    Metode Simulasi
1)   Pengertian
Istilah simulasi berasal dari kata simulate yang berarti pura-pura, dan simulation yang berarti tiruan atau perbuatan yang hanya pura-pura. Menurut Soli Abimanyu (1980), bahwa simulasi adalah tiruan atau perbuatan yang hanya pura-pura saja.
Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk memperoleh pemahaman akan hakikat dari suatu konsep, prinsip atau sesuatu keterampilan tertentu melalui proses kegiatan atau latihan dalam situasi tiruan. (B. Suryobroto,1986:63).

2)   Tujuan Simulasi
Menurut Sunaryo (198 :113-114) tujuan simulasi adalah:
µ Untuk melatih keterampilan tertentu, baik yang bersifat profesional maupun bagi kehidupan sehari-hari.
µ Untuk memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip.
µ Untuk latihan memecahkan masalah.

3)   Manfaat Metode Simulasi
Menurut Nesbitt, permainan simulasi yang diselenggarakan dengan baik dapat merangsang timbulnya berbagai alur-pikiran yang dapat diteruskan dengan pengkajian-pengkajian lebih lanjut. Sehubungan dengan hal itu, maka keterampilan dan pengetahuan siswa yang dapat dikembangkan melalui simulasi antara lain:
a)    Belajar tentang persaingan
Persaingan dan ketegangan yang timbul dalam permainan simulasi disebabkan peserta harus mengatasi sejumlah rintangan yang sengaja dirancang untuk permainan ini. Hal inilah yang dapat membangkitkan rasa asyik para pemain
b)   Belajar kerjasama
Pada umumnya permainan pendidikan dirancang untuk memperoleh manfaat dari kerjasama, tidak ada permainan yang dibuat untuk menimbulkan persaingan yang kasar.
c)    Belajar emphaty (merasakan perasaan orang lain)
Taraf di mana permainan berhasil mendorong kerjasama atau sikap bersahabat tergantung dari seberapa jauh mereka itu terlibat dalam peranan-peranan tersebut. Semakin pemain mengenal peranannya, semakin ia peka dan mengerti keberadaan orang lain yang menjalankan peran seperti itu.
d)   Belajar tentang sistem sosial
Seperti pada butir tiga di atas hanya ruang lingkupnya lebih luas yaitu sistem sosial atau proses sosial, seperti menirukan proses legislatif, pemilihan umum.
e)    Belajar konsep
Pengajaran dengan metode simulasi sangat sesuai untuk pengajaran konsep, karena dapat mengembangkan aspek kognitif.
f)    Belajar menerima hukuman
Siswa dapat melakukan kesalahan dalam simulasi, hal ini mungkin disebabkan kurang terampil atau keputusan yang salah. Namun melakukan kesalahan dalam simulasi adalah sesuatu hal yang wajar, karena salah satu prinsip utama dalam simulasi kelas adalah belajar dari kesalahan. Diharapkan banyak keuntungan dari hukuman yang diperoleh melalui permainan simulasi, apalagi oleh kawan sendiri dari pada hukuman yang diberikan penguasa sekolah.

g)   Belajar berpikir kritis
Simulasi dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis pada para pemainnya, karena mereka dapat dilatih mempelajari berbagai alternatif strategi sendiri, memperkirakan strategi lawan, menganaliis kebolehan simulasi dan sebagainya.

4)   Prinsip-prinsip Simulasi
Agar simulasi dapat mencapai hasil yang diinginkan secara maksimal maka hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip berikut ini:
a)    Simulasi itu dilakukan oleh sekelompok siswa.
b)   Semua siswa harus terlibat langsung menurut peran masing-masing.
c)    Penentuan topik dapat dibicarakan bersama antara guru dengan siswa.
d)   Petunjuk simulasi dapat disiapkan terlebih dahulu.
e)    Dalam simulasi hendaknya dapat dicapai tujuan-tujuan yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
f)    Harus diingat bahwa simulasi itu dimaksudkan untuk latihan keterampilan agar dapat menghadapi kenyataan dengan baik.
g)   Dalam simulasi harus dapat digambarkan situasi yang lengkap dan proses yang berturut-turut yang diperkirakan terjadi dalam situasi yang sesungguhnya.

5)   Langkah-langkah Simulasi
Menurut Ida Badariyah Almatsir, Mulyono Tjokrodikaryo (tt:22-23), kegiatan simulasi dapat dilakukan dalam empat tahap yaitu: orientasi, latihan, simulasi (operasi), dan debriefing (diskusi). Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
a)    Tahap I: Orientasi
·      Mengemukakan pokok bahasan dan konsep yang akan disimulasikan.
·      Menjelaskan model dan permainannya.
b)   Tahap II: Latihan Peserta
·      Menetapkan skenario (aturan, peranan, prosedur, jenis keputusan yang akan diambil sasaran).
·      Tugas-tugas peran.
·      Latihan singkat.
c)    Tahap III: Pelaksanaan simulasi
·      Kegiatan permainan dan pengaturannya.
·      Balikan dan penilaian ( dari penampilan dan pengaruh keputusan )
·      Penjernihan (klarifikasi) kesalahan konsep
·      Kelanjutan simulasi
d)   Tahap IV: Debriefing dengan peserta:
Mengandung semua atau beberapa dari kegiatan-kegiatan berikut ini:
·      Ringkasan peristiwa dan persepsi
·      Kesulitan dan pemahaman
·      Analisis proses
·      Perbandingan antara kegiatan simulasi dan dunia nyata
·      Kaitan kegiatan simulasi dan materi pelajaran
·      Rancangan ulang simulasi
dalam simulasi siswa belajar dari pengalaman yang disimulasikan, bukan belajar dari ceramah atau pidato dari guru, maka dalam hal ini guru berperan sebagai:
Ø Informan
Ø Mengawasi atau mewasiti simulasi
Ø Melatih siswa
6)   Kelebihan dan Kelemahan Metode Simulasi
v Kelebihan Metode Simulasi:
·      Aktivitas simulasi menyenangkan siswa, sehingga siswa terdorong untuk ikut berpartisipasi.
·      Memungkinkan eksperimen berlangsung tanpa memerlukan lingkungan yang sebenarnya.
·      Mengurangi hal-hal yang terlalu abstrak, sebab walaupun mengenai abstraksi tetapi dikerjakan dalam bentuk aktivitas.
·      Strategi ini menimbulkan respon yang positip dari siswa yang lamban, kurang cakap dan kurang motivasinya.
·      Simulasi menimbulkan berpikir kritis siswa, sebab mereka terlibat dalam analisis atau proses kemajuan simulasi.
v Kelemahan Metode Simulasi:
·      Simulasi menghendaki banyak imaginasi dari guru dan siswa.
·      Menghendaki pengelompokkan siswa yang fleksibel, begitu juga ruang kelas atau gedung yang memadai.
                                                                
                                              BAB III
PENUTUP

A.           Kesimpulan
Media sangat diperlukan dalam  proses belajar mengajar dari yang bersifat sederhana sampai yang canggih, karena media merupakan alat bantu mengajar. Media pembelajaran adalah segala alat bantu yang dapat memperlancar keberhasilan mengajar. Oleh karena itu penggunaan media pembelajaran harus dirancang, disiapkan, dipilih, dan disusun secara cermat sesuai dengan tujuan instruksional yang hendak dicapai.
Fungsi media dalam kegiatan belajar mengajar tidak lagi dipandang sebagai alat bantu yang digunakan apabila perlu atau sekedar selingan, tetapi sudah dipandang sebagai komponen dari sistem instruksional. Dengan kata lain bahwa media berfungsi membawa pesan/informasi atau pesan pembelajaran yang sangat dibutuhkan oleh siswa.
Dalam pembelajaran IPS digunakan media yang banyak sekali macamnya. Selain itu terdapat pula cara mengklasifikasikan media pembelajaran atas dasar kategori-kategori tertentu. Karena banyaknya media pengajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPS, maka seorang guru harus menguasai teknik memilih media. Dalam memilih media hendaknya memperhatikan faktor-faktor: kemampuan siswa, tujuan penggunaan, isi media, keanekaragaman media, waktu, tenaga, dan biaya.
Selain itu, untuk menciptakan kualitas pembelajaran yang berkualitas, guru harus menciptakan kondisi pembelajaran yang menantang, menyenangkan, mendorong eksplorasi, memberi pengalaman sukses, dan mengembangkan berpikir siswa.
Pembelajaran berkualitas tidak hanya terwujud dengan guru tepat dalam memilih media pengajaran, namun pemilihan metode pengajaran yang tepat juga dapat mewujudkan pembelajaran yang berkualitas.
Guru dituntut untuk menguasai berbagai macam metode pembelajaran untuk menciptakan kondisi belajar yang aktif, kreatif, dan menyenangkan. Efektif tidaknya suatu metode ditentukan oleh banyak faktor, diantaranya tujuan, bahan, siswa, kemampuan guru, alokasi waktu.

B.            Saran
Dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran, guru yang bertindak sebagai fasilisator di era sekarang ini harus mampu menguasai dan mampu menggunakan  media dan metode pengajaran dengan tepat. Selain itu guru dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif.
 Media dan metode pengajaran merupakan sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran.


DAFTAR PUSTAKA


Hidayati, dkk. 2008. Pengembangan Pendidikan IPS SD. Jakarta: Direktorat Jendaral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar