BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Seperti kita ketahui bahwa untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa yang diamanatkan oleh pembukaan UUD 1945 maka
kepada pemerintah dituntut untuk menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan
yang dapat menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup kehidupan bangsa Indonesia. Maka sekarang
kita mengenal adanya suatu sistem pendidikan.
Pendidikan merupakan suatu proses untuk mengembangkan semua aspek kepribadian manusia, yang mencakup pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilannya. Pendidikan bertujuan untuk mencaai kepribadian suatu individu yang lebih baik, manusia lebih berkebudayaan, dan manusia yang memiliki kepribadian yang lebih baik (Ahmad Munib, 2014: 29).
Satu dari sekian banyaknya pembaharuan dalam bidang pendidikan adalah menggunakan metode dalam proses pembelajaran. Metode dalam pembelajaran akan sesuai jika mampu menghantarkan peserta didik mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan dalam pembelajaran. Dengan pembaharuan strategi diharapkan sumber informasi yang diterima peserta didik tidak hanya dari guru, tetapi juga diperoleh dari suatu proses aktivitas yang dilakukan peserta didik dalam pembelajaran. Hal ini akan menuntut guru untuk dapat menyampaikan mata pelajaran dengan tepat dan sesuai mutu pendidikan.
Berbicara mengenai mutu pendidikan, maka peningkatannya harus dimulai dari unsur guru, karena guru dalam pembelajaran berperan sebagai pengerak dan pengatur proses belajar mengajar di kelas, untuk itu guru sebagai agen ilmu pengetahuan sejatinya dapat bertindak secara propesional ketika menerapkan metode mengajar. Mengingat metode-metode tersebut guru harus mampu memanajemen kelas.
Dalam Manajemen kelas yang efektif sangat berhubungan dengan instruksi kelas yang efektif. Ketika siswa tidak hadir di sekolah atau kelas atau ketika mereka berkelakuan tidak produktif dalam aktivitas kelas, guru harus secara cermat memeriksa apakah materi kurikulum dan metode pembelajaran secara aktif dan bermanfaat melibatkan siswa pada tingkat kesulitan yang tepat dan dalam cara yang menghargai budaya mereka dan kehidupan mereka sendiri.
Intruksi yang direncanakan secara efektif, relevan, dan menarik merupakan aspek utama dari manajemen kelas yang efektif. Agar sekolah dapat menjadi komunitas dimana siswa dapat merasa dihormati dan dapat dihargai, metode dan konten pembelajaran pembelajaran harus memenuhi kebutuhan akademis siswa. Perilaku yang tidak produktif dan kegagalan siswa sering bersumber pada kegagalan mengajar guru untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang kondusif untuk belajar. Para siswa memang berbeda satu dengan yang lain dalam jenis struktur kelas dan instruksi yang paling baik memfasilitasi pembelajaran mereka. Pemahaman kebutuhan pembelajaran siswa individual atau kelompok siswa memberi guru informasi penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang positif.
Pada saat ini guru mengalami dilema melibatkan siswa secara personal dan bermakna sambil merespon secara stimulan terhadap persyaratan penilaian yang diwajibkan negara bagian, yang sering kali fokus kepada pengujian terstandarisasi dan amat fokus. Pengajaran efektif yang membangun perasaan bermasyarakat dan menunjukan rasa hormat kepada siswa dan minat mereka dapat terjadi ketika guru membantu siswa menguasai materi penting. Penulis yakin bahwa tujuan pembelajaran negara bagian dapat digabungkan kedalam pelajaran yang mempertemukan kebutuhan siswa sebagaimana yang dibahas dalam makalah ini. Pengajaran efektif dapat membangun perasaan bermasyarakat dan rasa hormat kepada siswa dan minat mereka dapat terjadi ketika guru membantu siswa menguasai materi.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dalam makalah ini akan ditinjau bagaimana sebenarnya “Motivasi Dan Belajar Siswa Dengan Mengimplementasikan Metode Instruksional Yang Memenuhi Kebutuhan Akademik Siswa”.
Pendidikan merupakan suatu proses untuk mengembangkan semua aspek kepribadian manusia, yang mencakup pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilannya. Pendidikan bertujuan untuk mencaai kepribadian suatu individu yang lebih baik, manusia lebih berkebudayaan, dan manusia yang memiliki kepribadian yang lebih baik (Ahmad Munib, 2014: 29).
Satu dari sekian banyaknya pembaharuan dalam bidang pendidikan adalah menggunakan metode dalam proses pembelajaran. Metode dalam pembelajaran akan sesuai jika mampu menghantarkan peserta didik mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan dalam pembelajaran. Dengan pembaharuan strategi diharapkan sumber informasi yang diterima peserta didik tidak hanya dari guru, tetapi juga diperoleh dari suatu proses aktivitas yang dilakukan peserta didik dalam pembelajaran. Hal ini akan menuntut guru untuk dapat menyampaikan mata pelajaran dengan tepat dan sesuai mutu pendidikan.
Berbicara mengenai mutu pendidikan, maka peningkatannya harus dimulai dari unsur guru, karena guru dalam pembelajaran berperan sebagai pengerak dan pengatur proses belajar mengajar di kelas, untuk itu guru sebagai agen ilmu pengetahuan sejatinya dapat bertindak secara propesional ketika menerapkan metode mengajar. Mengingat metode-metode tersebut guru harus mampu memanajemen kelas.
Dalam Manajemen kelas yang efektif sangat berhubungan dengan instruksi kelas yang efektif. Ketika siswa tidak hadir di sekolah atau kelas atau ketika mereka berkelakuan tidak produktif dalam aktivitas kelas, guru harus secara cermat memeriksa apakah materi kurikulum dan metode pembelajaran secara aktif dan bermanfaat melibatkan siswa pada tingkat kesulitan yang tepat dan dalam cara yang menghargai budaya mereka dan kehidupan mereka sendiri.
Intruksi yang direncanakan secara efektif, relevan, dan menarik merupakan aspek utama dari manajemen kelas yang efektif. Agar sekolah dapat menjadi komunitas dimana siswa dapat merasa dihormati dan dapat dihargai, metode dan konten pembelajaran pembelajaran harus memenuhi kebutuhan akademis siswa. Perilaku yang tidak produktif dan kegagalan siswa sering bersumber pada kegagalan mengajar guru untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang kondusif untuk belajar. Para siswa memang berbeda satu dengan yang lain dalam jenis struktur kelas dan instruksi yang paling baik memfasilitasi pembelajaran mereka. Pemahaman kebutuhan pembelajaran siswa individual atau kelompok siswa memberi guru informasi penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang positif.
Pada saat ini guru mengalami dilema melibatkan siswa secara personal dan bermakna sambil merespon secara stimulan terhadap persyaratan penilaian yang diwajibkan negara bagian, yang sering kali fokus kepada pengujian terstandarisasi dan amat fokus. Pengajaran efektif yang membangun perasaan bermasyarakat dan menunjukan rasa hormat kepada siswa dan minat mereka dapat terjadi ketika guru membantu siswa menguasai materi penting. Penulis yakin bahwa tujuan pembelajaran negara bagian dapat digabungkan kedalam pelajaran yang mempertemukan kebutuhan siswa sebagaimana yang dibahas dalam makalah ini. Pengajaran efektif dapat membangun perasaan bermasyarakat dan rasa hormat kepada siswa dan minat mereka dapat terjadi ketika guru membantu siswa menguasai materi.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dalam makalah ini akan ditinjau bagaimana sebenarnya “Motivasi Dan Belajar Siswa Dengan Mengimplementasikan Metode Instruksional Yang Memenuhi Kebutuhan Akademik Siswa”.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apakah yang dimaksud dengan motivasi,
belajar, implementasi, metode, intruksional dan kebutuhan siswa?
2.
Apa masalah utama pada motivasi siswa
untuk belajar ?
3.
Apa sajakah yang termasuk kebutuhan
akademik siswa?
4.
Bagaimana cara memenuhi kebutuhan siswa
dengan kebutuhan khusus?
5.
Apakah metode yang digunakan untuk
memotivasi belajar siswa?
6.
Bagaimanakah aktifitas implementasi?
C.
Tujuan
Penulisan
Sesuai
dengan rumusan masalah yang ingin dipecahkan maka penulisan bertujuan untuk mengetahui dan memperoleh
informasi atau kejelasan tentang:
1.
Pengertian motivasi, belajar,
implementasi, metode, intruksional dan kebutuhan siswa.
2.
Masalah utama pada motivasi siswa untuk
belajar.
3.
Kebutuhan akademik siswa.
4.
Memenuhi kebutuhan siswa dengan
kebutuhan khusus.
5.
Metode yang digunakan untuk memotivasi belajar
siswa.
6.
Aktifitas implementasi.
D.
Manfaat
Penulisan
Dengan adanya Makalah ini
diharapkan dapat:
1.
Bermanfat sebagai bahan bacan yang dapat
dijadikan rujukan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Khususnya yang berhubungan dengan Motivasi
Dan Belajar Siswa Dengan Mengimplementasikan Metode Instruksional Yang Memenuhi
Kebutuhan Akademik Siswa.
2.
Menambah wawasan guru atau calon guru
dalam memotivasi belajar siswa.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Motivasi, Belajar, Implementasi, Metode Intruksional Dan Kebutuhan Siswa
1.
Pengertian
Motivasi
Motivasi
adalah sesuatu yang memberi energi dan mengarahkan perilaku.
Departemen pendidikan menyatakan bahwa,
“motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau
tidak sadar untuk melakukan sesuatu hal untuk melakukan suatu tindakan dengan
tujuan tertentu.(Departemen Pendidikan,2008:930)”
Motivasi terbagi menjadi dua jenis
yaitu sebagai berikut.
a.
Motivasi
Instrinsik
Motivasi
instrinsik yaitu keinginan bertindak yang disebabkan faktor pendorong dari
dalam diri individu. Dalam proses belajar mengajar siswa yang termotivasi
secara intrinsik dapat dilihat dari kegiatan yang tekun dalam mengerjakan
tugas-tugas belajar karena merasa butuh dan ingin mencapai tujuan belajar yang
sebenarnya.
b.
Motivasi
Ekstrinsik
Motivasi
ekstrinsik adalah motivasi yang keberadaannya karena pengaruh ransangan dari
luar. Motivasi ekstrinsik buka merupakan
keinginan yang sebenarnya yag ada didalam diri siswa untuk belajar; tujuan
individu melakukan kegiatan adalah melakukan kegiatan adalah mencapai tujuan
yang terletak diluar aktivitas belajar itu sendiri, atau tujuan itu tidak
terlibat dalam aktivitas belajar.
2.
Pengertian
Belajar
Belajar
adalah perbuatanyang paling banyak dilakukan orang belajar dilakukan orang
hampir setiap waktu kapan saja, sedang melakukan apa saja dimana saja;
disekolah (pasti), di rumah(mengerjakan pr atau tugas), dijalan (sedang
berjalan) di pasar, di dalam bus, sedang bekerja, sedang bermain dan lain
sebagainya. Dikalangan masyarkat umum dan awam, belajar diartikan monopoli
perbuatan anak sekolah dan pengertiannya mengacu kekegiatan anak tersebut di
sekolah. Di rumah, seorang anak atau seorang siswa dakatakan ayah atau ibunya
sedang belajar dan yang dimaksud mereka adalah apa yang sedang dikerjakan anak
itu di kamarnya adalah belajar, misalnya ia mengerjakan PR (Pekerjaan Rumah)
atau barang kali sedang menghapal pelajaran mempersiapkan diri untuk pelajaran
keesokan harinya atau menjelang ujian. Kalangan kaum awam, ada yang mengartikan
belajar itu menghafal dan menghafal ialah belajar. Pengertian awam yang lain
tentang belajar adalah mengulang pelajaran sekolah. Dalam istilah psikologi dan
pendidikan belajar adalah yang dalam istilah learning, definisi belajar secara
umum mengacu pada proses terjadinya perubahan pada diri seseorang, yaitu pada
perubahan tingkah laku melalui pengalaman. Perubahan itu terjadi dari titik
sebelum (sebelum belajar) ketitik setelah(setelah perbuatan belajar), dan
perbuatan itu tidak sesaat atau sementara sifatnya tetapi perubahannya tetap,
atau yang terjangka relatif panjang.
Departemen pendidikan menyatakan
bahwa,
“1. Berusaha memperoleh kepandaian
atau ilmu 2. berlatih 3. Berubah tinkahlaku atau tanggapan yang disebabkan oleh
pengalaman. Departemen pendidikan (2008:23)”
3.
Implementasi
Implementasi
adalah proses pelaksanaan atau penerapan.
Departemen pendidikan
menyatakan bahwa,
“Implementasi/n
pelaksanaan;penerapan: pertemuan ke dua ini bermaksud mencari bentuk—tentang
hal yang disepakati dulu; Departemen pendidikan (2008:529)”
4.
Metode
Instruksional
Metode
adalah cara teratur yg digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai
sesuai dng yg dikehendaki; cara kerja yg bersistem untuk memudahkan pelaksanaan
suatu kegiatan guna mencapai tujuan yg ditentukan; Instruksional adalah
pengajaran; mengandung pelajaran (petunjuk, penerangan):
Jadi metode
instruksional adalah cara teratur untuk melaksanakan pengajaran.
5.
Kebutuhan
siswa
Kebutuhan adalah
sesuatu yang menjadi keperluan
Siswa adalah murid,
seseorang yang duduk di sekolahan. Jadi kebutuhan siswa adalah sesuatu yang
menjadi keperluan siswa.
Pemenuhan kebutuhan siswa, disamping
bertujuan untuk memberikan materi kegiatan setepat mungkin, juga materi
pelajaran yang sudah disesuaikan dengan
kebutuhan, biasanya menjadi lebih menarik. Dengan demikian, akan membantu
pelaksanaan proses belajar-mengajar. Adapun yang menjadi kebutuhan siswa antara
lain sebagai berikut.
a)
Kebutuhan
Jasmaniah
Hal
ini berkaitan dengan tuntutan siswa yang bersifat jasmaniah, entah yang
menyangkut kesehatan jasmani yang dalam hal ini olah raga menjadi materi utama.
Di samping itu kebutuhan yang lain seperti makan, minum, tidur, pakaian dan
sebagainya, perlu mendapat perhatian.
b)
Kebutuhan
Sosial
Pemenuhan keinginan
untuk saling bergaul dengan sesama siswa dan guru serta orang lain, merupakan salah
satu upaya untuk memenuhi kebutuhan sosial anak didik/siswa. Dalam hal ini
sekolah harus dipandang sebagai lembaga tempat para siswa belajar, bergaul dan
beradaptasi dengan lingkungan seperti misalnya bergaul sesama teman yang
berbeda jenis kelamin, suku bangsa, agama, status sosial, dan kecakapan. Guru
dalam hal ini harus dapat melahirkan suatu pengalaman belajar yang lebih baik.
Sebab kalau tidak hati-hati, justru akibat pergaulan dengan lingkungan dapat
pula membawa kegagalan dalam proses belajar mengajar. Guru harus dapat
membangkitkan semangat kerja sama, sehingga dapat dikembangkan sebagai metode
untuk mengajarkan sesuatu, misalnya metode belajar kelompok.
c)
Kebutuhan
Intelektual
Setiap
siswa tidak sama dalam hal minat untuk mempelajari suatu ilmu pengetahuan.
Mungkin ada yang lebih berminat belajar ekonomi, sejarah, biologi, atau yang
lain-lain. Minat semacam ini tidak dapat dipaksakan, kalau ingin mencapai hasil
belajar yang optimal. Oleh karena itu, yang penting, bagaimana guru dapat
menciptakan program yang dapat menyalurkan minat masing-masing.
d)
Kebutuhan
Akademik
Kebutuhan
akademika siswa seperti memahami nilai dan tujuan belajar dan memahami proses
belajar.
B.
Masalah
Utama Pada Motivasi Siswa Untuk Belajar
Meskipun memenuhi kebutuhan personal siswa
memberikan landasan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan
persoal dan pembelajaran, kebutuhan yang sangat erat dan sama pentingnya dengan lingkungan yang dirancang secara kusus untuk
membantu siswa meguasai pengetahuan akademik. Banyak siswa memenuhi kebutuhan
personal mereka dengan keberhasilan menyelesaikan aktivitas kelas dan tugas.
Siswa lain memandang sekolah sebagai penghasil kecemasan, membuat frustasi, dan
mencari rasa penting, kompetensi, dan kekuasaan mereka ditempat lain. Pemahaman
terhadap penelitian mengenai motivasi dan hubungannya dengan kebutuhan akademik
sisiwa memungkinkan para guru menerapkan pembelajaran/intruksi yang bermuara
pada didapatnya perasaan layak oleh semua siswa dalam setting sekolah.
Ketika frustasi oleh kegagalan siswa memberikan
perhatian, menyelesaikan tugas atau hadir di kelas, guru sering menyalahkan
faktor keluarga dan masyarakat atas kuranngnya motivasi siswa untuk belajar. Seperti
banyak penulis lain, pandangan penulis tentang motivasi menyertakan teori
ekspektasi x nilai (father, 1982). Model ini menyatakan bahwa tingkat dimana
seseorang menjadi terlibat sangat aktif dan produktif dalam sebuah aktivitas
didasarkan kepada mereka memberikan (1)
apakah mereka yakin mereka dapat berhasil melaksanakan tugas. (2) tingkat
mereka memberikan nilai terhadap imbalan yang diasosiasikan dengan keberhasilan
penyelesaian tugas. dan Johanes Vern dan
Jones Louise (2013) juga menambahkan variabel ke tiga yaitu iklim atau kualitas
hubungan dalam setting tugas selama orang terlibat dalam tugas. Jadi, rumusnya
menjadi:
Motivasi
= ekspektasi x nilai x iklim
Kerena
ini dideskripsikan sebagai fungsi perkalian, model ini mengemukakan siswa yang
tidak termotivasi kecuali ketiga komponen tersebut ada, oleh kerena itu,
mereka: (1) diharapkan dapat menyelesaikan tugas (2) menemukan nilai dalam
tugas; dan (3) menyelesaikan tugas dalam lingkungan yang mendukung kebutuhan
dasar personal mereka.
Konsep
kedua yang mengorganisasikan pemikiran penulis tentang motivasi adalah Eccles
dan Wigflied (1985) bahwa tiga jenis nilai (value) mungkin dapat diasosiasikan
dengan tugas:
1.
Nilai intrinsik: minat sederhana atau
kesenangan yang berkaitan dengan keterlibatan dalam suatu tugas.
2.
Nilai pencapaian: nilai pencapaian
prestasi, kemasyuran, atau pengaruh melalui penyelesaian tugas.
3.
Nilai kebergunaan: bermanfaat untuk
karier seseorang atau tujuan pesonal yang diasosiasikan dengan keberhasilan
melaksanakan tugas. Guru perlu memastikan ada paling tidak satu nilai jika
ingin para siswa termotivasi oleh tugas.
Banyak
guru mengemukakan bahwa siswa mereka tidak menghargai pelajaran atau paling
sedikit tidak mempelajari materi yang disajikan di kelas mereka. Dalam bukunya
motivating humans, martin ford menunjukan bahwa meskipun hal ini diinginkan
oleh beberapa siswa, pendidik mungkin perlu kreatif untuk menemukan satu alasan bagi siswa unuk
terlibat secara aktif dalam aktivitas.
Sebagai contoh dengan memberikan kesempatan untuk
menentukan sendiri atau interaksi pertemanan, terdapat kemungkinan untuk
memfasilitasi keterlibatan siswa berprestasi rendah yang umumnya lebih fokus
pada hal-hal yang menyenangkan dan pertemanandari pada belajar dan peningkatan
diri....senada dengan hal tersebut, dengan mengorganisasikan tugas sehingga
tugas tersebut menuntut adanya pekerjaan kelompok dan tanggunjawab terhadap
kelompok, maka siswa dan pekerja yang tidak antusias terhadap substansi
tugas....tidak lagi memiliki alasan untuk meningkatkan diri mereka kepada
kinerja yang bagus pada pelaksanaan tugas tersebut....singkatnya, meskipun
prestasi tinggi memerlukan pola-pola motivasional yang diperkuat dengan
penyetujuan dengan berbagai tugas...seseorang paling tidak dapat memastikan
ingkat level kinerja yang cukup dengan mendesain ruang kelas dan konteks kerja
sehingga semua orang dapat paling tidak menemukan satu alasan yang bagus untuk
menyertakan diri mereka dalam aktivitas yang sesuai secara kontekstual. (Martin
Ford 1992, 102;Johanes Vern dan Johanes Louise 2012,240)
Kepedulian
tentang penilaian pemelajaran diekspresikan secara tidak seimbang oleh guru
yang sedang bekerja di perkotaan dan kelas yang multikultural. Dalam artikel
mereka, “A Framework for Culturally Responsive Teaching”, Raymond Woldkowski
dan Margaret “ mengusulkan model pelajaran
responsif secara kultural yang didasarkan pada teori-teori motivasi
intrinsik”. Penulis-penulis ini mengemukakan bahwa model tersebut didasarkan
pada penciptaan lingkungan belajar yang meliputi kondisi sebagai berikut.
1.
Membangun inklusi adalah menciptakan
atmosfer belajar yang didalamnya siswa dan guru merasa dihargai dan berhubungan
satu sama lain.
2.
Menggembangkan sikap adalah menciptakan
kecenderungan yang baik kearah pengalaman belajar melalui relevensi dan pilihan
persoonal.
3.
Menciptakan pemaknaan adalah menciptaan
pengalaman belajar yang mendalam dan menantang yang meliputi prespektif dan
nilai siswa.
Menghasilkan kompetensi adalah menciptakan pemahaman
bahwa siswa efektif dalam mempelajari sesuatu yang merekka pelajari. Sebagai
kebutuhan personal, pemahaman dan respon kepada kebutuhan akademik siswa
merupakan faktor sentral yang menentukan apakah kita sebagai pendidik dapat
menciptakan masyarakat yang didalamnya belajar dipandang sebagai suatu yang
diinginkan. (Johanes Vern dan Johanes Louise 2012,241)
C.
Kebutuhan
Akademik Siswa
1.
Paham
Nilai dan Tujuan Belajar
a.
Memahami
Nilai Belajar
Walter
Doyle (1983) menulis, bahwa “kualitas waktu yang digunakan dalam tugas akdemik
tergantung pada tugas yang diharapkan untuk diselesaikan oleh mereka dan
jangkauan pemahaman siswa tentang apa yang mereka pelajari. Oleh karena itu,
penting intruksi langsung mencakup peratian eksplisit untuk memaknai dan tidak
hanya memfokuskan pada keterlibatan sebagai akhir dari segalanya”.(h.189)
sayangnya, banyak siswa tidak sungguh-sungguh memahami mengapa mereka
dilibatkan dalam kegiatan belajar. Mereka belajar untuk mendapatkan nilai yang
bagus, menyenangkan orang tua atau guru, atau menghindari hukuman termasuk pada
awal tahun ajaran dengan meminta siswa mendeskrifsikan “kelihatan seperti apa”
dan “kedengaran seperti apa” pelajar yang efektif. Sesudah siswa membuat daftar
tersebut, kelas bekerja untuk membuat beberapa definisi pelajaran yang efektif.
Satu dari antara banyak teknik adalah teknik untuk mendefinisikan kembali
belajar termasuk belajar
b.
Memahami
Tujuan Belajar
Untuk
membantu siswa lebih memahami proses belajar,
penulis menemukan bahwa merupakan hal yang bermanfaat untuk membantu
siswa mengembangkan beberapa konsep utama yang berhubungan dengan belajar.
1)
Mengembangkan
Definisi Fungsional Belajar
Mayoritas
siswa percaya belajar efektif bearti melakukan pekerjaan rumah, penilaian
kelas, dan tes terstandar lebih baik dari teman sekelas mereka. Sayangnya,
dalam setiap kelas dan setiap sekolah, 25 persen siswa berada di seperempat bawah dalam
mengerjakan tugas-tugas ini (secara statistik, hal tersebut merupakan
keharusan). Jika guru melanjutkan untuk membolehkan siswa mendefinisikan
pelajaran sebagai proses “memenangkan”, maka kita akan terus mendapatkan
presentase signifsikan dari siswa yang bertindak dan keluar dari sekolah
sebagai respon kegagalan yang mereka rasakan.
2.
Paham
Proses Belajar Secara Efektif
Banyak
siswa kurang keterampilan dalam mempelajari informasi baru secara efektif.
Intervensi yang ditunjukan untuk membantu siswa dalam membantu siswa dalam
mengembangkan strategi belajar yang ditingkatkan dapat dimasukkan ke dalam tiga
kategori: (1) intervensi kognitif, meliputi keahlian untuk menyelesaikan
tugas-tugas spesifik seperti mengarisbawahi, menggunakan mnemonic, membuat garis
besar, meringkas, dan seterusnya; (2) intervensi metakognitif, meliputi
perencanaan dan memonitor penggunaan strategi seeorang dan menentukan waktu
terbaik penggunaan strategi tertentu; (3) intervensi efektif, menekankan
astribusi dan sikap (Hattle, Biggs, dan Purdie, 1996).
3.
Terlibat
Secara Aktif Dalam Pembelajaran
Meskipun
guru tidak selalu dapat memenuhi kebutuhan akademik siswa, motivasi dan
prestasi siswa dapat ditingkatkan dengan melibatkan siswa secara aktif dalam
proses belajar. Penelitian menunjukan bahwa siswa sekunder menghabiskan
kebanyakan waktunya dalam aktivitas yang nonintegratif, seperti mendengarkan
pengajaran dan mengajarkan tugas (Hunter dan csikszentmihalyi, 2003). Berbagai
studi ini melaporkan bahwa ketika siswa tersebut terlibat dalam aktivitas
interaktif yang mereasa dapat dilakukan dan menentang, tingkat keterlibatan
mereka adalah 73 persen dibandingkan dengan hanya 42 persen ketika terlibat
dalam aktivitas yang kurang menarik. Oleh karena itu, tidak mengejutkan jika
dalam sejumlah penelitian, siswa menunjukan keinginan mereka untuk mempunyai
keinginan mereka untuk mempunyai guru yang menyertakan strategi lebih
interaktif yang mengandung partisipasi siswa yang lebih baik (Miliner, 2006).
4.
Mempunyai
Tujuan Belajar Yang Berkaitan Dengan Minat Dan Pilihan Mereka Sendiri
Sebagai
guru kita dapat meningkatkan motivasi dan
belajar siswa dengan menggunakan beragam strategi yang secara langsung
menggabungkan minat siswa kedalam kurikulum. Metode berikut mengemukakan
beragam pendekatan untuk menggabungkan minat siswa.
(1)
Pada awal tahun ajaran, minta siswa
untuk membuat daftar hal-hal yang mereka ingin pelajari dalam tiap area
kurikulum utama
(2)
Sebelum masuk ke satu unit minta siswa
untuk mengembang bagan K-W-L (K= know, merepresentasikan apa yang siswa sudah
kudah ketahui tentang suatu topik, W = want, adalah apa yang mereka ingin
ketahui atau tanyakan tentang topik, dan L= learn, merepsentasikan apa yang mereka
pelajari mengenai topik itu.
(3)
Membolehkan siswa per individu atau
kelompok siswa memilih topik yang ingin mereka pelajari.
(4)
Menggabungkan materi yang relevan secara
secara kultural.
(5)
Membolehkan siswa untuk membuat pilihan
sebelum, selama, dan sesudah aktivitas pembelajaran (Jolivette,Sticher, dan
Mccormick,2002).
(6)
Mengajarkan siswa bagaimana memesan film
mengenai topik yang mereka minati.
(7)
Mengajarkan siswabagaimana mengundang
pembicaraan tamu (termasuk orang tua) untuk mendiskusikan topik minat siswa.
(8)
Mebuat unit mengenai biografi.
(9)
Menciptakan kesempatan untuk diskusi
terstruktur.
(10)
Meminta siswa mengembangkan hari atau
minggu minat spesial.
(11)
Kapan melibatkan siswa dalam tulisan
kreatif, tidak selalu menetapkan satu topik.
(12)
Menggunakan catatan pembelajaran
(13)
Membolehkan siswa mengembangkan daftar
ejaan mereka sendiri
(14)
Mengembangkan rencana masa depan.
5.
Menerima
Instruksi Yang Sesuai Dengan Gaya Belajar Dan Kekuatan Mereka
Guru
dapat meningkatkan motivasi siswa dan berhasil dengan berespon gaya belajar
siswa secara efektif. Siswa berbeda satu dengan yang lain dalam pendekatan
mereka kepada pembelajar. Setiap siswa
mempunyai gaya kognitif atau belajar dan mengorganisasikan materi. Guru terlalu sering memeriksa kekeliruan siswa
dengan memikirkan masalah personal dan sosial daripada mempokuskan pada minat
khusus siswa atau gaya belajar untuk menentukan pendekatan terbaik untuk
memberikan instruksi guru yang menggunakan metode yang intruksional yang sama
dengan setiap siswa atau yang dengan mengunakan jangkauan yang terbatas dari
aktivitas-aktivitas iintruksional akan menciptakan situasi yang didalamnya
beberapa siswa menjadi frustasi, mengalami kekeliruan dan merespon dengan
perilaku buruk.
6.
Melihat
Belajar Yang Dimodelkan Oleh Orang Dewasa Sebagai Poses Yang Menarik Dan
Mempunyai Imbalan
Guru
memiliki banyak karakteristik yang membuat perilaku mereka mempunyai peluang
untuk ditiru. Guru yang efektif dalam meningkatkan motivasi siswa untuk
mengajar menunjukan minat dan tertarik pada pelajaran dan model tugas yang
berkaitan dengan penalaran dan pemecahan masalah.
7.
Pengalaman
Berhasil
Mengikuti
pengalaman keberhasilan, seseorang cenderung meningkatkan harapan mereka dan
menetapkan tujuan dan menetapkan tujuan yang lebih tinggi, sementara kegagalan
dipenuhi dengan aspirasi yang diturunkan.
8.
Mempunyai
Waktu Untuk Mengintegrasikan Pembelajaran
Para
siswa membutuhkan waktu sepanjang hari sekolah untuk melambatkan dan
mengintegrasikan apa yang telah mereka pelajari. Seringkali siswa terburu-buru
dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya dan tidak mengalokasikan waktu untuk
meringkas pelajaran, ketika ketergesaan ini terjadi siswa mulai bingung dan
mengalami perasaan gagal. Oleh karena itu kita sebagai guru penting untuk
memperlambat ritme serta menyediakan kesempatan kepada semua siswa untuk
mengorganisasikan gagasan baru yang telah disajikan.
9.
Menerima
Umpan Balik Yang Realistis Dan Meningkatkan Perasaan Menguasai Materi
Umpan
balik yang efektif memberi siswa pelajaran penting. Umpan balik tersebut
memungkinkan siswa memahami dimana mereka dalam hubungan untuk mencapai tujuan,
jumlah kemajuan yang mereka telah lakukan menuju tujan dan apa yang harus
mereka lakukan untuk meneruskan atau meningkatkan kemajuan mereka . umpan balik
yang efektif juga mengkomunikasikan bahwa guru yakin siswa dapat mencapai
tujuan yang ditentukan, bahwa bagaimana suatu kemajuan siswa membandingkannya
dari siswa lainbukan merupakan faktor utama.
10.
Terlibat
Dalam Evaluasi Diri Atas Pembelajaran Dan Uaya Mereka
Melibatkan
siswa kedalam efaluasi diri, memberikan kesempatan kepada mereka merasakan
pertanggung jawaban personal. Ketika siswa mengevaluasi dan merekam pekerjaan
mereka sendiri, mereka lebih mungkin mengembangkan kontrol dari dalam diri dan
memandang kemajuan mereka berdasarkan upaya mereka sendiri.
11.
Menerima
Imbalan Yang Sesuai Untuk Mendapat Keberhasilan
Imbalan
lebih efektif untuk meningkatkan upaya daripada memperbaiki kualitas kinerja,
dengan demikian lebih baik menggunakan imbalan ketika ada tujuan yang jelas dan
strategi yang jelas (misalnya, perhitungan aritmatika, skala musik, pengetikan,
dan pengejaan), dan juga ketika siswa mempunyai keahlian prasyarat untuk
menyelesaikan tugas tetapi tidak melakukan hal itu. Imbalan dapat bertindak
sebagai motivator hanya untuk siswa yang percaya bahwa mereka mempunyai
kesempatan yang baik, untuk mendapatkan imbalan jika mereka berusaha dengan
upaya yang layak.
12.
Merasakan
Lingkungan Belajar Yang Mendukung, Aman Dan Terorganisasi Dengan Baik.
Ruang
kelas harus mempunyai pencahayaan yang sesuai, sirkulasi udara ang baik,
menyenangkan dari segi estetik, dan mendukung secara personal termasuk
menghargai warisan budaya seseorang dan merasa aman secara fisik dan
emosional.
D.
Memenuhi
Kebutuhan Siswa Dengan Kebutuhan Khusus
1.
Strategi
Dalam Memfasilitasi Pelajaran Pelajar Berbahasa Inggris
a.
Menggabungkan
Aktivitas Yang Produktif
Siswa
didorong untuk bekerja sama dengan siswa lainnya, guru, dan orangtua untuk
mencapai tujuan dan sasaran instruksinya.
b.
Perkembangan
Bahasa
Guru
memberikan siswa kesempatan untuk menggunakan bahasa percakapan dan akademik
yang sesuai dengan beragam setting, menyesuaikan bahasa untuk pengalaman siswa
dengan bahasa inggris dan memberikan dukungan untuk bahasa pertama.
c.
Kontekstualisasi
Guru menggunakan
latarbelakang dan budaya siswa dan membawakan tamu yang dapat mendorong rasa
hormat terhadap perspektif multikultur.
d. Aktivitas Yang Menantang
Guru
merencanakan dan mengimplementasikan aktivitasyang mendorong perkembangan
konsep akademik dengan menggunakan budaya, dan menggunakan pendekatan budaya
yang sesuai untuk mengajar.
e. Percakapan Instruksional
Guru
mengorganisasikan ruang kelas untuk memastikan bahwa percakapan antara guru dan
teman-teman siswa tersebut dapat mengembangkan konsep akademik dan bahasa.
f. Poin Entri Yang Beragam
Dalam
semua wilayah dan dalam semua aktifitas interaktif, guru mempunyai kepekaan
untuk kebutuhan, minat, bakat, dan pemahaman siswa dan dapatmenggunakan
informasi itu untuk memperluas pembelajaran siswa.
2.
Persiapan
Mengajar Yang Guru Harus Lakukan
a.
Konsep
Utama Dalam Istilah
Kebutuhan pendidikan
siswa harus dalam setting yang sesuai. Proses dan prosedur yang didesain harus
sesuai dan memenuhi kebutuhan siswa berkebutuhan khusus. Undang- undang
pendidikan dasar dan menengah, biasanya menyebutnya sebagai “no child left
behild act” (NCLB, 2001), atau Undang-Undang “tidak ada anak yang tinggal” (Johanes
Vern dan Johanes Louise media, 2012, 290)
sekolah bertanggung jawab untuk kemajuan siswa termasuk siswa yang
mengalami ganguan.
Setting
yang memberikan cukup dukungan kepada siswa untuk mengakses dan membuat
kemajuan dalam kurikulum pendidikan umum, juga memberikan akses ke teman.
Siswa yang memenuhi
syarat untuk pendidikan khusus yang menerima rencana pendidikan individu atau
individual education plan (IEP).
b.
Mengetahui
Disabilitas Yang Ada Dalam Daftar
Dalam
setting pendidikan undang-ndang federal memaparkan tiga belas disabilitas uang
memenuhi syarat untuk mendapatkan pendidikan khusus yaitu: (1)autisem,
(2)buta-tuli (3)tuli, (4)ganguan emosional, (5)ganguan pendengaran, (6)disabilitas
belajar, (7)keterbelakangan mental, (8)multi ganguan, (9)ganguan orthopedic,
(10)ganguan kesehatan lain, (11)ganguan berbicara atau berbahasa (12)kerusakan
otak traumatis, dan (13) ganguan visual termasuk kebutaan. (rancangan
Undang-Undang Federal 300.8A 1, Johanes Vern dan Johanes Louise media, 2012,
291)
c.
Mengetahui
Kualifikasi Siswa Untuk Kebutuhan Khusus
Sekolah
mengadakan proses latihan penelitian sebelum memulai penelitian untuk evaluasi.
Proses penelitian ini adalah mendokumentasi pembelajaran dan kesulitan
perilaku.
d.
Bagaimana
Wilayah Saya Menentukan Apakah Siswa Masuk Kriteria Dalam Kategori Disabilitas
Belajar Spesifik
Perestasi
dan kemampuan siswa adalah tolak ukur untuk mengetahui ganguan belajar.
e.
IEP
(Individual Education Plan) adalah kunci
IEP(Individual
Education Plan) memandu
instruksi, garis besar dan menentukan penempatan untuk siswa berpendidikan
khusus. Meskipun tidak ada jaminan kemajuan, tujuan IEP merepresentasikan
harapan/hasil siswa siswa yang diharapkan untuk mencapainya dalam satu
tahun.
3.
Guru
Harus Melakukan Hal-Hal Berikut Saat Peduli Tentang Pembelajaran Atau Perilaku
Siswa
a.
Bekerja
Dengan Orang Tua
Dari
presfektif orang tua, anak berpartisipasi dalam pengalaman ujian yang panjang
dan membuat stres tentu tidak menyenangkan. Sebagai tambahan terhadap masalah
apa yang mungkin diungkap oleh evaluasi tersebut tentang pembelajaran siswa dan
kebutuhan emosionalnya, orang tua harus memerhatikan bahwa temuan penilaian
tersebut akan memengaruhi keterampilan parenting mereka atau menunjukan dengan
tepat kelemahan personal atau keluarga tersebut.
b.
Bekerja
dengan siswa
Sebelum sekolah dimulai
seorang guru melakukan beberapa langkah sebagau berikut:
1.
Meminta guru pendidikan khusus untuk
mendata anak-anak yang menerima pendidikan khusus.
2.
Meminta guru pendidikan khsus untuk IEP
siswa, kenali siswa dengan IEP yang mereka miliki, ingalah untuk memberikan
perhatian kepada siswa.
c.
Pertimbangan
Tanpa Henti
Guru
pendidikan khusus sebagai sumber. Mereka dapat membantu sebagai saran untuk
strategi pembelajaran, teknik manajemen perilaku, dan teknik pertanyaan resmi
yang dimiliki. Meskipun demikian, guru pendidikan khusus ini banyak menangani kasus . mereka biasanya
bertugas dalam pengujian atau tes yang diarahkan untuk evaluasi ulang awal atau
tiga tahunan, menulis IEP, memberikan instruksi yang dirancang khusus,
mengeluarkan laporan kemajuan siswa dan berkonsultasi dengan guru pendidik
reguler.
d.
Bekerja
Dengan Sistem
Sekolah
atau tim pembentuk tidak bisa mendorong penilaian atau mempertimbangkan penempatan pendidikan
yang berbeda untuk siswa yang sudah diidentifikasi. Dari kebanyakan kasus, staf
bekerja benar dengan siswa tetapi kurang sumber daya untuk menyelesaikan tugas.
Meskipun demikian kurangnya sumber daya
tidak dapat menjadi rintangan untuk evaluasi yang teliti dan tepat pada
waktunya. Orang tua yang peduli dengan anak yang mempunyai ganguan yang
mempengaruhi pendidikannya mempunyai hak meminta semacam evaluasi. Orang tua
mungkin tidak sadar bahwa menunjukan masalah kepada guru atau kepala sekolah
bukanlah permohonan formal untuk penilaian jika orang tua berkomentar tentang
masalah mereka, maka proses bekerja dengan sistem bisa dimulai.
e.
Bekerja
Dengan Siswa Melalui Persiapan
Sebelum
sekolah dimulai, ada langkah-langkah yang dapat dilakukan:
1)
Guru pendidikan khusus mendata anak-anak
dalam kelas yan menerima pendidikan khusus(mempunyai IEP).
2)
Guru mengkopi IEP siswa. Dan menanyakan
pertanyaan pada dirinya sendiri seperti berikut
(1)
Apakah saya sudah cukup memahami
disabilitas siswa dalam implementasi pembelajaran?
(2)
Menurut tingkat penampilan terakhir. Apa
kemampuan yang dimiliki siswa? Apakah keahlian perlu dikembangkan? Apa yang
harus saya mulai untuk memastikan siswa berhasil?
(3)
Apa hasil/tujuan yang diharapkan bagi
siswa?
(4)
Berapa banyak waktu yang digunakan
dikelas?
E.
Metode
Yang digunakan Untuk Motivasi Belajar Siswa
1.
Belajar
Bersama
Belajar
bersama adalah satu dari metode yang paling populer dan efektif untuk memenuhi
gaya belajar siswa dan melibatkan siswa dalam proses belajar.Good dan brophy
(2008), mencatat bahwa belajar bersama dapat menjadi teknik yang efektif dalam
membantu siswa menerima dan berfungsi secara efektif di ruang kelas. Siswa diikelas yang menggunakan aktivitas
pertemanan yang kooperatif, siswa lebih mungkin menunjukan mereka menyukai
sekoolah, ruang kelas,dan materi pembelajaran. Siswa dikelas yang menggunakan
aktifitas pertemanan yang kooperaktif juga ditandai oleh kekompakan kelompok
yang lebih baik, pola pertemanan yang lebih beragam dan perhatian lebih kepada
teman (Schmuch dan Schmuch, 2001 Johanes Vern dan Johanes Louise 2012,229 ). Dengan
demikian tidak heran ketika belajar
bersama digunakan di ruang kelas digunakan di ruang kelas, siswa lebih menerima
keragaman siswa, termasuk penerimaan yang lebih dan sensitivitas kepada siswa
dengan lebih menerima kebutuhan khusus. Satu contoh belajar bersama adalah
dengan rountable atau meja bundar yang merupakan aktifitas yang didalamnya guru
dapat menanyakan suatu pertanyaan yang mempunyai sejumlah kemungkinan jawaban
seperti memaparkan kemungkinan atau penyebab.
2. Aktivitas-Aktivitas Struktur Sederhana
Struktur
sederhana mengacu pada aktivitas yang guru dapat gunakan secara berkala untukk
merangsang diskusi dan tinjauan materi. Aktivitas struktur sederhana lain
disebut bintang yang digunakan untuk meninjau materi dan mempersiapkan siswa
untuk kuis atau tes.
3.
Pendekatan
Proses
Pendekatan proses
adalah pendekatan atau langkah-langkah yang membuat guru dapat menerapkan
belajar bersama dengan materi mana pun. Johnson dan Holubec, mengemukakan ada
lima elemen dasar proses ini.
a.
Ketergangtungan
yang positif
Elemen ini meliputi tujuan dan
aktivitas berstruktur agar siswa dapat memerhatikan kinerja semua
anggota
kelompok.
b.
Tanggung
jawab individu
Bahwa setiap siswa
bertanggungjawab menguasai materi.
c.
Tatap
muka
Siswa
diatur dalam suatu cara tertentu sehingga merek dapat berinteraksi langsung
satu sama lain dan terlibat dalam materi secara langsung.
d.
Mengajarkan
Keahlian Bekerja Sama
Hal ini dilakukan agar
siswa dapat bekerja sama secara efektif dalam kelompok.
e.
Memproses
Keahlian Kelompok
Sesudah
siswa diajarkan keahlian bekerja sama, penting untuk memonitor dan memperkuat
keahlian inisecara konsisten.
Johnson dan Holubec,
1998 Johanes Vern dan Johanes Louise media, 2012, 300)
4.
Tutoring
Teman Sebaya
Tutoring
teman sebaya ini bermanfaat pertama, mengembangkan konsep meminta dan
mengembangkan konsep meminta dan menawarkan bantuan sebagai perilaku yang
positif. Tindakan ini mendorong kerja sama dan kepedulian, sehingga menciptakan
lingkungan belajar yang lebih mendukung dan aman. Kedua, memberikan kesempatan
untuk memerintah anak lain dapat memberikan siswa perasaaan keberagaman.
Ketiga, dapat membantu siswa lain, siswa sering mempelajari materi lebih dalam.
Dan persatuan dari pemahaman yang bertambah dan tindakan memberi intruksi siswa
lain membuatsiswa tertarik dan yakin. Terakhir, tutoring teman sebaya ini
membantu guru untuk memonitor dan intruksi individualisasi. Dengan membolehkan
siswa menjadi narasumber untuk orang lain, guru meningkatkan atensi individual
mengurangi frustasi dan perilaku yang tidak pantas.
Meskipun tutor teman
sebaya mempunyai banyak manfaat, aktivitas ini mempunyai banyak manfaat,
aktifitas ini dapat membuat frustasi dan tidak produktif jika siswa jika siswa
tidak dibekali dengan keterampilan cara membantu orang lain. Oleh karena itu
penting jika guru berencana menerapkan tutor teman sebaya ini untuk membekali
siswa terlebih dahulu dengan intruksi cara siswa lain. Lakukan hal tersebut
dengan memaparkan apa yang sebaiknya dilakukan dan tidak dilakukan dalam membantu
orang lain dengan pekerjaan mereka.
F.
Aktifitas
Implementasi
1.
Mengevaluasi
Lingkungan Ruang Kelas Dalam Sorotan Kebutuhan
Buatlah
daftar dengan berisikan duabelas kebutuhan akademik siswa dan kolomlah hal-hal
apasaja yang anda telah lakukan. Jika anda tidak sedang mengajar, pilihlah satu
kelas dan amati
2.
Menyeleksi
Metode Untuk Memudahkan Proses Belajar
Menulis
metode-metode pembelajaran kedalam tabel
dan pilih atau lingkar metode-metode yang anda anggap berhasil daalam proses
belajar mengajar, kemudian buatlah kelompok dari empat atau lima rekan guru.
Mintalah melingkar atau memilih metode yang dapat berjalan dikelas mereka. Dan
setiap orang yang memilih mmetode tersebut mmempunyai gagasan mengenai
bagaimana metode tersebut dapat berjalan di ruang kelas mereka.
3.
Memodifikasi
Instruksi
Memilih
seorang siswa yang mempunyai kesulitan menguasai beberapa keahlian yang anda
bantu untuk menanggapinya, pilihlah metode-metode untuk mendidik dan tulislah
tangapan singkat dari pertanyaan berikut:
a.
Apakah siswa telah berhasil setelah
dimodifikasi?
b.
Apakah perilakunya berubah setelah
dimodifikasi?
c.
Apakah anda melihat perbedaan sikap atau
perilaku siswa sejak anda menerapkan modifikasi ini?
4.
Menganalisis
Masalah Perilaku Siswa
Menganalisis masalah
siswa sebagai berikut:
a.
Satu alasan siswa ini bertingkah dikelasnya
adalah....
b.
Aktifitas ini membuat saya menyadari
bahwa....
c.
Agar saya dapat membantu siswa ini
berkelakuan sebagaimana mestinya saya perlu untuk....
d.
Dua hal spesifik yang saya akan ubah di
kelas ini atau dengan siswa tertentu ini adalah....
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Makalah
ini membahas tentang motivasi dan belajar
siswa dengan mengimplementasikan metode instruksional yang memenuhi kebutuhan
akademik siswa. Motivasi adalah sesuatu yang memberi energi dan mengarahkan
perilaku, belajar adalah perubahan tingkah laku melalui pengalaman, Implementasi
adalah proses pelaksanaan atau penerapan,dan metode instruksional adalah cara
teratur untuk melaksanakan pengajaran. Dalam motivasi ada beberapa masalah
utama pertama kesalahan motivasi dari dalam siswa itu sendiri karna mengangap memandang
sekolah sebagai penghasil kecemasan, membuat frustasi, dan mencari rasa
penting, kompetensi, dan kekuasaan mereka ditempat lain. Yang kedua Banyak guru
mengemukakan bahwa siswa mereka tidak menghargai pelajaran atau paling sedikit
tidak mempelajari materi yang disajikan di kelas mereka. Kebutuhan akademik siswa ada bermacam-macam
yaitu paham akan nilai dan tujuan belajar, Paham proses belajar, Terlibat
secara aktif dalam pembelajaran, Mempunyai tujuan belajar yang berkaitan dengan
minat dan pilihan mereka sendiri, Menerima intruksi yang disesuaikan dengan
gaya belajar dan kekuatan mereka, Melihat belajar yang dimodelkan oleh orang
dewasa sebagai proses yang menarik dan mempunyai imbalan, Pengalaman berhasil,
Mempunyai waktu untuk, mengintegrasikan pembelajaran, Menerima umpan balik yang
realistis dan langsung yang meningkatkan perasaan menguasai materi, Terlibat
dalam evaluasi diri atas pembelajaran dan evaluasi diri atas pembelajaran dan
upaya mereka, Menerima imbalan yang sesuai untuk mendapatkan keberhasilan, Merasakan
lingkungan belajar yang mendukung, aman, dan terorganisasi dengan baik.
Dalam
pemenuhan kebutuhan siswa dengan kebutuhan khusus yang pertama adalah dengan
menggunakan strategi dalam memfasilitasi pelajaran pelajar berbahasa inggris,
dengan menggabungkan aktivitas yang produktif, perkembangan bahasa,
kontektualisasi, aktifitas yang menantang, percapan intruksional, poin entri
yang beragam. Kedua guru harus mempersiapkan mengajar dengan memperhatikan
konsep utama dalam istilah, mengetahui disabilitas yang ada dalam daftar,
mengetahui kualifikasi siswa untuk kebutuhan khusus, tahu bagaimana menentukan
wilayah siswa yang masuk dalam kategori disabilitas belajar spesifik,dan
mengetahui IEP adalah kunci. Ketiga guru harus melakukan hal-hal sebagai
berikut yaitu: bekerja dengan orang tua, bekerja dengan siswa, melakukan
pertimbangan tanpa henti, bekerja dengan sistem dan bekerja dengan siswa
melalui persiapan. Berikut ada beberapa metode yang digunakan untuk memotivasi
belajar siswa seperti: belajar bersama, melakukan aktivitas-aktivitas
sederhana, menggunakan pendekatan proses dan tutoring teman sebaya. Dalam
melihat proses motivasi tersebut berhasil atau tidak kita dapat mengevaluasi
lingkungan ruang kelas dalam sorotan kebutuhan, menyeleksi metode untuk
memudahkan proses belajar, memodofikasi intruksi, dan menganalisis masalah
perilaku siswa.
B.
SARAN
Jadi
dengan adanya makalah ini di harapkan kita sebagai calon guru atau pembaca pada
umumnya dapat mengajar dengan baik dan benar menggunakan metode instruksional.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Indonesia, 2008, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama
Woolfolk E. Anita Dan Nicolich Mccune Lorraine,
2004, Mendidik Anak-Anak Bermasalah(Psikologi Pembelajaran II), Depok, Insani
Perss
Munandir, 2001, Ensiklopedia Pendidikan, Malang, UM-Press
Silberman, Ph.D. Mel Dan Auerbach Carol. 2013, Active
Training, Bandung, Nusa
Johanes Vern Dan Johanes Louise Media, 2012,
Cultural Diversi And Education Fundation, Curriculum, And Teaching, Boston
Allyn And Bacon
Partin L Ronald, 2012,Kiat Nyaman Mengajar Di Dalam
Kelas, Jakarta, Pt Indeks
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Seperti kita ketahui bahwa untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa yang diamanatkan oleh pembukaan UUD 1945 maka
kepada pemerintah dituntut untuk menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan
yang dapat menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup kehidupan bangsa Indonesia. Maka sekarang
kita mengenal adanya suatu sistem pendidikan.
Pendidikan
merupakan suatu proses untuk mengembangkan semua aspek kepribadian manusia,
yang mencakup pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilannya. Pendidikan
bertujuan untuk mencaai kepribadian suatu individu yang lebih baik, manusia
lebih berkebudayaan, dan manusia yang memiliki kepribadian yang lebih baik
(Ahmad Munib, 2014: 29).
Satu
dari sekian banyaknya pembaharuan dalam bidang pendidikan adalah menggunakan
metode dalam proses pembelajaran. Metode
dalam pembelajaran akan sesuai jika mampu menghantarkan peserta didik mencapai
tujuan pendidikan yang diharapkan dalam pembelajaran. Dengan pembaharuan
strategi diharapkan sumber informasi yang diterima peserta didik tidak hanya
dari guru, tetapi juga diperoleh dari suatu proses aktivitas yang dilakukan
peserta didik dalam pembelajaran. Hal
ini akan menuntut guru untuk dapat menyampaikan mata pelajaran dengan tepat dan sesuai mutu pendidikan.
Berbicara
mengenai mutu pendidikan, maka peningkatannya harus dimulai dari unsur guru,
karena guru dalam pembelajaran berperan sebagai pengerak dan pengatur proses
belajar mengajar di kelas, untuk itu guru sebagai agen ilmu pengetahuan
sejatinya dapat bertindak secara propesional ketika menerapkan metode mengajar.
Mengingat metode-metode tersebut guru harus mampu memanajemen kelas.
Dalam Manajemen kelas yang efektif sangat
berhubungan dengan instruksi kelas yang efektif. Ketika siswa tidak hadir di
sekolah atau kelas atau ketika mereka berkelakuan tidak produktif dalam
aktivitas kelas, guru harus secara cermat memeriksa apakah materi kurikulum dan
metode pembelajaran secara aktif dan bermanfaat melibatkan siswa pada tingkat
kesulitan yang tepat dan dalam cara yang menghargai budaya mereka dan kehidupan
mereka sendiri.
Intruksi
yang direncanakan secara efektif, relevan, dan menarik merupakan aspek utama
dari manajemen kelas yang efektif. Agar sekolah dapat menjadi komunitas dimana
siswa dapat merasa dihormati dan dapat dihargai, metode dan konten pembelajaran
pembelajaran harus memenuhi kebutuhan akademis siswa. Perilaku yang tidak
produktif dan kegagalan siswa sering bersumber pada kegagalan mengajar guru
untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang kondusif untuk belajar. Para siswa
memang berbeda satu dengan yang lain dalam jenis struktur kelas dan instruksi
yang paling baik memfasilitasi pembelajaran mereka. Pemahaman kebutuhan
pembelajaran siswa individual atau kelompok siswa memberi guru informasi
penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang positif.
Pada
saat ini guru mengalami dilema melibatkan siswa secara personal dan bermakna sambil
merespon secara stimulan terhadap persyaratan penilaian yang diwajibkan negara
bagian, yang sering kali fokus kepada pengujian terstandarisasi dan amat fokus.
Pengajaran efektif yang membangun perasaan bermasyarakat dan menunjukan rasa
hormat kepada siswa dan minat mereka dapat terjadi ketika guru membantu siswa
menguasai materi penting. Penulis yakin bahwa tujuan pembelajaran negara bagian
dapat digabungkan kedalam pelajaran yang mempertemukan kebutuhan siswa
sebagaimana yang dibahas dalam makalah ini. Pengajaran efektif dapat membangun
perasaan bermasyarakat dan rasa hormat kepada siswa dan minat mereka dapat
terjadi ketika guru membantu siswa menguasai materi.
Berdasarkan
latar belakang tersebut maka dalam makalah ini akan ditinjau bagaimana
sebenarnya “Motivasi Dan Belajar Siswa Dengan Mengimplementasikan Metode
Instruksional Yang Memenuhi Kebutuhan Akademik Siswa”.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apakah yang dimaksud dengan motivasi,
belajar, implementasi, metode, intruksional dan kebutuhan siswa?
2.
Apa masalah utama pada motivasi siswa
untuk belajar ?
3.
Apa sajakah yang termasuk kebutuhan
akademik siswa?
4.
Bagaimana cara memenuhi kebutuhan siswa
dengan kebutuhan khusus?
5.
Apakah metode yang digunakan untuk
memotivasi belajar siswa?
6.
Bagaimanakah aktifitas implementasi?
C.
Tujuan
Penulisan
Sesuai
dengan rumusan masalah yang ingin dipecahkan maka penulisan bertujuan untuk mengetahui dan memperoleh
informasi atau kejelasan tentang:
1.
Pengertian motivasi, belajar,
implementasi, metode, intruksional dan kebutuhan siswa.
2.
Masalah utama pada motivasi siswa untuk
belajar.
3.
Kebutuhan akademik siswa.
4.
Memenuhi kebutuhan siswa dengan
kebutuhan khusus.
5.
Metode yang digunakan untuk memotivasi belajar
siswa.
6.
Aktifitas implementasi.
D.
Manfaat
Penulisan
Dengan adanya Makalah ini
diharapkan dapat:
1.
Bermanfat sebagai bahan bacan yang dapat
dijadikan rujukan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Khususnya yang berhubungan dengan Motivasi
Dan Belajar Siswa Dengan Mengimplementasikan Metode Instruksional Yang Memenuhi
Kebutuhan Akademik Siswa.
2.
Menambah wawasan guru atau calon guru
dalam memotivasi belajar siswa.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Motivasi, Belajar, Implementasi, Metode Intruksional Dan Kebutuhan Siswa
1.
Pengertian
Motivasi
Motivasi
adalah sesuatu yang memberi energi dan mengarahkan perilaku.
Departemen pendidikan menyatakan bahwa,
“motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau
tidak sadar untuk melakukan sesuatu hal untuk melakukan suatu tindakan dengan
tujuan tertentu.(Departemen Pendidikan,2008:930)”
Motivasi terbagi menjadi dua jenis
yaitu sebagai berikut.
a.
Motivasi
Instrinsik
Motivasi
instrinsik yaitu keinginan bertindak yang disebabkan faktor pendorong dari
dalam diri individu. Dalam proses belajar mengajar siswa yang termotivasi
secara intrinsik dapat dilihat dari kegiatan yang tekun dalam mengerjakan
tugas-tugas belajar karena merasa butuh dan ingin mencapai tujuan belajar yang
sebenarnya.
b.
Motivasi
Ekstrinsik
Motivasi
ekstrinsik adalah motivasi yang keberadaannya karena pengaruh ransangan dari
luar. Motivasi ekstrinsik buka merupakan
keinginan yang sebenarnya yag ada didalam diri siswa untuk belajar; tujuan
individu melakukan kegiatan adalah melakukan kegiatan adalah mencapai tujuan
yang terletak diluar aktivitas belajar itu sendiri, atau tujuan itu tidak
terlibat dalam aktivitas belajar.
2.
Pengertian
Belajar
Belajar
adalah perbuatanyang paling banyak dilakukan orang belajar dilakukan orang
hampir setiap waktu kapan saja, sedang melakukan apa saja dimana saja;
disekolah (pasti), di rumah(mengerjakan pr atau tugas), dijalan (sedang
berjalan) di pasar, di dalam bus, sedang bekerja, sedang bermain dan lain
sebagainya. Dikalangan masyarkat umum dan awam, belajar diartikan monopoli
perbuatan anak sekolah dan pengertiannya mengacu kekegiatan anak tersebut di
sekolah. Di rumah, seorang anak atau seorang siswa dakatakan ayah atau ibunya
sedang belajar dan yang dimaksud mereka adalah apa yang sedang dikerjakan anak
itu di kamarnya adalah belajar, misalnya ia mengerjakan PR (Pekerjaan Rumah)
atau barang kali sedang menghapal pelajaran mempersiapkan diri untuk pelajaran
keesokan harinya atau menjelang ujian. Kalangan kaum awam, ada yang mengartikan
belajar itu menghafal dan menghafal ialah belajar. Pengertian awam yang lain
tentang belajar adalah mengulang pelajaran sekolah. Dalam istilah psikologi dan
pendidikan belajar adalah yang dalam istilah learning, definisi belajar secara
umum mengacu pada proses terjadinya perubahan pada diri seseorang, yaitu pada
perubahan tingkah laku melalui pengalaman. Perubahan itu terjadi dari titik
sebelum (sebelum belajar) ketitik setelah(setelah perbuatan belajar), dan
perbuatan itu tidak sesaat atau sementara sifatnya tetapi perubahannya tetap,
atau yang terjangka relatif panjang.
Departemen pendidikan menyatakan
bahwa,
“1. Berusaha memperoleh kepandaian
atau ilmu 2. berlatih 3. Berubah tinkahlaku atau tanggapan yang disebabkan oleh
pengalaman. Departemen pendidikan (2008:23)”
3.
Implementasi
Implementasi
adalah proses pelaksanaan atau penerapan.
Departemen pendidikan
menyatakan bahwa,
“Implementasi/n
pelaksanaan;penerapan: pertemuan ke dua ini bermaksud mencari bentuk—tentang
hal yang disepakati dulu; Departemen pendidikan (2008:529)”
4.
Metode
Instruksional
Metode
adalah cara teratur yg digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai
sesuai dng yg dikehendaki; cara kerja yg bersistem untuk memudahkan pelaksanaan
suatu kegiatan guna mencapai tujuan yg ditentukan; Instruksional adalah
pengajaran; mengandung pelajaran (petunjuk, penerangan):
Jadi metode
instruksional adalah cara teratur untuk melaksanakan pengajaran.
5.
Kebutuhan
siswa
Kebutuhan adalah
sesuatu yang menjadi keperluan
Siswa adalah murid,
seseorang yang duduk di sekolahan. Jadi kebutuhan siswa adalah sesuatu yang
menjadi keperluan siswa.
Pemenuhan kebutuhan siswa, disamping
bertujuan untuk memberikan materi kegiatan setepat mungkin, juga materi
pelajaran yang sudah disesuaikan dengan
kebutuhan, biasanya menjadi lebih menarik. Dengan demikian, akan membantu
pelaksanaan proses belajar-mengajar. Adapun yang menjadi kebutuhan siswa antara
lain sebagai berikut.
a)
Kebutuhan
Jasmaniah
Hal
ini berkaitan dengan tuntutan siswa yang bersifat jasmaniah, entah yang
menyangkut kesehatan jasmani yang dalam hal ini olah raga menjadi materi utama.
Di samping itu kebutuhan yang lain seperti makan, minum, tidur, pakaian dan
sebagainya, perlu mendapat perhatian.
b)
Kebutuhan
Sosial
Pemenuhan keinginan
untuk saling bergaul dengan sesama siswa dan guru serta orang lain, merupakan salah
satu upaya untuk memenuhi kebutuhan sosial anak didik/siswa. Dalam hal ini
sekolah harus dipandang sebagai lembaga tempat para siswa belajar, bergaul dan
beradaptasi dengan lingkungan seperti misalnya bergaul sesama teman yang
berbeda jenis kelamin, suku bangsa, agama, status sosial, dan kecakapan. Guru
dalam hal ini harus dapat melahirkan suatu pengalaman belajar yang lebih baik.
Sebab kalau tidak hati-hati, justru akibat pergaulan dengan lingkungan dapat
pula membawa kegagalan dalam proses belajar mengajar. Guru harus dapat
membangkitkan semangat kerja sama, sehingga dapat dikembangkan sebagai metode
untuk mengajarkan sesuatu, misalnya metode belajar kelompok.
c)
Kebutuhan
Intelektual
Setiap
siswa tidak sama dalam hal minat untuk mempelajari suatu ilmu pengetahuan.
Mungkin ada yang lebih berminat belajar ekonomi, sejarah, biologi, atau yang
lain-lain. Minat semacam ini tidak dapat dipaksakan, kalau ingin mencapai hasil
belajar yang optimal. Oleh karena itu, yang penting, bagaimana guru dapat
menciptakan program yang dapat menyalurkan minat masing-masing.
d)
Kebutuhan
Akademik
Kebutuhan
akademika siswa seperti memahami nilai dan tujuan belajar dan memahami proses
belajar.
B.
Masalah
Utama Pada Motivasi Siswa Untuk Belajar
Meskipun memenuhi kebutuhan personal siswa
memberikan landasan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan
persoal dan pembelajaran, kebutuhan yang sangat erat dan sama pentingnya dengan lingkungan yang dirancang secara kusus untuk
membantu siswa meguasai pengetahuan akademik. Banyak siswa memenuhi kebutuhan
personal mereka dengan keberhasilan menyelesaikan aktivitas kelas dan tugas.
Siswa lain memandang sekolah sebagai penghasil kecemasan, membuat frustasi, dan
mencari rasa penting, kompetensi, dan kekuasaan mereka ditempat lain. Pemahaman
terhadap penelitian mengenai motivasi dan hubungannya dengan kebutuhan akademik
sisiwa memungkinkan para guru menerapkan pembelajaran/intruksi yang bermuara
pada didapatnya perasaan layak oleh semua siswa dalam setting sekolah.
Ketika frustasi oleh kegagalan siswa memberikan
perhatian, menyelesaikan tugas atau hadir di kelas, guru sering menyalahkan
faktor keluarga dan masyarakat atas kuranngnya motivasi siswa untuk belajar. Seperti
banyak penulis lain, pandangan penulis tentang motivasi menyertakan teori
ekspektasi x nilai (father, 1982). Model ini menyatakan bahwa tingkat dimana
seseorang menjadi terlibat sangat aktif dan produktif dalam sebuah aktivitas
didasarkan kepada mereka memberikan (1)
apakah mereka yakin mereka dapat berhasil melaksanakan tugas. (2) tingkat
mereka memberikan nilai terhadap imbalan yang diasosiasikan dengan keberhasilan
penyelesaian tugas. dan Johanes Vern dan
Jones Louise (2013) juga menambahkan variabel ke tiga yaitu iklim atau kualitas
hubungan dalam setting tugas selama orang terlibat dalam tugas. Jadi, rumusnya
menjadi:
Motivasi
= ekspektasi x nilai x iklim
Kerena
ini dideskripsikan sebagai fungsi perkalian, model ini mengemukakan siswa yang
tidak termotivasi kecuali ketiga komponen tersebut ada, oleh kerena itu,
mereka: (1) diharapkan dapat menyelesaikan tugas (2) menemukan nilai dalam
tugas; dan (3) menyelesaikan tugas dalam lingkungan yang mendukung kebutuhan
dasar personal mereka.
Konsep
kedua yang mengorganisasikan pemikiran penulis tentang motivasi adalah Eccles
dan Wigflied (1985) bahwa tiga jenis nilai (value) mungkin dapat diasosiasikan
dengan tugas:
1.
Nilai intrinsik: minat sederhana atau
kesenangan yang berkaitan dengan keterlibatan dalam suatu tugas.
2.
Nilai pencapaian: nilai pencapaian
prestasi, kemasyuran, atau pengaruh melalui penyelesaian tugas.
3.
Nilai kebergunaan: bermanfaat untuk
karier seseorang atau tujuan pesonal yang diasosiasikan dengan keberhasilan
melaksanakan tugas. Guru perlu memastikan ada paling tidak satu nilai jika
ingin para siswa termotivasi oleh tugas.
Banyak
guru mengemukakan bahwa siswa mereka tidak menghargai pelajaran atau paling
sedikit tidak mempelajari materi yang disajikan di kelas mereka. Dalam bukunya
motivating humans, martin ford menunjukan bahwa meskipun hal ini diinginkan
oleh beberapa siswa, pendidik mungkin perlu kreatif untuk menemukan satu alasan bagi siswa unuk
terlibat secara aktif dalam aktivitas.
Sebagai contoh dengan memberikan kesempatan untuk
menentukan sendiri atau interaksi pertemanan, terdapat kemungkinan untuk
memfasilitasi keterlibatan siswa berprestasi rendah yang umumnya lebih fokus
pada hal-hal yang menyenangkan dan pertemanandari pada belajar dan peningkatan
diri....senada dengan hal tersebut, dengan mengorganisasikan tugas sehingga
tugas tersebut menuntut adanya pekerjaan kelompok dan tanggunjawab terhadap
kelompok, maka siswa dan pekerja yang tidak antusias terhadap substansi
tugas....tidak lagi memiliki alasan untuk meningkatkan diri mereka kepada
kinerja yang bagus pada pelaksanaan tugas tersebut....singkatnya, meskipun
prestasi tinggi memerlukan pola-pola motivasional yang diperkuat dengan
penyetujuan dengan berbagai tugas...seseorang paling tidak dapat memastikan
ingkat level kinerja yang cukup dengan mendesain ruang kelas dan konteks kerja
sehingga semua orang dapat paling tidak menemukan satu alasan yang bagus untuk
menyertakan diri mereka dalam aktivitas yang sesuai secara kontekstual. (Martin
Ford 1992, 102;Johanes Vern dan Johanes Louise 2012,240)
Kepedulian
tentang penilaian pemelajaran diekspresikan secara tidak seimbang oleh guru
yang sedang bekerja di perkotaan dan kelas yang multikultural. Dalam artikel
mereka, “A Framework for Culturally Responsive Teaching”, Raymond Woldkowski
dan Margaret “ mengusulkan model pelajaran
responsif secara kultural yang didasarkan pada teori-teori motivasi
intrinsik”. Penulis-penulis ini mengemukakan bahwa model tersebut didasarkan
pada penciptaan lingkungan belajar yang meliputi kondisi sebagai berikut.
1.
Membangun inklusi adalah menciptakan
atmosfer belajar yang didalamnya siswa dan guru merasa dihargai dan berhubungan
satu sama lain.
2.
Menggembangkan sikap adalah menciptakan
kecenderungan yang baik kearah pengalaman belajar melalui relevensi dan pilihan
persoonal.
3.
Menciptakan pemaknaan adalah menciptaan
pengalaman belajar yang mendalam dan menantang yang meliputi prespektif dan
nilai siswa.
Menghasilkan kompetensi adalah menciptakan pemahaman
bahwa siswa efektif dalam mempelajari sesuatu yang merekka pelajari. Sebagai
kebutuhan personal, pemahaman dan respon kepada kebutuhan akademik siswa
merupakan faktor sentral yang menentukan apakah kita sebagai pendidik dapat
menciptakan masyarakat yang didalamnya belajar dipandang sebagai suatu yang
diinginkan. (Johanes Vern dan Johanes Louise 2012,241)
C.
Kebutuhan
Akademik Siswa
1.
Paham
Nilai dan Tujuan Belajar
a.
Memahami
Nilai Belajar
Walter
Doyle (1983) menulis, bahwa “kualitas waktu yang digunakan dalam tugas akdemik
tergantung pada tugas yang diharapkan untuk diselesaikan oleh mereka dan
jangkauan pemahaman siswa tentang apa yang mereka pelajari. Oleh karena itu,
penting intruksi langsung mencakup peratian eksplisit untuk memaknai dan tidak
hanya memfokuskan pada keterlibatan sebagai akhir dari segalanya”.(h.189)
sayangnya, banyak siswa tidak sungguh-sungguh memahami mengapa mereka
dilibatkan dalam kegiatan belajar. Mereka belajar untuk mendapatkan nilai yang
bagus, menyenangkan orang tua atau guru, atau menghindari hukuman termasuk pada
awal tahun ajaran dengan meminta siswa mendeskrifsikan “kelihatan seperti apa”
dan “kedengaran seperti apa” pelajar yang efektif. Sesudah siswa membuat daftar
tersebut, kelas bekerja untuk membuat beberapa definisi pelajaran yang efektif.
Satu dari antara banyak teknik adalah teknik untuk mendefinisikan kembali
belajar termasuk belajar
b.
Memahami
Tujuan Belajar
Untuk
membantu siswa lebih memahami proses belajar,
penulis menemukan bahwa merupakan hal yang bermanfaat untuk membantu
siswa mengembangkan beberapa konsep utama yang berhubungan dengan belajar.
1)
Mengembangkan
Definisi Fungsional Belajar
Mayoritas
siswa percaya belajar efektif bearti melakukan pekerjaan rumah, penilaian
kelas, dan tes terstandar lebih baik dari teman sekelas mereka. Sayangnya,
dalam setiap kelas dan setiap sekolah, 25 persen siswa berada di seperempat bawah dalam
mengerjakan tugas-tugas ini (secara statistik, hal tersebut merupakan
keharusan). Jika guru melanjutkan untuk membolehkan siswa mendefinisikan
pelajaran sebagai proses “memenangkan”, maka kita akan terus mendapatkan
presentase signifsikan dari siswa yang bertindak dan keluar dari sekolah
sebagai respon kegagalan yang mereka rasakan.
2.
Paham
Proses Belajar Secara Efektif
Banyak
siswa kurang keterampilan dalam mempelajari informasi baru secara efektif.
Intervensi yang ditunjukan untuk membantu siswa dalam membantu siswa dalam
mengembangkan strategi belajar yang ditingkatkan dapat dimasukkan ke dalam tiga
kategori: (1) intervensi kognitif, meliputi keahlian untuk menyelesaikan
tugas-tugas spesifik seperti mengarisbawahi, menggunakan mnemonic, membuat garis
besar, meringkas, dan seterusnya; (2) intervensi metakognitif, meliputi
perencanaan dan memonitor penggunaan strategi seeorang dan menentukan waktu
terbaik penggunaan strategi tertentu; (3) intervensi efektif, menekankan
astribusi dan sikap (Hattle, Biggs, dan Purdie, 1996).
3.
Terlibat
Secara Aktif Dalam Pembelajaran
Meskipun
guru tidak selalu dapat memenuhi kebutuhan akademik siswa, motivasi dan
prestasi siswa dapat ditingkatkan dengan melibatkan siswa secara aktif dalam
proses belajar. Penelitian menunjukan bahwa siswa sekunder menghabiskan
kebanyakan waktunya dalam aktivitas yang nonintegratif, seperti mendengarkan
pengajaran dan mengajarkan tugas (Hunter dan csikszentmihalyi, 2003). Berbagai
studi ini melaporkan bahwa ketika siswa tersebut terlibat dalam aktivitas
interaktif yang mereasa dapat dilakukan dan menentang, tingkat keterlibatan
mereka adalah 73 persen dibandingkan dengan hanya 42 persen ketika terlibat
dalam aktivitas yang kurang menarik. Oleh karena itu, tidak mengejutkan jika
dalam sejumlah penelitian, siswa menunjukan keinginan mereka untuk mempunyai
keinginan mereka untuk mempunyai guru yang menyertakan strategi lebih
interaktif yang mengandung partisipasi siswa yang lebih baik (Miliner, 2006).
4.
Mempunyai
Tujuan Belajar Yang Berkaitan Dengan Minat Dan Pilihan Mereka Sendiri
Sebagai
guru kita dapat meningkatkan motivasi dan
belajar siswa dengan menggunakan beragam strategi yang secara langsung
menggabungkan minat siswa kedalam kurikulum. Metode berikut mengemukakan
beragam pendekatan untuk menggabungkan minat siswa.
(1)
Pada awal tahun ajaran, minta siswa
untuk membuat daftar hal-hal yang mereka ingin pelajari dalam tiap area
kurikulum utama
(2)
Sebelum masuk ke satu unit minta siswa
untuk mengembang bagan K-W-L (K= know, merepresentasikan apa yang siswa sudah
kudah ketahui tentang suatu topik, W = want, adalah apa yang mereka ingin
ketahui atau tanyakan tentang topik, dan L= learn, merepsentasikan apa yang mereka
pelajari mengenai topik itu.
(3)
Membolehkan siswa per individu atau
kelompok siswa memilih topik yang ingin mereka pelajari.
(4)
Menggabungkan materi yang relevan secara
secara kultural.
(5)
Membolehkan siswa untuk membuat pilihan
sebelum, selama, dan sesudah aktivitas pembelajaran (Jolivette,Sticher, dan
Mccormick,2002).
(6)
Mengajarkan siswa bagaimana memesan film
mengenai topik yang mereka minati.
(7)
Mengajarkan siswabagaimana mengundang
pembicaraan tamu (termasuk orang tua) untuk mendiskusikan topik minat siswa.
(8)
Mebuat unit mengenai biografi.
(9)
Menciptakan kesempatan untuk diskusi
terstruktur.
(10)
Meminta siswa mengembangkan hari atau
minggu minat spesial.
(11)
Kapan melibatkan siswa dalam tulisan
kreatif, tidak selalu menetapkan satu topik.
(12)
Menggunakan catatan pembelajaran
(13)
Membolehkan siswa mengembangkan daftar
ejaan mereka sendiri
(14)
Mengembangkan rencana masa depan.
5.
Menerima
Instruksi Yang Sesuai Dengan Gaya Belajar Dan Kekuatan Mereka
Guru
dapat meningkatkan motivasi siswa dan berhasil dengan berespon gaya belajar
siswa secara efektif. Siswa berbeda satu dengan yang lain dalam pendekatan
mereka kepada pembelajar. Setiap siswa
mempunyai gaya kognitif atau belajar dan mengorganisasikan materi. Guru terlalu sering memeriksa kekeliruan siswa
dengan memikirkan masalah personal dan sosial daripada mempokuskan pada minat
khusus siswa atau gaya belajar untuk menentukan pendekatan terbaik untuk
memberikan instruksi guru yang menggunakan metode yang intruksional yang sama
dengan setiap siswa atau yang dengan mengunakan jangkauan yang terbatas dari
aktivitas-aktivitas iintruksional akan menciptakan situasi yang didalamnya
beberapa siswa menjadi frustasi, mengalami kekeliruan dan merespon dengan
perilaku buruk.
6.
Melihat
Belajar Yang Dimodelkan Oleh Orang Dewasa Sebagai Poses Yang Menarik Dan
Mempunyai Imbalan
Guru
memiliki banyak karakteristik yang membuat perilaku mereka mempunyai peluang
untuk ditiru. Guru yang efektif dalam meningkatkan motivasi siswa untuk
mengajar menunjukan minat dan tertarik pada pelajaran dan model tugas yang
berkaitan dengan penalaran dan pemecahan masalah.
7.
Pengalaman
Berhasil
Mengikuti
pengalaman keberhasilan, seseorang cenderung meningkatkan harapan mereka dan
menetapkan tujuan dan menetapkan tujuan yang lebih tinggi, sementara kegagalan
dipenuhi dengan aspirasi yang diturunkan.
8.
Mempunyai
Waktu Untuk Mengintegrasikan Pembelajaran
Para
siswa membutuhkan waktu sepanjang hari sekolah untuk melambatkan dan
mengintegrasikan apa yang telah mereka pelajari. Seringkali siswa terburu-buru
dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya dan tidak mengalokasikan waktu untuk
meringkas pelajaran, ketika ketergesaan ini terjadi siswa mulai bingung dan
mengalami perasaan gagal. Oleh karena itu kita sebagai guru penting untuk
memperlambat ritme serta menyediakan kesempatan kepada semua siswa untuk
mengorganisasikan gagasan baru yang telah disajikan.
9.
Menerima
Umpan Balik Yang Realistis Dan Meningkatkan Perasaan Menguasai Materi
Umpan
balik yang efektif memberi siswa pelajaran penting. Umpan balik tersebut
memungkinkan siswa memahami dimana mereka dalam hubungan untuk mencapai tujuan,
jumlah kemajuan yang mereka telah lakukan menuju tujan dan apa yang harus
mereka lakukan untuk meneruskan atau meningkatkan kemajuan mereka . umpan balik
yang efektif juga mengkomunikasikan bahwa guru yakin siswa dapat mencapai
tujuan yang ditentukan, bahwa bagaimana suatu kemajuan siswa membandingkannya
dari siswa lainbukan merupakan faktor utama.
10.
Terlibat
Dalam Evaluasi Diri Atas Pembelajaran Dan Uaya Mereka
Melibatkan
siswa kedalam efaluasi diri, memberikan kesempatan kepada mereka merasakan
pertanggung jawaban personal. Ketika siswa mengevaluasi dan merekam pekerjaan
mereka sendiri, mereka lebih mungkin mengembangkan kontrol dari dalam diri dan
memandang kemajuan mereka berdasarkan upaya mereka sendiri.
11.
Menerima
Imbalan Yang Sesuai Untuk Mendapat Keberhasilan
Imbalan
lebih efektif untuk meningkatkan upaya daripada memperbaiki kualitas kinerja,
dengan demikian lebih baik menggunakan imbalan ketika ada tujuan yang jelas dan
strategi yang jelas (misalnya, perhitungan aritmatika, skala musik, pengetikan,
dan pengejaan), dan juga ketika siswa mempunyai keahlian prasyarat untuk
menyelesaikan tugas tetapi tidak melakukan hal itu. Imbalan dapat bertindak
sebagai motivator hanya untuk siswa yang percaya bahwa mereka mempunyai
kesempatan yang baik, untuk mendapatkan imbalan jika mereka berusaha dengan
upaya yang layak.
12.
Merasakan
Lingkungan Belajar Yang Mendukung, Aman Dan Terorganisasi Dengan Baik.
Ruang
kelas harus mempunyai pencahayaan yang sesuai, sirkulasi udara ang baik,
menyenangkan dari segi estetik, dan mendukung secara personal termasuk
menghargai warisan budaya seseorang dan merasa aman secara fisik dan
emosional.
D.
Memenuhi
Kebutuhan Siswa Dengan Kebutuhan Khusus
1.
Strategi
Dalam Memfasilitasi Pelajaran Pelajar Berbahasa Inggris
a.
Menggabungkan
Aktivitas Yang Produktif
Siswa
didorong untuk bekerja sama dengan siswa lainnya, guru, dan orangtua untuk
mencapai tujuan dan sasaran instruksinya.
b.
Perkembangan
Bahasa
Guru
memberikan siswa kesempatan untuk menggunakan bahasa percakapan dan akademik
yang sesuai dengan beragam setting, menyesuaikan bahasa untuk pengalaman siswa
dengan bahasa inggris dan memberikan dukungan untuk bahasa pertama.
c.
Kontekstualisasi
Guru menggunakan
latarbelakang dan budaya siswa dan membawakan tamu yang dapat mendorong rasa
hormat terhadap perspektif multikultur.
d. Aktivitas Yang Menantang
Guru
merencanakan dan mengimplementasikan aktivitasyang mendorong perkembangan
konsep akademik dengan menggunakan budaya, dan menggunakan pendekatan budaya
yang sesuai untuk mengajar.
e. Percakapan Instruksional
Guru
mengorganisasikan ruang kelas untuk memastikan bahwa percakapan antara guru dan
teman-teman siswa tersebut dapat mengembangkan konsep akademik dan bahasa.
f. Poin Entri Yang Beragam
Dalam
semua wilayah dan dalam semua aktifitas interaktif, guru mempunyai kepekaan
untuk kebutuhan, minat, bakat, dan pemahaman siswa dan dapatmenggunakan
informasi itu untuk memperluas pembelajaran siswa.
2.
Persiapan
Mengajar Yang Guru Harus Lakukan
a.
Konsep
Utama Dalam Istilah
Kebutuhan pendidikan
siswa harus dalam setting yang sesuai. Proses dan prosedur yang didesain harus
sesuai dan memenuhi kebutuhan siswa berkebutuhan khusus. Undang- undang
pendidikan dasar dan menengah, biasanya menyebutnya sebagai “no child left
behild act” (NCLB, 2001), atau Undang-Undang “tidak ada anak yang tinggal” (Johanes
Vern dan Johanes Louise media, 2012, 290)
sekolah bertanggung jawab untuk kemajuan siswa termasuk siswa yang
mengalami ganguan.
Setting
yang memberikan cukup dukungan kepada siswa untuk mengakses dan membuat
kemajuan dalam kurikulum pendidikan umum, juga memberikan akses ke teman.
Siswa yang memenuhi
syarat untuk pendidikan khusus yang menerima rencana pendidikan individu atau
individual education plan (IEP).
b.
Mengetahui
Disabilitas Yang Ada Dalam Daftar
Dalam
setting pendidikan undang-ndang federal memaparkan tiga belas disabilitas uang
memenuhi syarat untuk mendapatkan pendidikan khusus yaitu: (1)autisem,
(2)buta-tuli (3)tuli, (4)ganguan emosional, (5)ganguan pendengaran, (6)disabilitas
belajar, (7)keterbelakangan mental, (8)multi ganguan, (9)ganguan orthopedic,
(10)ganguan kesehatan lain, (11)ganguan berbicara atau berbahasa (12)kerusakan
otak traumatis, dan (13) ganguan visual termasuk kebutaan. (rancangan
Undang-Undang Federal 300.8A 1, Johanes Vern dan Johanes Louise media, 2012,
291)
c.
Mengetahui
Kualifikasi Siswa Untuk Kebutuhan Khusus
Sekolah
mengadakan proses latihan penelitian sebelum memulai penelitian untuk evaluasi.
Proses penelitian ini adalah mendokumentasi pembelajaran dan kesulitan
perilaku.
d.
Bagaimana
Wilayah Saya Menentukan Apakah Siswa Masuk Kriteria Dalam Kategori Disabilitas
Belajar Spesifik
Perestasi
dan kemampuan siswa adalah tolak ukur untuk mengetahui ganguan belajar.
e.
IEP
(Individual Education Plan) adalah kunci
IEP(Individual
Education Plan) memandu
instruksi, garis besar dan menentukan penempatan untuk siswa berpendidikan
khusus. Meskipun tidak ada jaminan kemajuan, tujuan IEP merepresentasikan
harapan/hasil siswa siswa yang diharapkan untuk mencapainya dalam satu
tahun.
3.
Guru
Harus Melakukan Hal-Hal Berikut Saat Peduli Tentang Pembelajaran Atau Perilaku
Siswa
a.
Bekerja
Dengan Orang Tua
Dari
presfektif orang tua, anak berpartisipasi dalam pengalaman ujian yang panjang
dan membuat stres tentu tidak menyenangkan. Sebagai tambahan terhadap masalah
apa yang mungkin diungkap oleh evaluasi tersebut tentang pembelajaran siswa dan
kebutuhan emosionalnya, orang tua harus memerhatikan bahwa temuan penilaian
tersebut akan memengaruhi keterampilan parenting mereka atau menunjukan dengan
tepat kelemahan personal atau keluarga tersebut.
b.
Bekerja
dengan siswa
Sebelum sekolah dimulai
seorang guru melakukan beberapa langkah sebagau berikut:
1.
Meminta guru pendidikan khusus untuk
mendata anak-anak yang menerima pendidikan khusus.
2.
Meminta guru pendidikan khsus untuk IEP
siswa, kenali siswa dengan IEP yang mereka miliki, ingalah untuk memberikan
perhatian kepada siswa.
c.
Pertimbangan
Tanpa Henti
Guru
pendidikan khusus sebagai sumber. Mereka dapat membantu sebagai saran untuk
strategi pembelajaran, teknik manajemen perilaku, dan teknik pertanyaan resmi
yang dimiliki. Meskipun demikian, guru pendidikan khusus ini banyak menangani kasus . mereka biasanya
bertugas dalam pengujian atau tes yang diarahkan untuk evaluasi ulang awal atau
tiga tahunan, menulis IEP, memberikan instruksi yang dirancang khusus,
mengeluarkan laporan kemajuan siswa dan berkonsultasi dengan guru pendidik
reguler.
d.
Bekerja
Dengan Sistem
Sekolah
atau tim pembentuk tidak bisa mendorong penilaian atau mempertimbangkan penempatan pendidikan
yang berbeda untuk siswa yang sudah diidentifikasi. Dari kebanyakan kasus, staf
bekerja benar dengan siswa tetapi kurang sumber daya untuk menyelesaikan tugas.
Meskipun demikian kurangnya sumber daya
tidak dapat menjadi rintangan untuk evaluasi yang teliti dan tepat pada
waktunya. Orang tua yang peduli dengan anak yang mempunyai ganguan yang
mempengaruhi pendidikannya mempunyai hak meminta semacam evaluasi. Orang tua
mungkin tidak sadar bahwa menunjukan masalah kepada guru atau kepala sekolah
bukanlah permohonan formal untuk penilaian jika orang tua berkomentar tentang
masalah mereka, maka proses bekerja dengan sistem bisa dimulai.
e.
Bekerja
Dengan Siswa Melalui Persiapan
Sebelum
sekolah dimulai, ada langkah-langkah yang dapat dilakukan:
1)
Guru pendidikan khusus mendata anak-anak
dalam kelas yan menerima pendidikan khusus(mempunyai IEP).
2)
Guru mengkopi IEP siswa. Dan menanyakan
pertanyaan pada dirinya sendiri seperti berikut
(1)
Apakah saya sudah cukup memahami
disabilitas siswa dalam implementasi pembelajaran?
(2)
Menurut tingkat penampilan terakhir. Apa
kemampuan yang dimiliki siswa? Apakah keahlian perlu dikembangkan? Apa yang
harus saya mulai untuk memastikan siswa berhasil?
(3)
Apa hasil/tujuan yang diharapkan bagi
siswa?
(4)
Berapa banyak waktu yang digunakan
dikelas?
E.
Metode
Yang digunakan Untuk Motivasi Belajar Siswa
1.
Belajar
Bersama
Belajar
bersama adalah satu dari metode yang paling populer dan efektif untuk memenuhi
gaya belajar siswa dan melibatkan siswa dalam proses belajar.Good dan brophy
(2008), mencatat bahwa belajar bersama dapat menjadi teknik yang efektif dalam
membantu siswa menerima dan berfungsi secara efektif di ruang kelas. Siswa diikelas yang menggunakan aktivitas
pertemanan yang kooperatif, siswa lebih mungkin menunjukan mereka menyukai
sekoolah, ruang kelas,dan materi pembelajaran. Siswa dikelas yang menggunakan
aktifitas pertemanan yang kooperaktif juga ditandai oleh kekompakan kelompok
yang lebih baik, pola pertemanan yang lebih beragam dan perhatian lebih kepada
teman (Schmuch dan Schmuch, 2001 Johanes Vern dan Johanes Louise 2012,229 ). Dengan
demikian tidak heran ketika belajar
bersama digunakan di ruang kelas digunakan di ruang kelas, siswa lebih menerima
keragaman siswa, termasuk penerimaan yang lebih dan sensitivitas kepada siswa
dengan lebih menerima kebutuhan khusus. Satu contoh belajar bersama adalah
dengan rountable atau meja bundar yang merupakan aktifitas yang didalamnya guru
dapat menanyakan suatu pertanyaan yang mempunyai sejumlah kemungkinan jawaban
seperti memaparkan kemungkinan atau penyebab.
2. Aktivitas-Aktivitas Struktur Sederhana
Struktur
sederhana mengacu pada aktivitas yang guru dapat gunakan secara berkala untukk
merangsang diskusi dan tinjauan materi. Aktivitas struktur sederhana lain
disebut bintang yang digunakan untuk meninjau materi dan mempersiapkan siswa
untuk kuis atau tes.
3.
Pendekatan
Proses
Pendekatan proses
adalah pendekatan atau langkah-langkah yang membuat guru dapat menerapkan
belajar bersama dengan materi mana pun. Johnson dan Holubec, mengemukakan ada
lima elemen dasar proses ini.
a.
Ketergangtungan
yang positif
Elemen ini meliputi tujuan dan
aktivitas berstruktur agar siswa dapat memerhatikan kinerja semua
anggota
kelompok.
b.
Tanggung
jawab individu
Bahwa setiap siswa
bertanggungjawab menguasai materi.
c.
Tatap
muka
Siswa
diatur dalam suatu cara tertentu sehingga merek dapat berinteraksi langsung
satu sama lain dan terlibat dalam materi secara langsung.
d.
Mengajarkan
Keahlian Bekerja Sama
Hal ini dilakukan agar
siswa dapat bekerja sama secara efektif dalam kelompok.
e.
Memproses
Keahlian Kelompok
Sesudah
siswa diajarkan keahlian bekerja sama, penting untuk memonitor dan memperkuat
keahlian inisecara konsisten.
Johnson dan Holubec,
1998 Johanes Vern dan Johanes Louise media, 2012, 300)
4.
Tutoring
Teman Sebaya
Tutoring
teman sebaya ini bermanfaat pertama, mengembangkan konsep meminta dan
mengembangkan konsep meminta dan menawarkan bantuan sebagai perilaku yang
positif. Tindakan ini mendorong kerja sama dan kepedulian, sehingga menciptakan
lingkungan belajar yang lebih mendukung dan aman. Kedua, memberikan kesempatan
untuk memerintah anak lain dapat memberikan siswa perasaaan keberagaman.
Ketiga, dapat membantu siswa lain, siswa sering mempelajari materi lebih dalam.
Dan persatuan dari pemahaman yang bertambah dan tindakan memberi intruksi siswa
lain membuatsiswa tertarik dan yakin. Terakhir, tutoring teman sebaya ini
membantu guru untuk memonitor dan intruksi individualisasi. Dengan membolehkan
siswa menjadi narasumber untuk orang lain, guru meningkatkan atensi individual
mengurangi frustasi dan perilaku yang tidak pantas.
Meskipun tutor teman
sebaya mempunyai banyak manfaat, aktivitas ini mempunyai banyak manfaat,
aktifitas ini dapat membuat frustasi dan tidak produktif jika siswa jika siswa
tidak dibekali dengan keterampilan cara membantu orang lain. Oleh karena itu
penting jika guru berencana menerapkan tutor teman sebaya ini untuk membekali
siswa terlebih dahulu dengan intruksi cara siswa lain. Lakukan hal tersebut
dengan memaparkan apa yang sebaiknya dilakukan dan tidak dilakukan dalam membantu
orang lain dengan pekerjaan mereka.
F.
Aktifitas
Implementasi
1.
Mengevaluasi
Lingkungan Ruang Kelas Dalam Sorotan Kebutuhan
Buatlah
daftar dengan berisikan duabelas kebutuhan akademik siswa dan kolomlah hal-hal
apasaja yang anda telah lakukan. Jika anda tidak sedang mengajar, pilihlah satu
kelas dan amati
2.
Menyeleksi
Metode Untuk Memudahkan Proses Belajar
Menulis
metode-metode pembelajaran kedalam tabel
dan pilih atau lingkar metode-metode yang anda anggap berhasil daalam proses
belajar mengajar, kemudian buatlah kelompok dari empat atau lima rekan guru.
Mintalah melingkar atau memilih metode yang dapat berjalan dikelas mereka. Dan
setiap orang yang memilih mmetode tersebut mmempunyai gagasan mengenai
bagaimana metode tersebut dapat berjalan di ruang kelas mereka.
3.
Memodifikasi
Instruksi
Memilih
seorang siswa yang mempunyai kesulitan menguasai beberapa keahlian yang anda
bantu untuk menanggapinya, pilihlah metode-metode untuk mendidik dan tulislah
tangapan singkat dari pertanyaan berikut:
a.
Apakah siswa telah berhasil setelah
dimodifikasi?
b.
Apakah perilakunya berubah setelah
dimodifikasi?
c.
Apakah anda melihat perbedaan sikap atau
perilaku siswa sejak anda menerapkan modifikasi ini?
4.
Menganalisis
Masalah Perilaku Siswa
Menganalisis masalah
siswa sebagai berikut:
a.
Satu alasan siswa ini bertingkah dikelasnya
adalah....
b.
Aktifitas ini membuat saya menyadari
bahwa....
c.
Agar saya dapat membantu siswa ini
berkelakuan sebagaimana mestinya saya perlu untuk....
d.
Dua hal spesifik yang saya akan ubah di
kelas ini atau dengan siswa tertentu ini adalah....
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Makalah
ini membahas tentang motivasi dan belajar
siswa dengan mengimplementasikan metode instruksional yang memenuhi kebutuhan
akademik siswa. Motivasi adalah sesuatu yang memberi energi dan mengarahkan
perilaku, belajar adalah perubahan tingkah laku melalui pengalaman, Implementasi
adalah proses pelaksanaan atau penerapan,dan metode instruksional adalah cara
teratur untuk melaksanakan pengajaran. Dalam motivasi ada beberapa masalah
utama pertama kesalahan motivasi dari dalam siswa itu sendiri karna mengangap memandang
sekolah sebagai penghasil kecemasan, membuat frustasi, dan mencari rasa
penting, kompetensi, dan kekuasaan mereka ditempat lain. Yang kedua Banyak guru
mengemukakan bahwa siswa mereka tidak menghargai pelajaran atau paling sedikit
tidak mempelajari materi yang disajikan di kelas mereka. Kebutuhan akademik siswa ada bermacam-macam
yaitu paham akan nilai dan tujuan belajar, Paham proses belajar, Terlibat
secara aktif dalam pembelajaran, Mempunyai tujuan belajar yang berkaitan dengan
minat dan pilihan mereka sendiri, Menerima intruksi yang disesuaikan dengan
gaya belajar dan kekuatan mereka, Melihat belajar yang dimodelkan oleh orang
dewasa sebagai proses yang menarik dan mempunyai imbalan, Pengalaman berhasil,
Mempunyai waktu untuk, mengintegrasikan pembelajaran, Menerima umpan balik yang
realistis dan langsung yang meningkatkan perasaan menguasai materi, Terlibat
dalam evaluasi diri atas pembelajaran dan evaluasi diri atas pembelajaran dan
upaya mereka, Menerima imbalan yang sesuai untuk mendapatkan keberhasilan, Merasakan
lingkungan belajar yang mendukung, aman, dan terorganisasi dengan baik.
Dalam
pemenuhan kebutuhan siswa dengan kebutuhan khusus yang pertama adalah dengan
menggunakan strategi dalam memfasilitasi pelajaran pelajar berbahasa inggris,
dengan menggabungkan aktivitas yang produktif, perkembangan bahasa,
kontektualisasi, aktifitas yang menantang, percapan intruksional, poin entri
yang beragam. Kedua guru harus mempersiapkan mengajar dengan memperhatikan
konsep utama dalam istilah, mengetahui disabilitas yang ada dalam daftar,
mengetahui kualifikasi siswa untuk kebutuhan khusus, tahu bagaimana menentukan
wilayah siswa yang masuk dalam kategori disabilitas belajar spesifik,dan
mengetahui IEP adalah kunci. Ketiga guru harus melakukan hal-hal sebagai
berikut yaitu: bekerja dengan orang tua, bekerja dengan siswa, melakukan
pertimbangan tanpa henti, bekerja dengan sistem dan bekerja dengan siswa
melalui persiapan. Berikut ada beberapa metode yang digunakan untuk memotivasi
belajar siswa seperti: belajar bersama, melakukan aktivitas-aktivitas
sederhana, menggunakan pendekatan proses dan tutoring teman sebaya. Dalam
melihat proses motivasi tersebut berhasil atau tidak kita dapat mengevaluasi
lingkungan ruang kelas dalam sorotan kebutuhan, menyeleksi metode untuk
memudahkan proses belajar, memodofikasi intruksi, dan menganalisis masalah
perilaku siswa.
B.
SARAN
Jadi
dengan adanya makalah ini di harapkan kita sebagai calon guru atau pembaca pada
umumnya dapat mengajar dengan baik dan benar menggunakan metode instruksional.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Indonesia, 2008, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama
Woolfolk E. Anita Dan Nicolich Mccune Lorraine,
2004, Mendidik Anak-Anak Bermasalah(Psikologi Pembelajaran II), Depok, Insani
Perss
Munandir, 2001, Ensiklopedia Pendidikan, Malang, UM-Press
Silberman, Ph.D. Mel Dan Auerbach Carol. 2013, Active
Training, Bandung, Nusa
Johanes Vern Dan Johanes Louise Media, 2012,
Cultural Diversi And Education Fundation, Curriculum, And Teaching, Boston
Allyn And Bacon
Partin L Ronald, 2012,Kiat Nyaman Mengajar Di Dalam
Kelas, Jakarta, Pt Indeks
Tidak ada komentar:
Posting Komentar