Sabtu, 16 Juli 2016

Motivasi Dan Belajar Siswa Dengan Mengimplementasikan Metode Instruksional Yang Memenuhi Kebutuhan Akademik Siswa

BAB  I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang
Seperti kita ketahui bahwa untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang diamanatkan oleh pembukaan UUD 1945 maka kepada pemerintah dituntut untuk menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan yang dapat menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup  kehidupan bangsa Indonesia. Maka sekarang kita mengenal adanya suatu sistem pendidikan.

Pendidikan merupakan suatu proses untuk mengembangkan semua aspek kepribadian manusia, yang mencakup pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilannya. Pendidikan bertujuan untuk mencaai kepribadian suatu individu yang lebih baik, manusia lebih berkebudayaan, dan manusia yang memiliki kepribadian yang lebih baik (Ahmad Munib, 2014: 29).
Satu dari sekian banyaknya pembaharuan dalam bidang pendidikan adalah menggunakan metode  dalam proses pembelajaran. Metode dalam pembelajaran akan sesuai jika mampu menghantarkan peserta didik mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan dalam pembelajaran. Dengan pembaharuan strategi diharapkan sumber informasi yang diterima peserta didik tidak hanya dari guru, tetapi juga diperoleh dari suatu proses aktivitas yang dilakukan peserta didik dalam pembelajaran.  Hal ini akan menuntut guru untuk dapat menyampaikan mata pelajaran dengan tepat  dan sesuai mutu pendidikan.
Berbicara mengenai mutu pendidikan, maka peningkatannya harus dimulai dari unsur guru, karena guru dalam pembelajaran berperan sebagai pengerak dan pengatur proses belajar mengajar di kelas, untuk itu guru sebagai agen ilmu pengetahuan sejatinya dapat bertindak secara propesional ketika menerapkan metode mengajar. Mengingat metode-metode tersebut guru harus mampu memanajemen kelas.
Dalam  Manajemen kelas yang efektif sangat berhubungan dengan instruksi kelas yang efektif. Ketika siswa tidak hadir di sekolah atau kelas atau ketika mereka berkelakuan tidak produktif dalam aktivitas kelas, guru harus secara cermat memeriksa apakah materi kurikulum dan metode pembelajaran secara aktif dan bermanfaat melibatkan siswa pada tingkat kesulitan yang tepat dan dalam cara yang menghargai budaya mereka dan kehidupan mereka sendiri.
Intruksi yang direncanakan secara efektif, relevan, dan menarik merupakan aspek utama dari manajemen kelas yang efektif. Agar sekolah dapat menjadi komunitas dimana siswa dapat merasa dihormati dan dapat dihargai, metode dan konten pembelajaran pembelajaran harus memenuhi kebutuhan akademis siswa. Perilaku yang tidak produktif dan kegagalan siswa sering bersumber pada kegagalan mengajar guru untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang kondusif untuk belajar. Para siswa memang berbeda satu dengan yang lain dalam jenis struktur kelas dan instruksi yang paling baik memfasilitasi pembelajaran mereka. Pemahaman kebutuhan pembelajaran siswa individual atau kelompok siswa memberi guru informasi penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang positif.
Pada saat ini guru mengalami dilema melibatkan siswa secara personal dan bermakna sambil merespon secara stimulan terhadap persyaratan penilaian yang diwajibkan negara bagian, yang sering kali fokus kepada pengujian terstandarisasi dan amat fokus. Pengajaran efektif yang membangun perasaan bermasyarakat dan menunjukan rasa hormat kepada siswa dan minat mereka dapat terjadi ketika guru membantu siswa menguasai materi penting. Penulis yakin bahwa tujuan pembelajaran negara bagian dapat digabungkan kedalam pelajaran yang mempertemukan kebutuhan siswa sebagaimana yang dibahas dalam makalah ini. Pengajaran efektif dapat membangun perasaan bermasyarakat dan rasa hormat kepada siswa dan minat mereka dapat terjadi ketika guru membantu siswa menguasai materi.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dalam makalah ini akan ditinjau bagaimana sebenarnya  “Motivasi Dan Belajar Siswa Dengan Mengimplementasikan Metode Instruksional Yang Memenuhi Kebutuhan Akademik Siswa”.
                   
B.            Rumusan Masalah
1.             Apakah yang dimaksud dengan motivasi, belajar, implementasi, metode, intruksional dan kebutuhan siswa?
2.             Apa masalah utama pada motivasi siswa untuk belajar ?
3.             Apa sajakah yang termasuk kebutuhan akademik siswa?
4.             Bagaimana cara memenuhi kebutuhan siswa dengan kebutuhan khusus?
5.             Apakah metode yang digunakan untuk memotivasi belajar siswa?
6.             Bagaimanakah aktifitas implementasi?
                         
C.           Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan masalah yang ingin dipecahkan maka penulisan  bertujuan untuk mengetahui dan memperoleh informasi atau kejelasan tentang:
1.             Pengertian motivasi, belajar, implementasi, metode, intruksional dan kebutuhan siswa.
2.             Masalah utama pada motivasi siswa untuk belajar.
3.             Kebutuhan akademik siswa.
4.             Memenuhi kebutuhan siswa dengan kebutuhan khusus.
5.             Metode yang digunakan untuk memotivasi belajar siswa.
6.             Aktifitas implementasi.

D.           Manfaat Penulisan
Dengan adanya Makalah ini diharapkan dapat:
1.             Bermanfat sebagai bahan bacan yang dapat dijadikan rujukan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Khususnya yang berhubungan dengan Motivasi Dan Belajar Siswa Dengan Mengimplementasikan Metode Instruksional Yang Memenuhi Kebutuhan Akademik Siswa.
2.             Menambah wawasan guru atau calon guru dalam memotivasi belajar siswa.
                                                                 

BAB II
PEMBAHASAN

A.           Pengertian Motivasi, Belajar, Implementasi, Metode Intruksional Dan Kebutuhan Siswa
1.             Pengertian Motivasi
Motivasi adalah sesuatu yang memberi energi dan mengarahkan perilaku.
Departemen pendidikan menyatakan bahwa, “motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan sesuatu hal untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.(Departemen Pendidikan,2008:930)”
Motivasi terbagi menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut.
a.             Motivasi Instrinsik
Motivasi instrinsik yaitu keinginan bertindak yang disebabkan faktor pendorong dari dalam diri individu. Dalam proses belajar mengajar siswa yang termotivasi secara intrinsik dapat dilihat dari kegiatan yang tekun dalam mengerjakan tugas-tugas belajar karena merasa butuh dan ingin mencapai tujuan belajar yang sebenarnya.
b.            Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang keberadaannya karena pengaruh ransangan dari luar.  Motivasi ekstrinsik buka merupakan keinginan yang sebenarnya yag ada didalam diri siswa untuk belajar; tujuan individu melakukan kegiatan adalah melakukan kegiatan adalah mencapai tujuan yang terletak diluar aktivitas belajar itu sendiri, atau tujuan itu tidak terlibat dalam aktivitas belajar.
2.             Pengertian Belajar
Belajar adalah perbuatanyang paling banyak dilakukan orang belajar dilakukan orang hampir setiap waktu kapan saja, sedang melakukan apa saja dimana saja; disekolah (pasti), di rumah(mengerjakan pr atau tugas), dijalan (sedang berjalan) di pasar, di dalam bus, sedang bekerja, sedang bermain dan lain sebagainya. Dikalangan masyarkat umum dan awam, belajar diartikan monopoli perbuatan anak sekolah dan pengertiannya mengacu kekegiatan anak tersebut di sekolah. Di rumah, seorang anak atau seorang siswa dakatakan ayah atau ibunya sedang belajar dan yang dimaksud mereka adalah apa yang sedang dikerjakan anak itu di kamarnya adalah belajar, misalnya ia mengerjakan PR (Pekerjaan Rumah) atau barang kali sedang menghapal pelajaran mempersiapkan diri untuk pelajaran keesokan harinya atau menjelang ujian. Kalangan kaum awam, ada yang mengartikan belajar itu menghafal dan menghafal ialah belajar. Pengertian awam yang lain tentang belajar adalah mengulang pelajaran sekolah. Dalam istilah psikologi dan pendidikan belajar adalah yang dalam istilah learning, definisi belajar secara umum mengacu pada proses terjadinya perubahan pada diri seseorang, yaitu pada perubahan tingkah laku melalui pengalaman. Perubahan itu terjadi dari titik sebelum (sebelum belajar) ketitik setelah(setelah perbuatan belajar), dan perbuatan itu tidak sesaat atau sementara sifatnya tetapi perubahannya tetap, atau yang terjangka relatif panjang.
Departemen pendidikan menyatakan bahwa,
“1. Berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu 2. berlatih 3. Berubah tinkahlaku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Departemen pendidikan (2008:23)”
3.             Implementasi
Implementasi adalah proses pelaksanaan atau penerapan.
Departemen pendidikan menyatakan bahwa,
“Implementasi/n pelaksanaan;penerapan: pertemuan ke dua ini bermaksud mencari bentuk—tentang hal yang disepakati dulu; Departemen pendidikan (2008:529)”
4.             Metode Instruksional
Metode adalah cara teratur yg digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dng yg dikehendaki; cara kerja yg bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yg ditentukan; Instruksional adalah pengajaran; mengandung pelajaran (petunjuk, penerangan):
Jadi metode instruksional adalah cara teratur untuk melaksanakan pengajaran.
5.             Kebutuhan siswa
Kebutuhan adalah sesuatu yang menjadi keperluan
Siswa adalah murid, seseorang yang duduk di sekolahan. Jadi kebutuhan siswa adalah sesuatu yang menjadi keperluan siswa.
     Pemenuhan kebutuhan siswa, disamping bertujuan untuk memberikan materi kegiatan setepat mungkin, juga materi pelajaran yang  sudah disesuaikan dengan kebutuhan, biasanya menjadi lebih menarik. Dengan demikian, akan membantu pelaksanaan proses belajar-mengajar. Adapun yang menjadi kebutuhan siswa antara lain sebagai berikut.
a)            Kebutuhan Jasmaniah
Hal ini berkaitan dengan tuntutan siswa yang bersifat jasmaniah, entah yang menyangkut kesehatan jasmani yang dalam hal ini olah raga menjadi materi utama. Di samping itu kebutuhan yang lain seperti makan, minum, tidur, pakaian dan sebagainya, perlu mendapat perhatian.
b)            Kebutuhan Sosial
Pemenuhan keinginan untuk saling bergaul dengan sesama siswa dan guru serta orang lain, merupakan salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan sosial anak didik/siswa. Dalam hal ini sekolah harus dipandang sebagai lembaga tempat para siswa belajar, bergaul dan beradaptasi dengan lingkungan seperti misalnya bergaul sesama teman yang berbeda jenis kelamin, suku bangsa, agama, status sosial, dan kecakapan. Guru dalam hal ini harus dapat melahirkan suatu pengalaman belajar yang lebih baik. Sebab kalau tidak hati-hati, justru akibat pergaulan dengan lingkungan dapat pula membawa kegagalan dalam proses belajar mengajar. Guru harus dapat membangkitkan semangat kerja sama, sehingga dapat dikembangkan sebagai metode untuk mengajarkan sesuatu, misalnya metode belajar kelompok.
c)             Kebutuhan Intelektual
Setiap siswa tidak sama dalam hal minat untuk mempelajari suatu ilmu pengetahuan. Mungkin ada yang lebih berminat belajar ekonomi, sejarah, biologi, atau yang lain-lain. Minat semacam ini tidak dapat dipaksakan, kalau ingin mencapai hasil belajar yang optimal. Oleh karena itu, yang penting, bagaimana guru dapat menciptakan program yang dapat menyalurkan minat masing-masing.    
d)            Kebutuhan Akademik
Kebutuhan akademika siswa seperti memahami nilai dan tujuan belajar dan memahami proses belajar.
B.            Masalah Utama Pada Motivasi Siswa Untuk Belajar
Meskipun memenuhi kebutuhan personal siswa memberikan landasan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan persoal dan pembelajaran, kebutuhan yang sangat erat dan sama pentingnya dengan   lingkungan yang dirancang secara kusus untuk membantu siswa meguasai pengetahuan akademik. Banyak siswa memenuhi kebutuhan personal mereka dengan keberhasilan menyelesaikan aktivitas kelas dan tugas. Siswa lain memandang sekolah sebagai penghasil kecemasan, membuat frustasi, dan mencari rasa penting, kompetensi, dan kekuasaan mereka ditempat lain. Pemahaman terhadap penelitian mengenai motivasi dan hubungannya dengan kebutuhan akademik sisiwa memungkinkan para guru menerapkan pembelajaran/intruksi yang bermuara pada didapatnya perasaan layak oleh semua siswa dalam setting sekolah.
Ketika frustasi oleh kegagalan siswa memberikan perhatian, menyelesaikan tugas atau hadir di kelas, guru sering menyalahkan faktor keluarga dan masyarakat atas kuranngnya motivasi siswa untuk belajar. Seperti banyak penulis lain, pandangan penulis tentang motivasi menyertakan teori ekspektasi x nilai (father, 1982). Model ini menyatakan bahwa tingkat dimana seseorang menjadi terlibat sangat aktif dan produktif dalam sebuah aktivitas didasarkan kepada mereka memberikan  (1) apakah mereka yakin mereka dapat berhasil melaksanakan tugas. (2) tingkat mereka memberikan nilai terhadap imbalan yang diasosiasikan dengan keberhasilan penyelesaian tugas. dan Johanes Vern  dan Jones Louise (2013) juga menambahkan variabel ke tiga yaitu iklim atau kualitas hubungan dalam setting tugas selama orang terlibat dalam tugas. Jadi, rumusnya menjadi:
Motivasi = ekspektasi x nilai x iklim
Kerena ini dideskripsikan sebagai fungsi perkalian, model ini mengemukakan siswa yang tidak termotivasi kecuali ketiga komponen tersebut ada, oleh kerena itu, mereka: (1) diharapkan dapat menyelesaikan tugas (2) menemukan nilai dalam tugas; dan (3) menyelesaikan tugas dalam lingkungan yang mendukung kebutuhan dasar personal mereka.
Konsep kedua yang mengorganisasikan pemikiran penulis tentang motivasi adalah Eccles dan Wigflied (1985) bahwa tiga jenis nilai (value) mungkin dapat diasosiasikan dengan tugas:
1.             Nilai intrinsik: minat sederhana atau kesenangan yang berkaitan dengan keterlibatan dalam suatu tugas.
2.             Nilai pencapaian: nilai pencapaian prestasi, kemasyuran, atau pengaruh melalui penyelesaian tugas.
3.             Nilai kebergunaan: bermanfaat untuk karier seseorang atau tujuan pesonal yang diasosiasikan dengan keberhasilan melaksanakan tugas. Guru perlu memastikan ada paling tidak satu nilai jika ingin para siswa termotivasi oleh tugas.     
Banyak guru mengemukakan bahwa siswa mereka tidak menghargai pelajaran atau paling sedikit tidak mempelajari materi yang disajikan di kelas mereka. Dalam bukunya motivating humans, martin ford menunjukan bahwa meskipun hal ini diinginkan oleh beberapa siswa, pendidik mungkin perlu kreatif  untuk menemukan satu alasan bagi siswa unuk terlibat secara aktif dalam aktivitas.
Sebagai contoh dengan memberikan kesempatan untuk menentukan sendiri atau interaksi pertemanan, terdapat kemungkinan untuk memfasilitasi keterlibatan siswa berprestasi rendah yang umumnya lebih fokus pada hal-hal yang menyenangkan dan pertemanandari pada belajar dan peningkatan diri....senada dengan hal tersebut, dengan mengorganisasikan tugas sehingga tugas tersebut menuntut adanya pekerjaan kelompok dan tanggunjawab terhadap kelompok, maka siswa dan pekerja yang tidak antusias terhadap substansi tugas....tidak lagi memiliki alasan untuk meningkatkan diri mereka kepada kinerja yang bagus pada pelaksanaan tugas tersebut....singkatnya, meskipun prestasi tinggi memerlukan pola-pola motivasional yang diperkuat dengan penyetujuan dengan berbagai tugas...seseorang paling tidak dapat memastikan ingkat level kinerja yang cukup dengan mendesain ruang kelas dan konteks kerja sehingga semua orang dapat paling tidak menemukan satu alasan yang bagus untuk menyertakan diri mereka dalam aktivitas yang sesuai secara kontekstual. (Martin Ford 1992, 102;Johanes Vern dan Johanes Louise 2012,240)
Kepedulian tentang penilaian pemelajaran diekspresikan secara tidak seimbang oleh guru yang sedang bekerja di perkotaan dan kelas yang multikultural. Dalam artikel mereka, “A Framework for Culturally Responsive Teaching”, Raymond Woldkowski dan Margaret “ mengusulkan model pelajaran  responsif secara kultural yang didasarkan pada teori-teori motivasi intrinsik”. Penulis-penulis ini mengemukakan bahwa model tersebut didasarkan pada penciptaan lingkungan belajar yang meliputi kondisi sebagai berikut.
1.             Membangun inklusi adalah menciptakan atmosfer belajar yang didalamnya siswa dan guru merasa dihargai dan berhubungan satu sama lain.
2.              Menggembangkan sikap adalah menciptakan kecenderungan yang baik kearah pengalaman belajar melalui relevensi dan pilihan persoonal.
3.             Menciptakan pemaknaan adalah menciptaan pengalaman belajar yang mendalam dan menantang yang meliputi prespektif dan nilai siswa.
Menghasilkan kompetensi adalah menciptakan pemahaman bahwa siswa efektif dalam mempelajari sesuatu yang merekka pelajari. Sebagai kebutuhan personal, pemahaman dan respon kepada kebutuhan akademik siswa merupakan faktor sentral yang menentukan apakah kita sebagai pendidik dapat menciptakan masyarakat yang didalamnya belajar dipandang sebagai suatu yang diinginkan. (Johanes Vern dan Johanes Louise 2012,241)
C.           Kebutuhan Akademik Siswa
1.             Paham  Nilai dan Tujuan Belajar
a.             Memahami Nilai Belajar
Walter Doyle (1983) menulis, bahwa “kualitas waktu yang digunakan dalam tugas akdemik tergantung pada tugas yang diharapkan untuk diselesaikan oleh mereka dan jangkauan pemahaman siswa tentang apa yang mereka pelajari. Oleh karena itu, penting intruksi langsung mencakup peratian eksplisit untuk memaknai dan tidak hanya memfokuskan pada keterlibatan sebagai akhir dari segalanya”.(h.189) sayangnya, banyak siswa tidak sungguh-sungguh memahami mengapa mereka dilibatkan dalam kegiatan belajar. Mereka belajar untuk mendapatkan nilai yang bagus, menyenangkan orang tua atau guru, atau menghindari hukuman termasuk pada awal tahun ajaran dengan meminta siswa mendeskrifsikan “kelihatan seperti apa” dan “kedengaran seperti apa” pelajar yang efektif. Sesudah siswa membuat daftar tersebut, kelas bekerja untuk membuat beberapa definisi pelajaran yang efektif. Satu dari antara banyak teknik adalah teknik untuk mendefinisikan kembali belajar termasuk belajar
b.            Memahami Tujuan Belajar
Untuk membantu siswa lebih memahami proses belajar,  penulis menemukan bahwa merupakan hal yang bermanfaat untuk membantu siswa mengembangkan beberapa konsep utama yang berhubungan dengan belajar.
1)             Mengembangkan Definisi Fungsional Belajar
Mayoritas siswa percaya belajar efektif bearti melakukan pekerjaan rumah, penilaian kelas, dan tes terstandar lebih baik dari teman sekelas mereka. Sayangnya, dalam setiap kelas dan setiap sekolah, 25 persen siswa berada di seperempat bawah dalam mengerjakan tugas-tugas ini (secara statistik, hal tersebut merupakan keharusan). Jika guru melanjutkan untuk membolehkan siswa mendefinisikan pelajaran sebagai proses “memenangkan”, maka kita akan terus mendapatkan presentase signifsikan dari siswa yang bertindak dan keluar dari sekolah sebagai respon kegagalan yang mereka rasakan.
2.             Paham Proses Belajar Secara Efektif
Banyak siswa kurang keterampilan dalam mempelajari informasi baru secara efektif. Intervensi yang ditunjukan untuk membantu siswa dalam membantu siswa dalam mengembangkan strategi belajar yang ditingkatkan dapat dimasukkan ke dalam tiga kategori: (1) intervensi kognitif, meliputi keahlian untuk menyelesaikan tugas-tugas spesifik seperti mengarisbawahi, menggunakan mnemonic, membuat garis besar, meringkas, dan seterusnya; (2) intervensi metakognitif, meliputi perencanaan dan memonitor penggunaan strategi seeorang dan menentukan waktu terbaik penggunaan strategi tertentu; (3) intervensi efektif, menekankan astribusi dan sikap (Hattle, Biggs, dan Purdie, 1996).
3.             Terlibat Secara Aktif Dalam Pembelajaran
Meskipun guru tidak selalu dapat memenuhi kebutuhan akademik siswa, motivasi dan prestasi siswa dapat ditingkatkan dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar. Penelitian menunjukan bahwa siswa sekunder menghabiskan kebanyakan waktunya dalam aktivitas yang nonintegratif, seperti mendengarkan pengajaran dan mengajarkan tugas (Hunter dan csikszentmihalyi, 2003). Berbagai studi ini melaporkan bahwa ketika siswa tersebut terlibat dalam aktivitas interaktif yang mereasa dapat dilakukan dan menentang, tingkat keterlibatan mereka adalah 73 persen dibandingkan dengan hanya 42 persen ketika terlibat dalam aktivitas yang kurang menarik. Oleh karena itu, tidak mengejutkan jika dalam sejumlah penelitian, siswa menunjukan keinginan mereka untuk mempunyai keinginan mereka untuk mempunyai guru yang menyertakan strategi lebih interaktif yang mengandung partisipasi siswa yang lebih baik (Miliner, 2006).     
4.             Mempunyai Tujuan Belajar Yang Berkaitan Dengan Minat Dan Pilihan Mereka Sendiri
Sebagai guru kita dapat meningkatkan motivasi dan  belajar siswa dengan menggunakan beragam strategi yang secara langsung menggabungkan minat siswa kedalam kurikulum. Metode berikut mengemukakan beragam pendekatan untuk menggabungkan minat siswa.
(1)          Pada awal tahun ajaran, minta siswa untuk membuat daftar hal-hal yang mereka ingin pelajari dalam tiap area kurikulum utama
(2)          Sebelum masuk ke satu unit minta siswa untuk mengembang bagan K-W-L (K= know, merepresentasikan apa yang siswa sudah kudah ketahui tentang suatu topik, W = want, adalah apa yang mereka ingin ketahui atau tanyakan tentang topik, dan L= learn, merepsentasikan apa yang mereka pelajari mengenai topik itu.
(3)          Membolehkan siswa per individu atau kelompok siswa memilih topik yang ingin mereka pelajari.
(4)          Menggabungkan materi yang relevan secara secara kultural.
(5)          Membolehkan siswa untuk membuat pilihan sebelum, selama, dan sesudah aktivitas pembelajaran (Jolivette,Sticher, dan Mccormick,2002).
(6)          Mengajarkan siswa bagaimana memesan film mengenai topik yang mereka minati.
(7)          Mengajarkan siswabagaimana mengundang pembicaraan tamu (termasuk orang tua) untuk mendiskusikan topik minat siswa.
(8)          Mebuat unit mengenai biografi.
(9)          Menciptakan kesempatan untuk diskusi terstruktur.
(10)      Meminta siswa mengembangkan hari atau minggu minat spesial.
(11)      Kapan melibatkan siswa dalam tulisan kreatif, tidak selalu menetapkan satu topik.
(12)      Menggunakan catatan pembelajaran
(13)      Membolehkan siswa mengembangkan daftar ejaan mereka sendiri
(14)      Mengembangkan rencana masa depan.        
5.             Menerima Instruksi Yang Sesuai Dengan Gaya Belajar Dan Kekuatan Mereka
Guru dapat meningkatkan motivasi siswa dan berhasil dengan berespon gaya belajar siswa secara efektif. Siswa berbeda satu dengan yang lain dalam pendekatan mereka kepada pembelajar.  Setiap siswa mempunyai gaya kognitif atau belajar dan mengorganisasikan materi. Guru  terlalu sering memeriksa kekeliruan siswa dengan memikirkan masalah personal dan sosial daripada mempokuskan pada minat khusus siswa atau gaya belajar untuk menentukan pendekatan terbaik untuk memberikan instruksi guru yang menggunakan metode yang intruksional yang sama dengan setiap siswa atau yang dengan mengunakan jangkauan yang terbatas dari aktivitas-aktivitas iintruksional akan menciptakan situasi yang didalamnya beberapa siswa menjadi frustasi, mengalami kekeliruan dan merespon dengan perilaku buruk.   
6.             Melihat Belajar Yang Dimodelkan Oleh Orang Dewasa Sebagai Poses Yang Menarik Dan Mempunyai Imbalan
Guru memiliki banyak karakteristik yang membuat perilaku mereka mempunyai peluang untuk ditiru. Guru yang efektif dalam meningkatkan motivasi siswa untuk mengajar menunjukan minat dan tertarik pada pelajaran dan model tugas yang berkaitan dengan penalaran dan pemecahan masalah.
7.             Pengalaman Berhasil
Mengikuti pengalaman keberhasilan, seseorang cenderung meningkatkan harapan mereka dan menetapkan tujuan dan menetapkan tujuan yang lebih tinggi, sementara kegagalan dipenuhi dengan aspirasi yang diturunkan. 
8.             Mempunyai Waktu Untuk Mengintegrasikan Pembelajaran
Para siswa membutuhkan waktu sepanjang hari sekolah untuk melambatkan dan mengintegrasikan apa yang telah mereka pelajari. Seringkali siswa terburu-buru dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya dan tidak mengalokasikan waktu untuk meringkas pelajaran, ketika ketergesaan ini terjadi siswa mulai bingung dan mengalami perasaan gagal. Oleh karena itu kita sebagai guru penting untuk memperlambat ritme serta menyediakan kesempatan kepada semua siswa untuk mengorganisasikan gagasan baru yang telah disajikan. 
9.             Menerima Umpan Balik Yang Realistis Dan Meningkatkan Perasaan Menguasai Materi
Umpan balik yang efektif memberi siswa pelajaran penting. Umpan balik tersebut memungkinkan siswa memahami dimana mereka dalam hubungan untuk mencapai tujuan, jumlah kemajuan yang mereka telah lakukan menuju tujan dan apa yang harus mereka lakukan untuk meneruskan atau meningkatkan kemajuan mereka . umpan balik yang efektif juga mengkomunikasikan bahwa guru yakin siswa dapat mencapai tujuan yang ditentukan, bahwa bagaimana suatu kemajuan siswa membandingkannya dari siswa lainbukan merupakan faktor utama.  
10.         Terlibat Dalam Evaluasi Diri Atas Pembelajaran Dan Uaya Mereka
Melibatkan siswa kedalam efaluasi diri, memberikan kesempatan kepada mereka merasakan pertanggung jawaban personal. Ketika siswa mengevaluasi dan merekam pekerjaan mereka sendiri, mereka lebih mungkin mengembangkan kontrol dari dalam diri dan memandang kemajuan mereka berdasarkan upaya mereka sendiri.
11.         Menerima Imbalan Yang Sesuai Untuk Mendapat Keberhasilan
Imbalan lebih efektif untuk meningkatkan upaya daripada memperbaiki kualitas kinerja, dengan demikian lebih baik menggunakan imbalan ketika ada tujuan yang jelas dan strategi yang jelas (misalnya, perhitungan aritmatika, skala musik, pengetikan, dan pengejaan), dan juga ketika siswa mempunyai keahlian prasyarat untuk menyelesaikan tugas tetapi tidak melakukan hal itu. Imbalan dapat bertindak sebagai motivator hanya untuk siswa yang percaya bahwa mereka mempunyai kesempatan yang baik, untuk mendapatkan imbalan jika mereka berusaha dengan upaya yang layak.    
12.         Merasakan Lingkungan Belajar Yang Mendukung, Aman Dan Terorganisasi Dengan Baik.
Ruang kelas harus mempunyai pencahayaan yang sesuai, sirkulasi udara ang baik, menyenangkan dari segi estetik, dan mendukung secara personal termasuk menghargai warisan budaya seseorang dan merasa aman secara fisik dan emosional. 
D.           Memenuhi Kebutuhan Siswa Dengan Kebutuhan Khusus
1.             Strategi Dalam Memfasilitasi Pelajaran Pelajar Berbahasa Inggris
a.               Menggabungkan Aktivitas Yang Produktif
Siswa didorong untuk bekerja sama dengan siswa lainnya, guru, dan orangtua untuk mencapai tujuan dan sasaran instruksinya.
b.              Perkembangan Bahasa
Guru memberikan siswa kesempatan untuk menggunakan bahasa percakapan dan akademik yang sesuai dengan beragam setting, menyesuaikan bahasa untuk pengalaman siswa dengan bahasa inggris dan memberikan dukungan untuk bahasa pertama.
c.             Kontekstualisasi                                 
 Guru menggunakan latarbelakang dan budaya siswa dan membawakan tamu yang dapat mendorong rasa hormat terhadap perspektif multikultur.
d.      Aktivitas Yang Menantang
Guru merencanakan dan mengimplementasikan aktivitasyang mendorong perkembangan konsep akademik dengan menggunakan budaya, dan menggunakan pendekatan budaya yang sesuai untuk mengajar.
e.       Percakapan Instruksional
Guru mengorganisasikan ruang kelas untuk memastikan bahwa percakapan antara guru dan teman-teman siswa tersebut dapat mengembangkan konsep akademik dan bahasa.
f.       Poin Entri Yang Beragam
Dalam semua wilayah dan dalam semua aktifitas interaktif, guru mempunyai kepekaan untuk kebutuhan, minat, bakat, dan pemahaman siswa dan dapatmenggunakan informasi itu untuk memperluas pembelajaran siswa.
2.             Persiapan Mengajar Yang Guru  Harus Lakukan
a.               Konsep Utama Dalam Istilah
Kebutuhan pendidikan siswa harus dalam setting yang sesuai. Proses dan prosedur yang didesain harus sesuai dan memenuhi kebutuhan siswa berkebutuhan khusus. Undang- undang pendidikan dasar dan menengah, biasanya menyebutnya sebagai “no child left behild act” (NCLB, 2001), atau Undang-Undang “tidak ada anak yang tinggal” (Johanes Vern dan Johanes Louise media, 2012, 290)  sekolah bertanggung jawab untuk kemajuan siswa termasuk siswa yang mengalami ganguan.
Setting yang memberikan cukup dukungan kepada siswa untuk mengakses dan membuat kemajuan dalam kurikulum pendidikan umum, juga memberikan akses ke teman.
Siswa yang memenuhi syarat untuk pendidikan khusus yang menerima rencana pendidikan individu atau individual education plan (IEP).
b.              Mengetahui Disabilitas Yang Ada Dalam Daftar
Dalam setting pendidikan undang-ndang federal memaparkan tiga belas disabilitas uang memenuhi syarat untuk mendapatkan pendidikan khusus yaitu: (1)autisem, (2)buta-tuli (3)tuli, (4)ganguan emosional, (5)ganguan pendengaran, (6)disabilitas belajar, (7)keterbelakangan mental, (8)multi ganguan, (9)ganguan orthopedic, (10)ganguan kesehatan lain, (11)ganguan berbicara atau berbahasa (12)kerusakan otak traumatis, dan (13) ganguan visual termasuk kebutaan. (rancangan Undang-Undang Federal 300.8A 1, Johanes Vern dan Johanes Louise media, 2012, 291)    
c.               Mengetahui Kualifikasi Siswa Untuk Kebutuhan Khusus
Sekolah mengadakan proses latihan penelitian sebelum memulai penelitian untuk evaluasi. Proses penelitian ini adalah mendokumentasi pembelajaran dan kesulitan perilaku.  
d.              Bagaimana Wilayah Saya Menentukan Apakah Siswa Masuk Kriteria Dalam Kategori Disabilitas Belajar Spesifik
Perestasi dan kemampuan siswa adalah tolak ukur untuk mengetahui ganguan belajar.
e.               IEP (Individual Education Plan) adalah kunci
IEP(Individual Education Plan)  memandu instruksi, garis besar dan menentukan penempatan untuk siswa berpendidikan khusus. Meskipun tidak ada jaminan kemajuan, tujuan IEP merepresentasikan harapan/hasil siswa siswa yang diharapkan untuk mencapainya dalam satu tahun. 
3.             Guru Harus Melakukan Hal-Hal Berikut Saat Peduli Tentang Pembelajaran Atau Perilaku Siswa
a.               Bekerja Dengan Orang Tua
Dari presfektif orang tua, anak berpartisipasi dalam pengalaman ujian yang panjang dan membuat stres tentu tidak menyenangkan. Sebagai tambahan terhadap masalah apa yang mungkin diungkap oleh evaluasi tersebut tentang pembelajaran siswa dan kebutuhan emosionalnya, orang tua harus memerhatikan bahwa temuan penilaian tersebut akan memengaruhi keterampilan parenting mereka atau menunjukan dengan tepat kelemahan personal atau keluarga tersebut.  
b.            Bekerja dengan siswa
Sebelum sekolah dimulai seorang guru melakukan beberapa langkah sebagau berikut:
1.      Meminta guru pendidikan khusus untuk mendata anak-anak yang menerima pendidikan khusus.
2.      Meminta guru pendidikan khsus untuk IEP siswa, kenali siswa dengan IEP yang mereka miliki, ingalah untuk memberikan perhatian kepada siswa.   
c.             Pertimbangan Tanpa Henti
Guru pendidikan khusus sebagai sumber. Mereka dapat membantu sebagai saran untuk strategi pembelajaran, teknik manajemen perilaku, dan teknik pertanyaan resmi yang dimiliki. Meskipun demikian, guru pendidikan khusus  ini banyak menangani kasus . mereka biasanya bertugas dalam pengujian atau tes yang diarahkan untuk evaluasi ulang awal atau tiga tahunan, menulis IEP, memberikan instruksi yang dirancang khusus, mengeluarkan laporan kemajuan siswa dan berkonsultasi dengan guru pendidik reguler.
d.            Bekerja Dengan Sistem
Sekolah atau tim pembentuk tidak bisa mendorong penilaian  atau mempertimbangkan penempatan pendidikan yang berbeda untuk siswa yang sudah diidentifikasi. Dari kebanyakan kasus, staf bekerja benar dengan siswa tetapi kurang sumber daya untuk menyelesaikan tugas. Meskipun  demikian kurangnya sumber daya tidak dapat menjadi rintangan untuk evaluasi yang teliti dan tepat pada waktunya. Orang tua yang peduli dengan anak yang mempunyai ganguan yang mempengaruhi pendidikannya mempunyai hak meminta semacam evaluasi. Orang tua mungkin tidak sadar bahwa menunjukan masalah kepada guru atau kepala sekolah bukanlah permohonan formal untuk penilaian jika orang tua berkomentar tentang masalah mereka, maka proses bekerja dengan sistem bisa dimulai.                                                                                                                                
e.             Bekerja Dengan Siswa Melalui Persiapan
Sebelum sekolah dimulai, ada langkah-langkah yang dapat dilakukan:
1)             Guru pendidikan khusus mendata anak-anak dalam kelas yan menerima pendidikan khusus(mempunyai IEP).
2)             Guru mengkopi IEP siswa. Dan menanyakan pertanyaan pada dirinya sendiri seperti berikut
(1)          Apakah saya sudah cukup memahami disabilitas siswa dalam implementasi pembelajaran?
(2)          Menurut tingkat penampilan terakhir. Apa kemampuan yang dimiliki siswa? Apakah keahlian perlu dikembangkan? Apa yang harus saya mulai untuk memastikan siswa berhasil?
(3)          Apa hasil/tujuan yang diharapkan bagi siswa?
(4)          Berapa banyak waktu yang digunakan dikelas?      
E.            Metode Yang digunakan Untuk Motivasi Belajar Siswa
1.             Belajar Bersama
Belajar bersama adalah satu dari metode yang paling populer dan efektif untuk memenuhi gaya belajar siswa dan melibatkan siswa dalam proses belajar.Good dan brophy (2008), mencatat bahwa belajar bersama dapat menjadi teknik yang efektif dalam membantu siswa menerima dan berfungsi secara efektif di ruang kelas.  Siswa diikelas yang menggunakan aktivitas pertemanan yang kooperatif, siswa lebih mungkin menunjukan mereka menyukai sekoolah, ruang kelas,dan materi pembelajaran. Siswa dikelas yang menggunakan aktifitas pertemanan yang kooperaktif juga ditandai oleh kekompakan kelompok yang lebih baik, pola pertemanan yang lebih beragam dan perhatian lebih kepada teman (Schmuch dan Schmuch, 2001 Johanes Vern dan Johanes Louise 2012,229 ). Dengan demikian tidak heran  ketika belajar bersama digunakan di ruang kelas digunakan di ruang kelas, siswa lebih menerima keragaman siswa, termasuk penerimaan yang lebih dan sensitivitas kepada siswa dengan lebih menerima kebutuhan khusus. Satu contoh belajar bersama adalah dengan rountable atau meja bundar yang merupakan aktifitas yang didalamnya guru dapat menanyakan suatu pertanyaan yang mempunyai sejumlah kemungkinan jawaban seperti memaparkan kemungkinan atau penyebab.  
2.      Aktivitas-Aktivitas Struktur Sederhana
Struktur sederhana mengacu pada aktivitas yang guru dapat gunakan secara berkala untukk merangsang diskusi dan tinjauan materi. Aktivitas struktur sederhana lain disebut bintang yang digunakan untuk meninjau materi dan mempersiapkan siswa untuk kuis atau tes.
3.           Pendekatan Proses
Pendekatan proses adalah pendekatan atau langkah-langkah yang membuat guru dapat menerapkan belajar bersama dengan materi mana pun. Johnson dan Holubec, mengemukakan ada lima elemen dasar proses ini.
a.               Ketergangtungan yang positif
         Elemen ini meliputi tujuan dan aktivitas berstruktur agar siswa dapat memerhatikan kinerja semua
anggota kelompok.                                    
b.            Tanggung jawab individu
Bahwa setiap siswa bertanggungjawab menguasai materi.
c.             Tatap muka
Siswa diatur dalam suatu cara tertentu sehingga merek dapat berinteraksi langsung satu sama lain dan terlibat dalam materi secara langsung.
d.            Mengajarkan Keahlian Bekerja Sama
Hal ini dilakukan agar siswa dapat bekerja sama secara efektif dalam kelompok.
e.               Memproses Keahlian Kelompok
Sesudah siswa diajarkan keahlian bekerja sama, penting untuk memonitor dan memperkuat keahlian inisecara konsisten.
Johnson dan Holubec, 1998 Johanes Vern dan Johanes Louise media, 2012, 300)         
4.           Tutoring Teman Sebaya
Tutoring teman sebaya ini bermanfaat pertama, mengembangkan konsep meminta dan mengembangkan konsep meminta dan menawarkan bantuan sebagai perilaku yang positif. Tindakan ini mendorong kerja sama dan kepedulian, sehingga menciptakan lingkungan belajar yang lebih mendukung dan aman. Kedua, memberikan kesempatan untuk memerintah anak lain dapat memberikan siswa perasaaan keberagaman. Ketiga, dapat membantu siswa lain, siswa sering mempelajari materi lebih dalam. Dan persatuan dari pemahaman yang bertambah dan tindakan memberi intruksi siswa lain membuatsiswa tertarik dan yakin. Terakhir, tutoring teman sebaya ini membantu guru untuk memonitor dan intruksi individualisasi. Dengan membolehkan siswa menjadi narasumber untuk orang lain, guru meningkatkan atensi individual mengurangi frustasi dan perilaku yang tidak pantas.
Meskipun tutor teman sebaya mempunyai banyak manfaat, aktivitas ini mempunyai banyak manfaat, aktifitas ini dapat membuat frustasi dan tidak produktif jika siswa jika siswa tidak dibekali dengan keterampilan cara membantu orang lain. Oleh karena itu penting jika guru berencana menerapkan tutor teman sebaya ini untuk membekali siswa terlebih dahulu dengan intruksi cara siswa lain. Lakukan hal tersebut dengan memaparkan apa yang sebaiknya dilakukan dan tidak dilakukan dalam membantu orang lain dengan pekerjaan mereka. 
F.            Aktifitas Implementasi
1.             Mengevaluasi Lingkungan Ruang Kelas Dalam Sorotan Kebutuhan
Buatlah daftar dengan berisikan duabelas kebutuhan akademik siswa dan kolomlah hal-hal apasaja yang anda telah lakukan. Jika anda tidak sedang mengajar, pilihlah satu kelas dan amati
2.             Menyeleksi Metode Untuk Memudahkan Proses Belajar
Menulis metode-metode  pembelajaran kedalam tabel dan pilih atau lingkar metode-metode yang anda anggap berhasil daalam proses belajar mengajar, kemudian buatlah kelompok dari empat atau lima rekan guru. Mintalah melingkar atau memilih metode yang dapat berjalan dikelas mereka. Dan setiap orang yang memilih mmetode tersebut mmempunyai gagasan mengenai bagaimana metode tersebut dapat berjalan di ruang kelas mereka.
3.             Memodifikasi Instruksi
Memilih seorang siswa yang mempunyai kesulitan menguasai beberapa keahlian yang anda bantu untuk menanggapinya, pilihlah metode-metode untuk mendidik dan tulislah tangapan singkat dari pertanyaan berikut:
a.             Apakah siswa telah berhasil setelah dimodifikasi?
b.             Apakah perilakunya berubah setelah dimodifikasi?
c.             Apakah anda melihat perbedaan sikap atau perilaku siswa sejak anda menerapkan modifikasi ini?
4.             Menganalisis Masalah Perilaku Siswa
Menganalisis masalah siswa sebagai berikut:
a.             Satu alasan siswa ini bertingkah dikelasnya adalah....
b.             Aktifitas ini membuat saya menyadari bahwa....
c.             Agar saya dapat membantu siswa ini berkelakuan sebagaimana mestinya saya perlu untuk....
d.            Dua hal spesifik yang saya akan ubah di kelas ini atau dengan siswa tertentu ini adalah....   









BAB III
                                                         PENUTUP

A.           KESIMPULAN
Makalah ini membahas tentang motivasi dan belajar siswa dengan mengimplementasikan metode instruksional yang memenuhi kebutuhan akademik siswa. Motivasi adalah sesuatu yang memberi energi dan mengarahkan perilaku, belajar adalah perubahan tingkah laku melalui pengalaman, Implementasi adalah proses pelaksanaan atau penerapan,dan metode instruksional adalah cara teratur untuk melaksanakan pengajaran. Dalam motivasi ada beberapa masalah utama pertama kesalahan motivasi dari dalam siswa itu sendiri karna mengangap memandang sekolah sebagai penghasil kecemasan, membuat frustasi, dan mencari rasa penting, kompetensi, dan kekuasaan mereka ditempat lain. Yang kedua Banyak guru mengemukakan bahwa siswa mereka tidak menghargai pelajaran atau paling sedikit tidak mempelajari materi yang disajikan di kelas mereka.  Kebutuhan akademik siswa ada bermacam-macam yaitu paham akan nilai dan tujuan belajar, Paham proses belajar, Terlibat secara aktif dalam pembelajaran, Mempunyai tujuan belajar yang berkaitan dengan minat dan pilihan mereka sendiri, Menerima intruksi yang disesuaikan dengan gaya belajar dan kekuatan mereka, Melihat belajar yang dimodelkan oleh orang dewasa sebagai proses yang menarik dan mempunyai imbalan, Pengalaman berhasil, Mempunyai waktu untuk, mengintegrasikan pembelajaran, Menerima umpan balik yang realistis dan langsung yang meningkatkan perasaan menguasai materi, Terlibat dalam evaluasi diri atas pembelajaran dan evaluasi diri atas pembelajaran dan upaya mereka, Menerima imbalan yang sesuai untuk mendapatkan keberhasilan, Merasakan lingkungan belajar yang mendukung, aman, dan terorganisasi dengan baik.
Dalam pemenuhan kebutuhan siswa dengan kebutuhan khusus yang pertama adalah dengan menggunakan strategi dalam memfasilitasi pelajaran pelajar berbahasa inggris, dengan menggabungkan aktivitas yang produktif, perkembangan bahasa, kontektualisasi, aktifitas yang menantang, percapan intruksional, poin entri yang beragam. Kedua guru harus mempersiapkan mengajar dengan memperhatikan konsep utama dalam istilah, mengetahui disabilitas yang ada dalam daftar, mengetahui kualifikasi siswa untuk kebutuhan khusus, tahu bagaimana menentukan wilayah siswa yang masuk dalam kategori disabilitas belajar spesifik,dan mengetahui IEP adalah kunci. Ketiga guru harus melakukan hal-hal sebagai berikut yaitu: bekerja dengan orang tua, bekerja dengan siswa, melakukan pertimbangan tanpa henti, bekerja dengan sistem dan bekerja dengan siswa melalui persiapan. Berikut ada beberapa metode yang digunakan untuk memotivasi belajar siswa seperti: belajar bersama, melakukan aktivitas-aktivitas sederhana, menggunakan pendekatan proses dan tutoring teman sebaya. Dalam melihat proses motivasi tersebut berhasil atau tidak kita dapat mengevaluasi lingkungan ruang kelas dalam sorotan kebutuhan, menyeleksi metode untuk memudahkan proses belajar, memodofikasi intruksi, dan menganalisis masalah perilaku siswa.
B.            SARAN                         
Jadi dengan adanya makalah ini di harapkan kita sebagai calon guru atau pembaca pada umumnya dapat mengajar dengan baik dan benar menggunakan metode instruksional.                
                                       
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Indonesia, 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama

Woolfolk E. Anita Dan Nicolich Mccune Lorraine, 2004, Mendidik Anak-Anak Bermasalah(Psikologi Pembelajaran II), Depok, Insani Perss  

Munandir, 2001, Ensiklopedia Pendidikan, Malang, UM-Press 

Silberman, Ph.D. Mel Dan Auerbach Carol. 2013, Active Training, Bandung, Nusa

Johanes Vern Dan Johanes Louise Media, 2012, Cultural Diversi And Education Fundation, Curriculum, And Teaching, Boston Allyn And Bacon     

Partin L Ronald, 2012,Kiat Nyaman Mengajar Di Dalam Kelas, Jakarta, Pt Indeks










 BAB  I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang
Seperti kita ketahui bahwa untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang diamanatkan oleh pembukaan UUD 1945 maka kepada pemerintah dituntut untuk menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan yang dapat menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup  kehidupan bangsa Indonesia. Maka sekarang kita mengenal adanya suatu sistem pendidikan.
Pendidikan merupakan suatu proses untuk mengembangkan semua aspek kepribadian manusia, yang mencakup pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilannya. Pendidikan bertujuan untuk mencaai kepribadian suatu individu yang lebih baik, manusia lebih berkebudayaan, dan manusia yang memiliki kepribadian yang lebih baik (Ahmad Munib, 2014: 29).
Satu dari sekian banyaknya pembaharuan dalam bidang pendidikan adalah menggunakan metode  dalam proses pembelajaran. Metode dalam pembelajaran akan sesuai jika mampu menghantarkan peserta didik mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan dalam pembelajaran. Dengan pembaharuan strategi diharapkan sumber informasi yang diterima peserta didik tidak hanya dari guru, tetapi juga diperoleh dari suatu proses aktivitas yang dilakukan peserta didik dalam pembelajaran.  Hal ini akan menuntut guru untuk dapat menyampaikan mata pelajaran dengan tepat  dan sesuai mutu pendidikan.
Berbicara mengenai mutu pendidikan, maka peningkatannya harus dimulai dari unsur guru, karena guru dalam pembelajaran berperan sebagai pengerak dan pengatur proses belajar mengajar di kelas, untuk itu guru sebagai agen ilmu pengetahuan sejatinya dapat bertindak secara propesional ketika menerapkan metode mengajar. Mengingat metode-metode tersebut guru harus mampu memanajemen kelas.
Dalam  Manajemen kelas yang efektif sangat berhubungan dengan instruksi kelas yang efektif. Ketika siswa tidak hadir di sekolah atau kelas atau ketika mereka berkelakuan tidak produktif dalam aktivitas kelas, guru harus secara cermat memeriksa apakah materi kurikulum dan metode pembelajaran secara aktif dan bermanfaat melibatkan siswa pada tingkat kesulitan yang tepat dan dalam cara yang menghargai budaya mereka dan kehidupan mereka sendiri.
Intruksi yang direncanakan secara efektif, relevan, dan menarik merupakan aspek utama dari manajemen kelas yang efektif. Agar sekolah dapat menjadi komunitas dimana siswa dapat merasa dihormati dan dapat dihargai, metode dan konten pembelajaran pembelajaran harus memenuhi kebutuhan akademis siswa. Perilaku yang tidak produktif dan kegagalan siswa sering bersumber pada kegagalan mengajar guru untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang kondusif untuk belajar. Para siswa memang berbeda satu dengan yang lain dalam jenis struktur kelas dan instruksi yang paling baik memfasilitasi pembelajaran mereka. Pemahaman kebutuhan pembelajaran siswa individual atau kelompok siswa memberi guru informasi penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang positif.
Pada saat ini guru mengalami dilema melibatkan siswa secara personal dan bermakna sambil merespon secara stimulan terhadap persyaratan penilaian yang diwajibkan negara bagian, yang sering kali fokus kepada pengujian terstandarisasi dan amat fokus. Pengajaran efektif yang membangun perasaan bermasyarakat dan menunjukan rasa hormat kepada siswa dan minat mereka dapat terjadi ketika guru membantu siswa menguasai materi penting. Penulis yakin bahwa tujuan pembelajaran negara bagian dapat digabungkan kedalam pelajaran yang mempertemukan kebutuhan siswa sebagaimana yang dibahas dalam makalah ini. Pengajaran efektif dapat membangun perasaan bermasyarakat dan rasa hormat kepada siswa dan minat mereka dapat terjadi ketika guru membantu siswa menguasai materi.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dalam makalah ini akan ditinjau bagaimana sebenarnya  “Motivasi Dan Belajar Siswa Dengan Mengimplementasikan Metode Instruksional Yang Memenuhi Kebutuhan Akademik Siswa”.
                   
B.            Rumusan Masalah
1.             Apakah yang dimaksud dengan motivasi, belajar, implementasi, metode, intruksional dan kebutuhan siswa?
2.             Apa masalah utama pada motivasi siswa untuk belajar ?
3.             Apa sajakah yang termasuk kebutuhan akademik siswa?
4.             Bagaimana cara memenuhi kebutuhan siswa dengan kebutuhan khusus?
5.             Apakah metode yang digunakan untuk memotivasi belajar siswa?
6.             Bagaimanakah aktifitas implementasi?
                         
C.           Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan masalah yang ingin dipecahkan maka penulisan  bertujuan untuk mengetahui dan memperoleh informasi atau kejelasan tentang:
1.             Pengertian motivasi, belajar, implementasi, metode, intruksional dan kebutuhan siswa.
2.             Masalah utama pada motivasi siswa untuk belajar.
3.             Kebutuhan akademik siswa.
4.             Memenuhi kebutuhan siswa dengan kebutuhan khusus.
5.             Metode yang digunakan untuk memotivasi belajar siswa.
6.             Aktifitas implementasi.

D.           Manfaat Penulisan
Dengan adanya Makalah ini diharapkan dapat:
1.             Bermanfat sebagai bahan bacan yang dapat dijadikan rujukan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Khususnya yang berhubungan dengan Motivasi Dan Belajar Siswa Dengan Mengimplementasikan Metode Instruksional Yang Memenuhi Kebutuhan Akademik Siswa.
2.             Menambah wawasan guru atau calon guru dalam memotivasi belajar siswa.
                                                                 
BAB II
PEMBAHASAN

A.           Pengertian Motivasi, Belajar, Implementasi, Metode Intruksional Dan Kebutuhan Siswa
1.             Pengertian Motivasi
Motivasi adalah sesuatu yang memberi energi dan mengarahkan perilaku.
Departemen pendidikan menyatakan bahwa, “motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan sesuatu hal untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.(Departemen Pendidikan,2008:930)”
Motivasi terbagi menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut.
a.             Motivasi Instrinsik
Motivasi instrinsik yaitu keinginan bertindak yang disebabkan faktor pendorong dari dalam diri individu. Dalam proses belajar mengajar siswa yang termotivasi secara intrinsik dapat dilihat dari kegiatan yang tekun dalam mengerjakan tugas-tugas belajar karena merasa butuh dan ingin mencapai tujuan belajar yang sebenarnya.
b.            Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang keberadaannya karena pengaruh ransangan dari luar.  Motivasi ekstrinsik buka merupakan keinginan yang sebenarnya yag ada didalam diri siswa untuk belajar; tujuan individu melakukan kegiatan adalah melakukan kegiatan adalah mencapai tujuan yang terletak diluar aktivitas belajar itu sendiri, atau tujuan itu tidak terlibat dalam aktivitas belajar.
2.             Pengertian Belajar
Belajar adalah perbuatanyang paling banyak dilakukan orang belajar dilakukan orang hampir setiap waktu kapan saja, sedang melakukan apa saja dimana saja; disekolah (pasti), di rumah(mengerjakan pr atau tugas), dijalan (sedang berjalan) di pasar, di dalam bus, sedang bekerja, sedang bermain dan lain sebagainya. Dikalangan masyarkat umum dan awam, belajar diartikan monopoli perbuatan anak sekolah dan pengertiannya mengacu kekegiatan anak tersebut di sekolah. Di rumah, seorang anak atau seorang siswa dakatakan ayah atau ibunya sedang belajar dan yang dimaksud mereka adalah apa yang sedang dikerjakan anak itu di kamarnya adalah belajar, misalnya ia mengerjakan PR (Pekerjaan Rumah) atau barang kali sedang menghapal pelajaran mempersiapkan diri untuk pelajaran keesokan harinya atau menjelang ujian. Kalangan kaum awam, ada yang mengartikan belajar itu menghafal dan menghafal ialah belajar. Pengertian awam yang lain tentang belajar adalah mengulang pelajaran sekolah. Dalam istilah psikologi dan pendidikan belajar adalah yang dalam istilah learning, definisi belajar secara umum mengacu pada proses terjadinya perubahan pada diri seseorang, yaitu pada perubahan tingkah laku melalui pengalaman. Perubahan itu terjadi dari titik sebelum (sebelum belajar) ketitik setelah(setelah perbuatan belajar), dan perbuatan itu tidak sesaat atau sementara sifatnya tetapi perubahannya tetap, atau yang terjangka relatif panjang.
Departemen pendidikan menyatakan bahwa,
“1. Berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu 2. berlatih 3. Berubah tinkahlaku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Departemen pendidikan (2008:23)”
3.             Implementasi
Implementasi adalah proses pelaksanaan atau penerapan.
Departemen pendidikan menyatakan bahwa,
“Implementasi/n pelaksanaan;penerapan: pertemuan ke dua ini bermaksud mencari bentuk—tentang hal yang disepakati dulu; Departemen pendidikan (2008:529)”
4.             Metode Instruksional
Metode adalah cara teratur yg digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dng yg dikehendaki; cara kerja yg bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yg ditentukan; Instruksional adalah pengajaran; mengandung pelajaran (petunjuk, penerangan):
Jadi metode instruksional adalah cara teratur untuk melaksanakan pengajaran.
5.             Kebutuhan siswa
Kebutuhan adalah sesuatu yang menjadi keperluan
Siswa adalah murid, seseorang yang duduk di sekolahan. Jadi kebutuhan siswa adalah sesuatu yang menjadi keperluan siswa.
     Pemenuhan kebutuhan siswa, disamping bertujuan untuk memberikan materi kegiatan setepat mungkin, juga materi pelajaran yang  sudah disesuaikan dengan kebutuhan, biasanya menjadi lebih menarik. Dengan demikian, akan membantu pelaksanaan proses belajar-mengajar. Adapun yang menjadi kebutuhan siswa antara lain sebagai berikut.
a)            Kebutuhan Jasmaniah
Hal ini berkaitan dengan tuntutan siswa yang bersifat jasmaniah, entah yang menyangkut kesehatan jasmani yang dalam hal ini olah raga menjadi materi utama. Di samping itu kebutuhan yang lain seperti makan, minum, tidur, pakaian dan sebagainya, perlu mendapat perhatian.
b)            Kebutuhan Sosial
Pemenuhan keinginan untuk saling bergaul dengan sesama siswa dan guru serta orang lain, merupakan salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan sosial anak didik/siswa. Dalam hal ini sekolah harus dipandang sebagai lembaga tempat para siswa belajar, bergaul dan beradaptasi dengan lingkungan seperti misalnya bergaul sesama teman yang berbeda jenis kelamin, suku bangsa, agama, status sosial, dan kecakapan. Guru dalam hal ini harus dapat melahirkan suatu pengalaman belajar yang lebih baik. Sebab kalau tidak hati-hati, justru akibat pergaulan dengan lingkungan dapat pula membawa kegagalan dalam proses belajar mengajar. Guru harus dapat membangkitkan semangat kerja sama, sehingga dapat dikembangkan sebagai metode untuk mengajarkan sesuatu, misalnya metode belajar kelompok.
c)             Kebutuhan Intelektual
Setiap siswa tidak sama dalam hal minat untuk mempelajari suatu ilmu pengetahuan. Mungkin ada yang lebih berminat belajar ekonomi, sejarah, biologi, atau yang lain-lain. Minat semacam ini tidak dapat dipaksakan, kalau ingin mencapai hasil belajar yang optimal. Oleh karena itu, yang penting, bagaimana guru dapat menciptakan program yang dapat menyalurkan minat masing-masing.    
d)            Kebutuhan Akademik
Kebutuhan akademika siswa seperti memahami nilai dan tujuan belajar dan memahami proses belajar.
B.            Masalah Utama Pada Motivasi Siswa Untuk Belajar
Meskipun memenuhi kebutuhan personal siswa memberikan landasan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan persoal dan pembelajaran, kebutuhan yang sangat erat dan sama pentingnya dengan   lingkungan yang dirancang secara kusus untuk membantu siswa meguasai pengetahuan akademik. Banyak siswa memenuhi kebutuhan personal mereka dengan keberhasilan menyelesaikan aktivitas kelas dan tugas. Siswa lain memandang sekolah sebagai penghasil kecemasan, membuat frustasi, dan mencari rasa penting, kompetensi, dan kekuasaan mereka ditempat lain. Pemahaman terhadap penelitian mengenai motivasi dan hubungannya dengan kebutuhan akademik sisiwa memungkinkan para guru menerapkan pembelajaran/intruksi yang bermuara pada didapatnya perasaan layak oleh semua siswa dalam setting sekolah.
Ketika frustasi oleh kegagalan siswa memberikan perhatian, menyelesaikan tugas atau hadir di kelas, guru sering menyalahkan faktor keluarga dan masyarakat atas kuranngnya motivasi siswa untuk belajar. Seperti banyak penulis lain, pandangan penulis tentang motivasi menyertakan teori ekspektasi x nilai (father, 1982). Model ini menyatakan bahwa tingkat dimana seseorang menjadi terlibat sangat aktif dan produktif dalam sebuah aktivitas didasarkan kepada mereka memberikan  (1) apakah mereka yakin mereka dapat berhasil melaksanakan tugas. (2) tingkat mereka memberikan nilai terhadap imbalan yang diasosiasikan dengan keberhasilan penyelesaian tugas. dan Johanes Vern  dan Jones Louise (2013) juga menambahkan variabel ke tiga yaitu iklim atau kualitas hubungan dalam setting tugas selama orang terlibat dalam tugas. Jadi, rumusnya menjadi:
Motivasi = ekspektasi x nilai x iklim
Kerena ini dideskripsikan sebagai fungsi perkalian, model ini mengemukakan siswa yang tidak termotivasi kecuali ketiga komponen tersebut ada, oleh kerena itu, mereka: (1) diharapkan dapat menyelesaikan tugas (2) menemukan nilai dalam tugas; dan (3) menyelesaikan tugas dalam lingkungan yang mendukung kebutuhan dasar personal mereka.
Konsep kedua yang mengorganisasikan pemikiran penulis tentang motivasi adalah Eccles dan Wigflied (1985) bahwa tiga jenis nilai (value) mungkin dapat diasosiasikan dengan tugas:
1.             Nilai intrinsik: minat sederhana atau kesenangan yang berkaitan dengan keterlibatan dalam suatu tugas.
2.             Nilai pencapaian: nilai pencapaian prestasi, kemasyuran, atau pengaruh melalui penyelesaian tugas.
3.             Nilai kebergunaan: bermanfaat untuk karier seseorang atau tujuan pesonal yang diasosiasikan dengan keberhasilan melaksanakan tugas. Guru perlu memastikan ada paling tidak satu nilai jika ingin para siswa termotivasi oleh tugas.     
Banyak guru mengemukakan bahwa siswa mereka tidak menghargai pelajaran atau paling sedikit tidak mempelajari materi yang disajikan di kelas mereka. Dalam bukunya motivating humans, martin ford menunjukan bahwa meskipun hal ini diinginkan oleh beberapa siswa, pendidik mungkin perlu kreatif  untuk menemukan satu alasan bagi siswa unuk terlibat secara aktif dalam aktivitas.
Sebagai contoh dengan memberikan kesempatan untuk menentukan sendiri atau interaksi pertemanan, terdapat kemungkinan untuk memfasilitasi keterlibatan siswa berprestasi rendah yang umumnya lebih fokus pada hal-hal yang menyenangkan dan pertemanandari pada belajar dan peningkatan diri....senada dengan hal tersebut, dengan mengorganisasikan tugas sehingga tugas tersebut menuntut adanya pekerjaan kelompok dan tanggunjawab terhadap kelompok, maka siswa dan pekerja yang tidak antusias terhadap substansi tugas....tidak lagi memiliki alasan untuk meningkatkan diri mereka kepada kinerja yang bagus pada pelaksanaan tugas tersebut....singkatnya, meskipun prestasi tinggi memerlukan pola-pola motivasional yang diperkuat dengan penyetujuan dengan berbagai tugas...seseorang paling tidak dapat memastikan ingkat level kinerja yang cukup dengan mendesain ruang kelas dan konteks kerja sehingga semua orang dapat paling tidak menemukan satu alasan yang bagus untuk menyertakan diri mereka dalam aktivitas yang sesuai secara kontekstual. (Martin Ford 1992, 102;Johanes Vern dan Johanes Louise 2012,240)
Kepedulian tentang penilaian pemelajaran diekspresikan secara tidak seimbang oleh guru yang sedang bekerja di perkotaan dan kelas yang multikultural. Dalam artikel mereka, “A Framework for Culturally Responsive Teaching”, Raymond Woldkowski dan Margaret “ mengusulkan model pelajaran  responsif secara kultural yang didasarkan pada teori-teori motivasi intrinsik”. Penulis-penulis ini mengemukakan bahwa model tersebut didasarkan pada penciptaan lingkungan belajar yang meliputi kondisi sebagai berikut.
1.             Membangun inklusi adalah menciptakan atmosfer belajar yang didalamnya siswa dan guru merasa dihargai dan berhubungan satu sama lain.
2.              Menggembangkan sikap adalah menciptakan kecenderungan yang baik kearah pengalaman belajar melalui relevensi dan pilihan persoonal.
3.             Menciptakan pemaknaan adalah menciptaan pengalaman belajar yang mendalam dan menantang yang meliputi prespektif dan nilai siswa.
Menghasilkan kompetensi adalah menciptakan pemahaman bahwa siswa efektif dalam mempelajari sesuatu yang merekka pelajari. Sebagai kebutuhan personal, pemahaman dan respon kepada kebutuhan akademik siswa merupakan faktor sentral yang menentukan apakah kita sebagai pendidik dapat menciptakan masyarakat yang didalamnya belajar dipandang sebagai suatu yang diinginkan. (Johanes Vern dan Johanes Louise 2012,241)
C.           Kebutuhan Akademik Siswa
1.             Paham  Nilai dan Tujuan Belajar
a.             Memahami Nilai Belajar
Walter Doyle (1983) menulis, bahwa “kualitas waktu yang digunakan dalam tugas akdemik tergantung pada tugas yang diharapkan untuk diselesaikan oleh mereka dan jangkauan pemahaman siswa tentang apa yang mereka pelajari. Oleh karena itu, penting intruksi langsung mencakup peratian eksplisit untuk memaknai dan tidak hanya memfokuskan pada keterlibatan sebagai akhir dari segalanya”.(h.189) sayangnya, banyak siswa tidak sungguh-sungguh memahami mengapa mereka dilibatkan dalam kegiatan belajar. Mereka belajar untuk mendapatkan nilai yang bagus, menyenangkan orang tua atau guru, atau menghindari hukuman termasuk pada awal tahun ajaran dengan meminta siswa mendeskrifsikan “kelihatan seperti apa” dan “kedengaran seperti apa” pelajar yang efektif. Sesudah siswa membuat daftar tersebut, kelas bekerja untuk membuat beberapa definisi pelajaran yang efektif. Satu dari antara banyak teknik adalah teknik untuk mendefinisikan kembali belajar termasuk belajar
b.            Memahami Tujuan Belajar
Untuk membantu siswa lebih memahami proses belajar,  penulis menemukan bahwa merupakan hal yang bermanfaat untuk membantu siswa mengembangkan beberapa konsep utama yang berhubungan dengan belajar.
1)             Mengembangkan Definisi Fungsional Belajar
Mayoritas siswa percaya belajar efektif bearti melakukan pekerjaan rumah, penilaian kelas, dan tes terstandar lebih baik dari teman sekelas mereka. Sayangnya, dalam setiap kelas dan setiap sekolah, 25 persen siswa berada di seperempat bawah dalam mengerjakan tugas-tugas ini (secara statistik, hal tersebut merupakan keharusan). Jika guru melanjutkan untuk membolehkan siswa mendefinisikan pelajaran sebagai proses “memenangkan”, maka kita akan terus mendapatkan presentase signifsikan dari siswa yang bertindak dan keluar dari sekolah sebagai respon kegagalan yang mereka rasakan.
2.             Paham Proses Belajar Secara Efektif
Banyak siswa kurang keterampilan dalam mempelajari informasi baru secara efektif. Intervensi yang ditunjukan untuk membantu siswa dalam membantu siswa dalam mengembangkan strategi belajar yang ditingkatkan dapat dimasukkan ke dalam tiga kategori: (1) intervensi kognitif, meliputi keahlian untuk menyelesaikan tugas-tugas spesifik seperti mengarisbawahi, menggunakan mnemonic, membuat garis besar, meringkas, dan seterusnya; (2) intervensi metakognitif, meliputi perencanaan dan memonitor penggunaan strategi seeorang dan menentukan waktu terbaik penggunaan strategi tertentu; (3) intervensi efektif, menekankan astribusi dan sikap (Hattle, Biggs, dan Purdie, 1996).
3.             Terlibat Secara Aktif Dalam Pembelajaran
Meskipun guru tidak selalu dapat memenuhi kebutuhan akademik siswa, motivasi dan prestasi siswa dapat ditingkatkan dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar. Penelitian menunjukan bahwa siswa sekunder menghabiskan kebanyakan waktunya dalam aktivitas yang nonintegratif, seperti mendengarkan pengajaran dan mengajarkan tugas (Hunter dan csikszentmihalyi, 2003). Berbagai studi ini melaporkan bahwa ketika siswa tersebut terlibat dalam aktivitas interaktif yang mereasa dapat dilakukan dan menentang, tingkat keterlibatan mereka adalah 73 persen dibandingkan dengan hanya 42 persen ketika terlibat dalam aktivitas yang kurang menarik. Oleh karena itu, tidak mengejutkan jika dalam sejumlah penelitian, siswa menunjukan keinginan mereka untuk mempunyai keinginan mereka untuk mempunyai guru yang menyertakan strategi lebih interaktif yang mengandung partisipasi siswa yang lebih baik (Miliner, 2006).     
4.             Mempunyai Tujuan Belajar Yang Berkaitan Dengan Minat Dan Pilihan Mereka Sendiri
Sebagai guru kita dapat meningkatkan motivasi dan  belajar siswa dengan menggunakan beragam strategi yang secara langsung menggabungkan minat siswa kedalam kurikulum. Metode berikut mengemukakan beragam pendekatan untuk menggabungkan minat siswa.
(1)          Pada awal tahun ajaran, minta siswa untuk membuat daftar hal-hal yang mereka ingin pelajari dalam tiap area kurikulum utama
(2)          Sebelum masuk ke satu unit minta siswa untuk mengembang bagan K-W-L (K= know, merepresentasikan apa yang siswa sudah kudah ketahui tentang suatu topik, W = want, adalah apa yang mereka ingin ketahui atau tanyakan tentang topik, dan L= learn, merepsentasikan apa yang mereka pelajari mengenai topik itu.
(3)          Membolehkan siswa per individu atau kelompok siswa memilih topik yang ingin mereka pelajari.
(4)          Menggabungkan materi yang relevan secara secara kultural.
(5)          Membolehkan siswa untuk membuat pilihan sebelum, selama, dan sesudah aktivitas pembelajaran (Jolivette,Sticher, dan Mccormick,2002).
(6)          Mengajarkan siswa bagaimana memesan film mengenai topik yang mereka minati.
(7)          Mengajarkan siswabagaimana mengundang pembicaraan tamu (termasuk orang tua) untuk mendiskusikan topik minat siswa.
(8)          Mebuat unit mengenai biografi.
(9)          Menciptakan kesempatan untuk diskusi terstruktur.
(10)      Meminta siswa mengembangkan hari atau minggu minat spesial.
(11)      Kapan melibatkan siswa dalam tulisan kreatif, tidak selalu menetapkan satu topik.
(12)      Menggunakan catatan pembelajaran
(13)      Membolehkan siswa mengembangkan daftar ejaan mereka sendiri
(14)      Mengembangkan rencana masa depan.        
5.             Menerima Instruksi Yang Sesuai Dengan Gaya Belajar Dan Kekuatan Mereka
Guru dapat meningkatkan motivasi siswa dan berhasil dengan berespon gaya belajar siswa secara efektif. Siswa berbeda satu dengan yang lain dalam pendekatan mereka kepada pembelajar.  Setiap siswa mempunyai gaya kognitif atau belajar dan mengorganisasikan materi. Guru  terlalu sering memeriksa kekeliruan siswa dengan memikirkan masalah personal dan sosial daripada mempokuskan pada minat khusus siswa atau gaya belajar untuk menentukan pendekatan terbaik untuk memberikan instruksi guru yang menggunakan metode yang intruksional yang sama dengan setiap siswa atau yang dengan mengunakan jangkauan yang terbatas dari aktivitas-aktivitas iintruksional akan menciptakan situasi yang didalamnya beberapa siswa menjadi frustasi, mengalami kekeliruan dan merespon dengan perilaku buruk.   
6.             Melihat Belajar Yang Dimodelkan Oleh Orang Dewasa Sebagai Poses Yang Menarik Dan Mempunyai Imbalan
Guru memiliki banyak karakteristik yang membuat perilaku mereka mempunyai peluang untuk ditiru. Guru yang efektif dalam meningkatkan motivasi siswa untuk mengajar menunjukan minat dan tertarik pada pelajaran dan model tugas yang berkaitan dengan penalaran dan pemecahan masalah.
7.             Pengalaman Berhasil
Mengikuti pengalaman keberhasilan, seseorang cenderung meningkatkan harapan mereka dan menetapkan tujuan dan menetapkan tujuan yang lebih tinggi, sementara kegagalan dipenuhi dengan aspirasi yang diturunkan. 
8.             Mempunyai Waktu Untuk Mengintegrasikan Pembelajaran
Para siswa membutuhkan waktu sepanjang hari sekolah untuk melambatkan dan mengintegrasikan apa yang telah mereka pelajari. Seringkali siswa terburu-buru dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya dan tidak mengalokasikan waktu untuk meringkas pelajaran, ketika ketergesaan ini terjadi siswa mulai bingung dan mengalami perasaan gagal. Oleh karena itu kita sebagai guru penting untuk memperlambat ritme serta menyediakan kesempatan kepada semua siswa untuk mengorganisasikan gagasan baru yang telah disajikan. 
9.             Menerima Umpan Balik Yang Realistis Dan Meningkatkan Perasaan Menguasai Materi
Umpan balik yang efektif memberi siswa pelajaran penting. Umpan balik tersebut memungkinkan siswa memahami dimana mereka dalam hubungan untuk mencapai tujuan, jumlah kemajuan yang mereka telah lakukan menuju tujan dan apa yang harus mereka lakukan untuk meneruskan atau meningkatkan kemajuan mereka . umpan balik yang efektif juga mengkomunikasikan bahwa guru yakin siswa dapat mencapai tujuan yang ditentukan, bahwa bagaimana suatu kemajuan siswa membandingkannya dari siswa lainbukan merupakan faktor utama.  
10.         Terlibat Dalam Evaluasi Diri Atas Pembelajaran Dan Uaya Mereka
Melibatkan siswa kedalam efaluasi diri, memberikan kesempatan kepada mereka merasakan pertanggung jawaban personal. Ketika siswa mengevaluasi dan merekam pekerjaan mereka sendiri, mereka lebih mungkin mengembangkan kontrol dari dalam diri dan memandang kemajuan mereka berdasarkan upaya mereka sendiri.
11.         Menerima Imbalan Yang Sesuai Untuk Mendapat Keberhasilan
Imbalan lebih efektif untuk meningkatkan upaya daripada memperbaiki kualitas kinerja, dengan demikian lebih baik menggunakan imbalan ketika ada tujuan yang jelas dan strategi yang jelas (misalnya, perhitungan aritmatika, skala musik, pengetikan, dan pengejaan), dan juga ketika siswa mempunyai keahlian prasyarat untuk menyelesaikan tugas tetapi tidak melakukan hal itu. Imbalan dapat bertindak sebagai motivator hanya untuk siswa yang percaya bahwa mereka mempunyai kesempatan yang baik, untuk mendapatkan imbalan jika mereka berusaha dengan upaya yang layak.    
12.         Merasakan Lingkungan Belajar Yang Mendukung, Aman Dan Terorganisasi Dengan Baik.
Ruang kelas harus mempunyai pencahayaan yang sesuai, sirkulasi udara ang baik, menyenangkan dari segi estetik, dan mendukung secara personal termasuk menghargai warisan budaya seseorang dan merasa aman secara fisik dan emosional. 
D.           Memenuhi Kebutuhan Siswa Dengan Kebutuhan Khusus
1.             Strategi Dalam Memfasilitasi Pelajaran Pelajar Berbahasa Inggris
a.               Menggabungkan Aktivitas Yang Produktif
Siswa didorong untuk bekerja sama dengan siswa lainnya, guru, dan orangtua untuk mencapai tujuan dan sasaran instruksinya.
b.              Perkembangan Bahasa
Guru memberikan siswa kesempatan untuk menggunakan bahasa percakapan dan akademik yang sesuai dengan beragam setting, menyesuaikan bahasa untuk pengalaman siswa dengan bahasa inggris dan memberikan dukungan untuk bahasa pertama.
c.             Kontekstualisasi                                 
 Guru menggunakan latarbelakang dan budaya siswa dan membawakan tamu yang dapat mendorong rasa hormat terhadap perspektif multikultur.
d.      Aktivitas Yang Menantang
Guru merencanakan dan mengimplementasikan aktivitasyang mendorong perkembangan konsep akademik dengan menggunakan budaya, dan menggunakan pendekatan budaya yang sesuai untuk mengajar.
e.       Percakapan Instruksional
Guru mengorganisasikan ruang kelas untuk memastikan bahwa percakapan antara guru dan teman-teman siswa tersebut dapat mengembangkan konsep akademik dan bahasa.
f.       Poin Entri Yang Beragam
Dalam semua wilayah dan dalam semua aktifitas interaktif, guru mempunyai kepekaan untuk kebutuhan, minat, bakat, dan pemahaman siswa dan dapatmenggunakan informasi itu untuk memperluas pembelajaran siswa.
2.             Persiapan Mengajar Yang Guru  Harus Lakukan
a.               Konsep Utama Dalam Istilah
Kebutuhan pendidikan siswa harus dalam setting yang sesuai. Proses dan prosedur yang didesain harus sesuai dan memenuhi kebutuhan siswa berkebutuhan khusus. Undang- undang pendidikan dasar dan menengah, biasanya menyebutnya sebagai “no child left behild act” (NCLB, 2001), atau Undang-Undang “tidak ada anak yang tinggal” (Johanes Vern dan Johanes Louise media, 2012, 290)  sekolah bertanggung jawab untuk kemajuan siswa termasuk siswa yang mengalami ganguan.
Setting yang memberikan cukup dukungan kepada siswa untuk mengakses dan membuat kemajuan dalam kurikulum pendidikan umum, juga memberikan akses ke teman.
Siswa yang memenuhi syarat untuk pendidikan khusus yang menerima rencana pendidikan individu atau individual education plan (IEP).
b.              Mengetahui Disabilitas Yang Ada Dalam Daftar
Dalam setting pendidikan undang-ndang federal memaparkan tiga belas disabilitas uang memenuhi syarat untuk mendapatkan pendidikan khusus yaitu: (1)autisem, (2)buta-tuli (3)tuli, (4)ganguan emosional, (5)ganguan pendengaran, (6)disabilitas belajar, (7)keterbelakangan mental, (8)multi ganguan, (9)ganguan orthopedic, (10)ganguan kesehatan lain, (11)ganguan berbicara atau berbahasa (12)kerusakan otak traumatis, dan (13) ganguan visual termasuk kebutaan. (rancangan Undang-Undang Federal 300.8A 1, Johanes Vern dan Johanes Louise media, 2012, 291)    
c.               Mengetahui Kualifikasi Siswa Untuk Kebutuhan Khusus
Sekolah mengadakan proses latihan penelitian sebelum memulai penelitian untuk evaluasi. Proses penelitian ini adalah mendokumentasi pembelajaran dan kesulitan perilaku.  
d.              Bagaimana Wilayah Saya Menentukan Apakah Siswa Masuk Kriteria Dalam Kategori Disabilitas Belajar Spesifik
Perestasi dan kemampuan siswa adalah tolak ukur untuk mengetahui ganguan belajar.
e.               IEP (Individual Education Plan) adalah kunci
IEP(Individual Education Plan)  memandu instruksi, garis besar dan menentukan penempatan untuk siswa berpendidikan khusus. Meskipun tidak ada jaminan kemajuan, tujuan IEP merepresentasikan harapan/hasil siswa siswa yang diharapkan untuk mencapainya dalam satu tahun. 
3.             Guru Harus Melakukan Hal-Hal Berikut Saat Peduli Tentang Pembelajaran Atau Perilaku Siswa
a.               Bekerja Dengan Orang Tua
Dari presfektif orang tua, anak berpartisipasi dalam pengalaman ujian yang panjang dan membuat stres tentu tidak menyenangkan. Sebagai tambahan terhadap masalah apa yang mungkin diungkap oleh evaluasi tersebut tentang pembelajaran siswa dan kebutuhan emosionalnya, orang tua harus memerhatikan bahwa temuan penilaian tersebut akan memengaruhi keterampilan parenting mereka atau menunjukan dengan tepat kelemahan personal atau keluarga tersebut.  
b.            Bekerja dengan siswa
Sebelum sekolah dimulai seorang guru melakukan beberapa langkah sebagau berikut:
1.      Meminta guru pendidikan khusus untuk mendata anak-anak yang menerima pendidikan khusus.
2.      Meminta guru pendidikan khsus untuk IEP siswa, kenali siswa dengan IEP yang mereka miliki, ingalah untuk memberikan perhatian kepada siswa.   
c.             Pertimbangan Tanpa Henti
Guru pendidikan khusus sebagai sumber. Mereka dapat membantu sebagai saran untuk strategi pembelajaran, teknik manajemen perilaku, dan teknik pertanyaan resmi yang dimiliki. Meskipun demikian, guru pendidikan khusus  ini banyak menangani kasus . mereka biasanya bertugas dalam pengujian atau tes yang diarahkan untuk evaluasi ulang awal atau tiga tahunan, menulis IEP, memberikan instruksi yang dirancang khusus, mengeluarkan laporan kemajuan siswa dan berkonsultasi dengan guru pendidik reguler.
d.            Bekerja Dengan Sistem
Sekolah atau tim pembentuk tidak bisa mendorong penilaian  atau mempertimbangkan penempatan pendidikan yang berbeda untuk siswa yang sudah diidentifikasi. Dari kebanyakan kasus, staf bekerja benar dengan siswa tetapi kurang sumber daya untuk menyelesaikan tugas. Meskipun  demikian kurangnya sumber daya tidak dapat menjadi rintangan untuk evaluasi yang teliti dan tepat pada waktunya. Orang tua yang peduli dengan anak yang mempunyai ganguan yang mempengaruhi pendidikannya mempunyai hak meminta semacam evaluasi. Orang tua mungkin tidak sadar bahwa menunjukan masalah kepada guru atau kepala sekolah bukanlah permohonan formal untuk penilaian jika orang tua berkomentar tentang masalah mereka, maka proses bekerja dengan sistem bisa dimulai.                                                                                                                                
e.             Bekerja Dengan Siswa Melalui Persiapan
Sebelum sekolah dimulai, ada langkah-langkah yang dapat dilakukan:
1)             Guru pendidikan khusus mendata anak-anak dalam kelas yan menerima pendidikan khusus(mempunyai IEP).
2)             Guru mengkopi IEP siswa. Dan menanyakan pertanyaan pada dirinya sendiri seperti berikut
(1)          Apakah saya sudah cukup memahami disabilitas siswa dalam implementasi pembelajaran?
(2)          Menurut tingkat penampilan terakhir. Apa kemampuan yang dimiliki siswa? Apakah keahlian perlu dikembangkan? Apa yang harus saya mulai untuk memastikan siswa berhasil?
(3)          Apa hasil/tujuan yang diharapkan bagi siswa?
(4)          Berapa banyak waktu yang digunakan dikelas?      
E.            Metode Yang digunakan Untuk Motivasi Belajar Siswa
1.             Belajar Bersama
Belajar bersama adalah satu dari metode yang paling populer dan efektif untuk memenuhi gaya belajar siswa dan melibatkan siswa dalam proses belajar.Good dan brophy (2008), mencatat bahwa belajar bersama dapat menjadi teknik yang efektif dalam membantu siswa menerima dan berfungsi secara efektif di ruang kelas.  Siswa diikelas yang menggunakan aktivitas pertemanan yang kooperatif, siswa lebih mungkin menunjukan mereka menyukai sekoolah, ruang kelas,dan materi pembelajaran. Siswa dikelas yang menggunakan aktifitas pertemanan yang kooperaktif juga ditandai oleh kekompakan kelompok yang lebih baik, pola pertemanan yang lebih beragam dan perhatian lebih kepada teman (Schmuch dan Schmuch, 2001 Johanes Vern dan Johanes Louise 2012,229 ). Dengan demikian tidak heran  ketika belajar bersama digunakan di ruang kelas digunakan di ruang kelas, siswa lebih menerima keragaman siswa, termasuk penerimaan yang lebih dan sensitivitas kepada siswa dengan lebih menerima kebutuhan khusus. Satu contoh belajar bersama adalah dengan rountable atau meja bundar yang merupakan aktifitas yang didalamnya guru dapat menanyakan suatu pertanyaan yang mempunyai sejumlah kemungkinan jawaban seperti memaparkan kemungkinan atau penyebab.  
2.      Aktivitas-Aktivitas Struktur Sederhana
Struktur sederhana mengacu pada aktivitas yang guru dapat gunakan secara berkala untukk merangsang diskusi dan tinjauan materi. Aktivitas struktur sederhana lain disebut bintang yang digunakan untuk meninjau materi dan mempersiapkan siswa untuk kuis atau tes.
3.           Pendekatan Proses
Pendekatan proses adalah pendekatan atau langkah-langkah yang membuat guru dapat menerapkan belajar bersama dengan materi mana pun. Johnson dan Holubec, mengemukakan ada lima elemen dasar proses ini.
a.               Ketergangtungan yang positif
         Elemen ini meliputi tujuan dan aktivitas berstruktur agar siswa dapat memerhatikan kinerja semua
anggota kelompok.                                    
b.            Tanggung jawab individu
Bahwa setiap siswa bertanggungjawab menguasai materi.
c.             Tatap muka
Siswa diatur dalam suatu cara tertentu sehingga merek dapat berinteraksi langsung satu sama lain dan terlibat dalam materi secara langsung.
d.            Mengajarkan Keahlian Bekerja Sama
Hal ini dilakukan agar siswa dapat bekerja sama secara efektif dalam kelompok.
e.               Memproses Keahlian Kelompok
Sesudah siswa diajarkan keahlian bekerja sama, penting untuk memonitor dan memperkuat keahlian inisecara konsisten.
Johnson dan Holubec, 1998 Johanes Vern dan Johanes Louise media, 2012, 300)         
4.           Tutoring Teman Sebaya
Tutoring teman sebaya ini bermanfaat pertama, mengembangkan konsep meminta dan mengembangkan konsep meminta dan menawarkan bantuan sebagai perilaku yang positif. Tindakan ini mendorong kerja sama dan kepedulian, sehingga menciptakan lingkungan belajar yang lebih mendukung dan aman. Kedua, memberikan kesempatan untuk memerintah anak lain dapat memberikan siswa perasaaan keberagaman. Ketiga, dapat membantu siswa lain, siswa sering mempelajari materi lebih dalam. Dan persatuan dari pemahaman yang bertambah dan tindakan memberi intruksi siswa lain membuatsiswa tertarik dan yakin. Terakhir, tutoring teman sebaya ini membantu guru untuk memonitor dan intruksi individualisasi. Dengan membolehkan siswa menjadi narasumber untuk orang lain, guru meningkatkan atensi individual mengurangi frustasi dan perilaku yang tidak pantas.
Meskipun tutor teman sebaya mempunyai banyak manfaat, aktivitas ini mempunyai banyak manfaat, aktifitas ini dapat membuat frustasi dan tidak produktif jika siswa jika siswa tidak dibekali dengan keterampilan cara membantu orang lain. Oleh karena itu penting jika guru berencana menerapkan tutor teman sebaya ini untuk membekali siswa terlebih dahulu dengan intruksi cara siswa lain. Lakukan hal tersebut dengan memaparkan apa yang sebaiknya dilakukan dan tidak dilakukan dalam membantu orang lain dengan pekerjaan mereka. 
F.            Aktifitas Implementasi
1.             Mengevaluasi Lingkungan Ruang Kelas Dalam Sorotan Kebutuhan
Buatlah daftar dengan berisikan duabelas kebutuhan akademik siswa dan kolomlah hal-hal apasaja yang anda telah lakukan. Jika anda tidak sedang mengajar, pilihlah satu kelas dan amati
2.             Menyeleksi Metode Untuk Memudahkan Proses Belajar
Menulis metode-metode  pembelajaran kedalam tabel dan pilih atau lingkar metode-metode yang anda anggap berhasil daalam proses belajar mengajar, kemudian buatlah kelompok dari empat atau lima rekan guru. Mintalah melingkar atau memilih metode yang dapat berjalan dikelas mereka. Dan setiap orang yang memilih mmetode tersebut mmempunyai gagasan mengenai bagaimana metode tersebut dapat berjalan di ruang kelas mereka.
3.             Memodifikasi Instruksi
Memilih seorang siswa yang mempunyai kesulitan menguasai beberapa keahlian yang anda bantu untuk menanggapinya, pilihlah metode-metode untuk mendidik dan tulislah tangapan singkat dari pertanyaan berikut:
a.             Apakah siswa telah berhasil setelah dimodifikasi?
b.             Apakah perilakunya berubah setelah dimodifikasi?
c.             Apakah anda melihat perbedaan sikap atau perilaku siswa sejak anda menerapkan modifikasi ini?
4.             Menganalisis Masalah Perilaku Siswa
Menganalisis masalah siswa sebagai berikut:
a.             Satu alasan siswa ini bertingkah dikelasnya adalah....
b.             Aktifitas ini membuat saya menyadari bahwa....
c.             Agar saya dapat membantu siswa ini berkelakuan sebagaimana mestinya saya perlu untuk....
d.            Dua hal spesifik yang saya akan ubah di kelas ini atau dengan siswa tertentu ini adalah....   









BAB III
                                                         PENUTUP

A.           KESIMPULAN
Makalah ini membahas tentang motivasi dan belajar siswa dengan mengimplementasikan metode instruksional yang memenuhi kebutuhan akademik siswa. Motivasi adalah sesuatu yang memberi energi dan mengarahkan perilaku, belajar adalah perubahan tingkah laku melalui pengalaman, Implementasi adalah proses pelaksanaan atau penerapan,dan metode instruksional adalah cara teratur untuk melaksanakan pengajaran. Dalam motivasi ada beberapa masalah utama pertama kesalahan motivasi dari dalam siswa itu sendiri karna mengangap memandang sekolah sebagai penghasil kecemasan, membuat frustasi, dan mencari rasa penting, kompetensi, dan kekuasaan mereka ditempat lain. Yang kedua Banyak guru mengemukakan bahwa siswa mereka tidak menghargai pelajaran atau paling sedikit tidak mempelajari materi yang disajikan di kelas mereka.  Kebutuhan akademik siswa ada bermacam-macam yaitu paham akan nilai dan tujuan belajar, Paham proses belajar, Terlibat secara aktif dalam pembelajaran, Mempunyai tujuan belajar yang berkaitan dengan minat dan pilihan mereka sendiri, Menerima intruksi yang disesuaikan dengan gaya belajar dan kekuatan mereka, Melihat belajar yang dimodelkan oleh orang dewasa sebagai proses yang menarik dan mempunyai imbalan, Pengalaman berhasil, Mempunyai waktu untuk, mengintegrasikan pembelajaran, Menerima umpan balik yang realistis dan langsung yang meningkatkan perasaan menguasai materi, Terlibat dalam evaluasi diri atas pembelajaran dan evaluasi diri atas pembelajaran dan upaya mereka, Menerima imbalan yang sesuai untuk mendapatkan keberhasilan, Merasakan lingkungan belajar yang mendukung, aman, dan terorganisasi dengan baik.
Dalam pemenuhan kebutuhan siswa dengan kebutuhan khusus yang pertama adalah dengan menggunakan strategi dalam memfasilitasi pelajaran pelajar berbahasa inggris, dengan menggabungkan aktivitas yang produktif, perkembangan bahasa, kontektualisasi, aktifitas yang menantang, percapan intruksional, poin entri yang beragam. Kedua guru harus mempersiapkan mengajar dengan memperhatikan konsep utama dalam istilah, mengetahui disabilitas yang ada dalam daftar, mengetahui kualifikasi siswa untuk kebutuhan khusus, tahu bagaimana menentukan wilayah siswa yang masuk dalam kategori disabilitas belajar spesifik,dan mengetahui IEP adalah kunci. Ketiga guru harus melakukan hal-hal sebagai berikut yaitu: bekerja dengan orang tua, bekerja dengan siswa, melakukan pertimbangan tanpa henti, bekerja dengan sistem dan bekerja dengan siswa melalui persiapan. Berikut ada beberapa metode yang digunakan untuk memotivasi belajar siswa seperti: belajar bersama, melakukan aktivitas-aktivitas sederhana, menggunakan pendekatan proses dan tutoring teman sebaya. Dalam melihat proses motivasi tersebut berhasil atau tidak kita dapat mengevaluasi lingkungan ruang kelas dalam sorotan kebutuhan, menyeleksi metode untuk memudahkan proses belajar, memodofikasi intruksi, dan menganalisis masalah perilaku siswa.
B.            SARAN                         
Jadi dengan adanya makalah ini di harapkan kita sebagai calon guru atau pembaca pada umumnya dapat mengajar dengan baik dan benar menggunakan metode instruksional.                


DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Indonesia, 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama

Woolfolk E. Anita Dan Nicolich Mccune Lorraine, 2004, Mendidik Anak-Anak Bermasalah(Psikologi Pembelajaran II), Depok, Insani Perss  

Munandir, 2001, Ensiklopedia Pendidikan, Malang, UM-Press 

Silberman, Ph.D. Mel Dan Auerbach Carol. 2013, Active Training, Bandung, Nusa

Johanes Vern Dan Johanes Louise Media, 2012, Cultural Diversi And Education Fundation, Curriculum, And Teaching, Boston Allyn And Bacon     

Partin L Ronald, 2012,Kiat Nyaman Mengajar Di Dalam Kelas, Jakarta, Pt Indeks










Tidak ada komentar:

Posting Komentar